Etiologi Stroke pada Anak
Etiologi stroke pada anak berbeda dengan stroke pada dewasa. Stroke pada anak dapat disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit seperti kelainan genetik, gangguan/kelainan vaskular, penyakit dan/atau operasi jantung, gangguan hematologi, infeksi, dan kelainan metabolik.[2,5]
Etiologi Stroke Iskemik pada Anak
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan stroke iskemik adalah vaskulopati (terutama anemia sel sabit), gangguan jantung, infeksi, trombofilia dan kelainan genetik/metabolik.[5]
Anemia Sel Sabit
Anak dengan anemia sel sabit berisiko 200 kali lipat lebih besar untuk mengalami stroke iskemik dibandingkan anak tanpa gangguan anemia sel sabit. Stroke iskemik dilaporkan terjadi pada 11% anak dengan anemia sel sabit.[1,5]
Stroke iskemik pada anemia sel sabit, dapat terjadi pada tingkat mikrovaskular dan makrovaskular. Pada tingkat mikrovaskular, terjadi oklusi akibat aktivasi platelet dan deposisi fibrin, sedangkan pada tingkat makrovaskular penyempitan lumen pembuluh darah akibat hiperplasia dinding pembuluh darah dan aktivasi kaskade koagulasi yang disebabkan oleh kerusakan endotel.[1,5]
Gangguan Jantung
Gangguan jantung merupakan faktor risiko tersering kedua pada kasus AIS anak, yang didapatkan pada 18% kasus AIS pada usia < 1 bulan, dan 31% pada populasi di atas usia 1 bulan. Gangguan jantung meliputi penyakit jantung bawaan, penyakit jantung didapat (seperti kardiomiopati, gangguan katup, endokarditis), dan aritmia.[1,5,7,8]
Riwayat operasi atau kateterisasi jantung sebelumnya, penggunaan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) juga dapat menyebabkan AIS. AIS pada anak banyak ditemukan terjadi 72 jam pasca tindakan operasi jantung.[1,5]
Gangguan jantung menyebabkan stroke emboli yang berasal dari trombus intrakardiak atau emboli paradoksikal melalui septum atrium atau ventrikel. Di sisi lain, anak dengan gangguan jantung yang mendapatkan terapi antikoagulan juga berisiko mengalami stroke hemoragik.[1,4,5]
Infeksi
Infeksi meningkatkan terjadinya risiko stroke iskemik sebesar dua belas kali lipat dibandingkan pasien tanpa infeksi. Infeksi menyebabkan inflamasi dan hiperkoagulasi yang mencetuskan pembentukan trombus. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan stroke antara lain meningitis, otitis media, sinusitis, infeksi pada bagian leher, varicella, herpes zoster, infeksi saluran pernapasan atas, dan infeksi multipel.[4,5]
Kondisi Prothrombotik
Pasien dengan kondisi prothrombotik atau trombofilia (kecenderungan untuk membentuk trombus) berisiko untuk mengalami stroke iskemik. Trombofilia herediter berkontribusi terhadap 13% kasus AIS dan 67% kasus CVST. Beberapa kondisi prothrombotik antara lain polisitemia, mutase faktor V Leiden, mutase gen prothrombin 20210, peningkatan faktor VIII, peningkatan antigen faktor von Willebrand, defisiensi protein C, protein S, dan antithrombin III.[5]
Kondisi lain yang diasosiasikan dengan hiperkoagulasi sehingga dapat membentuk trombus pada stroke adalah migraine dengan aura, penggunaan pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, dan keganasan. Terapi keganasan seperti radioterapi kranial dapat menyebabkan stenosis pembuluh darah atau membentuk malformasi kavernosa. Penggunaan obat kemoterapi lain juga dapat meningkatkan risiko stroke akibat trombosis vena.[4,5]
Sindrom Moyamoya
Sindrom Moyamoya merupakan suatu vaskulopati dimana penyempitan progresif arteri karotis internal, arteri cerebri proksimal anterior atau media. Sindrom Moyamoya diasosiasikan dengan anemia sel sabit, neurofibromatosis tipe I, pasca terapi radiasi kepala dan leher, dan sindrom Down. Sindrom Moyamoya dilaporkan menyebabkan stroke atau stroke iskemik transien berulang terutama pada anak-anak. Moyamoya lebih sering menyebabkan transient ischemic attack (TIA), dan 92% anak mengalami TIA berulang.[1,4,5]
Diseksi Arteri
Kerusakan dinding pembuluh darah pada diseksi arteri dan tereksposnya komponen trombogenik menyebabkan penyempitan diameter lumen pembuluh darah sehingga terjadi obstruksi.[5]
Vaskulitis
Vaskulitis merupakan peradangan pada pembuluh darah yang dapat terjadi hanya pada pembuluh darah cerebri, atau pembuluh darah sistemik. Mekanisme vaskulitis dalam menyebabkan stroke adalah iregularitas dan stenosis pembuluh darah.[5]
Etiologi Stroke Hemoragik pada Anak
Kondisi atau penyakit yang berkaitan dengan stroke hemoragik pada anak adalah anomali vaskular, vaskulopati seperti anemia sel sabit, sindrom Moyamoya, gangguan koagulasi, tumor otak, perdarahan akibat CSVT, dan transformasi hemoragik pada infark iskemik.[5]
Etiologi stroke hemoragik pada anak antara lain malformasi vaskular, gangguan hematologi, keganasan (leukemia akut, tumor otak seperti hemangioma kavernosa), dan penyebab lainnya (hipertensi, penyakit Moyamoya, penyalahgunaan obat, porfiria). Malformasi vaskular merupakan penyebab tersering perdarahan intrakranial yaitu sebesar 18-90%. Tipe malformasi vaskular yang paling sering dijumpai yaitu malformasi arteriovena dan yang lebih jarang yaitu malformasi kavernosa, dan aneurisma. Gangguan hematologi (hemofilia, anemia sel sabit, trombositopenia, koagulopati) berperan terhadap 10-30% kasus stroke pada anak.[2,5,6]
Anomali Vaskular
Anomali vaskular berperan terhadap 45% stroke hemoragik non-trauma pada anak. Beberapa kondisi anomali vaskular penyebab stroke hemoragik antara lain malformasi arteriovena (AVM), fistula arteriovenosa, aneurisma, malformasi kavernosa, telangiektasia kapiler, dan angioma vena. AVM merupakan anomali vaskular yang paling sering menyebabkan stroke hemoragik. Risiko perdarahan per tahun pada anak dengan AVM yaitu sebesar 2-4%.[5]
Gangguan Koagulasi
Gangguan koagulasi yang dapat menyebabkan stroke hemoragik antara lain trombositopenia, hemofilia, gagal hepar, defisiensi vitamin K, dan penggunaan terapi antikoagulan.[5]
Lainnya
Kondisi medis lain yang dapat menyebabkan stroke hemoragik antara lain tumor otak, perdarahan akibat thrombosis sinovenous serebral, dan transformasi infark iskemik menjadi hemoragik.[5]
Faktor Risiko
Faktor risiko stroke anak adalah jenis kelamin laki-laki, usia <5 tahun, ras Asia dan kulit hitam. Adapun kondisi/penyakit yang menjadi faktor risiko stroke, yaitu:
- Anemia sel sabit
- Penyakit Jantung: penyakit jantung bawaan (PJB), penyakit jantung yang didapat, pasca operasi jantung (dalam 72 jam), riwayat operasi/kateterisasi jantung, aritmia, extracorporeal membrane oxygenation (ECMO)
- Infeksi: Meningitis, otitis media, sinusitis, infeksi pada leher, infeksi varicella zoster, infeksi saluran pernapasan atas, infeksi multipel
- Thrombophilia
- Gangguan pada kepala dan leher kronis: Migrain, keganasan intrakranial, aneurisma, shunt ventrikel, terapi radiasi kranial dan leher
- Gangguan vaskular: AVM, malformasi karvenosa, aneurisma, Moyamoya
- Gangguan pembekuan darah: gangguan platelet berat, trombositopenia, trombofilia, kelainan perdarahan herediter berat, defisiensi vitamin K[1,4,5,8]
Pada beberapa studi, ibu dan kejadian intrapartum dapat berisiko terhadap stroke AIS pada neonatus, yaitu kelainan protrombotik, preeklampsia, diabetes, thrombosis atau abrupsio plasenta, premature rupture of membranes (PROM), korioamnionitis, demam intrapartum maternal, merokok waktu hamil, penyalahgunaan kokain dan riwayat infertilitas.[26]