Penatalaksanaan Stroke pada Anak
Tatalaksana stroke pada anak bertujuan untuk menatalaksana etiologi yang mendasari, serta mencegah perburukan atau stroke berulang. Berbeda dengan pasien dewasa yang terbukti mempunyai luaran yang lebih baik dengan pemberian trombolisis pada kasus stroke iskemik, efektivitas dan keamanan trombolisis pada anak belum diketahui.[1,3-5,27]
Pemberian antiplatelet seperti aspirin tidak direkomendasikan pada anak dengan penyakit anemia sel sabit. Pemberian heparin yaitu low molecular-weight heparin (LMWH) atau unfractionated heparin (UFH) dapat diberikan pada anak dengan pertimbangan khusus. Pada stroke hemoragik, tatalaksana utama adalah menurunkan/mencegah peningkatan intrakranial yang dapat berdampak menjadi herniasi otak.[1,3-5,27,25]
Tatalaksana Umum pada Stroke
Tatalaksana umum stroke pada anak bertujuan untuk optimalisasi vaskularisasi dan oksigenasi, meminimalisir kebutuhan metabolik sehingga jaringan penumbra iskemik tidak berlanjut menjadi infark pada stroke iskemik dan menjaga tekanan darah agar tidak terjadi peningkatan intrakranial yang dapat memperparah perdarahan pada stroke hemoragik.[3-5]
Pada kondisi ini, pertahankan tekanan darah anak antara persentil 50 hingga 96 berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan untuk mempertahankan aliran darah ke jaringan otak yang mengalami iskemik. Pada anak dengan hipertensi (lebih dari 15% dari persentil 95) dapat diberikan obat antihipertensi seperti labetalol. Meski demikian, perlu diingat bahwa risiko terjadinya perdarahan otak akibat hipertensi pada anak termasuk jarang.[3-5]
Pencegahan peningkatan kebutuhan metabolik yaitu dengan tatalaksana agresif kondisi yang meningkatkan kebutuhan metabolik, seperti mempertahankan suhu, volume, kadar glukosa darah, dan kadar oksigen normal, serta tatalaksana kondisi kejang.[5]
Hal ini termasuk dengan pemberian suplementasi oksigen bila saturasi anak dibawah 94%, dilakukan intubasi bila GCS kurang dari 8, terdapat tanda peningkatan TIK, dan hilangnya refleks jalan nafas. Hidrasi cairan dapat diberikan bolus cairan NaCl 0.9% sebesar 10 ml/kgBB.[3-5]
Anti kejang yang direkomendasikan bersifat non-sedatif seperti levetiracetam atau fenitoin. Pemberian obat profilaksis anti kejang pada pasien stroke tidak terbukti memberikan manfaat. Pada neonatus, identifikasi klinis kejang sering terabaikan, sehingga monitoring dengan elektroensefalogram (EEG) disarankan.[5,6,27]
Pemberian parasetamol pada pasien anak yang demam direkomendasikan guna menurunkan risiko prognosis buruk terutama pada perdarahan intraparenkim.[25]
Tatalaksana Stroke Iskemik Akut
Pertimbangan pemberian terapi trombolitik pada pasien anak pada berbagai panduan masih bervariasi sebab belum ada uji klinis terapi trombolitik pada anak. Mayoritas panduan klinis tidak merekomendasikan penggunaan tPA, namun beberapa kasus individual melaporkan penggunaannya.[4]
Terapi trombolitik dengan tissue plasminogen activator (tPA) pada anak dengan stroke masih bersifat off-label dan menurut panduan RCPCH dapat diipertimbangkan pada anak di atas 2 tahun.[4]
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah konfirmasi diagnosis arterial ischemic stroke (AIS) dengan bukti adanya oklusi pembuluh arteri besar, defisit neurologis akut dan persisten, pemberian tPA dapat diselesaikan dalam 4,5 jam therapeutic window, skor NIHSS ≥ 6, dan tidak terdapat kontraindikasi.[1,3,4]
Dosis tPA yang diberikan sama dengan dewasa yaitu 0.9 mg/kgBB, dengan 10% dari total dosis diberikan bolus intravena, dan sisanya diberikan melalui infus selama 60 menit.[3]
Trombektomi endovaskular/mekanik dapat dipertimbangkan pada anak yang lebih tua dengan lesi trombosis/emboli pada arteri basilar dan arteri cerebri media, skor NIHSS ≥ 6. Trombektomi mekanik dapat diberikan bila dilakukan 6-12 jam pasca onset stroke.[3,4]
Pembedahan hemikraniektomi bersifat life-saving dan dipertimbangkan pada kasus infark luas pada area supratentorial atau edema post stroke pada area fossa posterior. Hemikraniektomi tidak dilakukan sebagai terapi lanjutan pada kasus trombolisis maupun trombektomi yang gagal. Hemikraniektomi dilakukan dalam 24 jam pertama sejak onset stroke atau dalam 72 jam apabila terdapat perluasan lesi berdasarkan pemeriksaan imaging.[1,3,5]
Tatalaksana Stroke Iskemik Lanjutan
Pada neonatus, pemberian antikoagulan atau antiplatelet diindikasikan pada pasien dengan riwayat/risiko stroke rekurensi seperti trombofilia, penyakit jantung bawaan (kecuali foramen oval persisten), dan kardioemboli yang ditemukan.[27]
Pada anak yang lebih tua, antikoagulan diberikan terutama pada kasus stroke iskemik dengan kondisi seperti diseksi ekstrakranial, kardioemboli, arteriopati, trombofilia, karena pada kondisi ini risiko stroke rekuren lebih tinggi. Pada kasus tersebut, low molecular-weight heparin (LMWH) atau unfractionated heparin (UFH) perlu diberikan selama 3-6 bulan.[3-5]
Pemberian heparin dikontraindikasikan pada fase akut stroke iskemik dengan diathesis hemoragik, gangguan perdarahan, dan pada kasus infark luas yang berisiko tinggi mengalami transformasi hemoragik (terutama pada kasus oklusi arteri cerebri media).[3,5]
Dosis inisial UFH adalah 75-100 U/kgBB, kemudian dilanjutkan dengan 28 U/kgBB/jam pada neonatus dan 20 U/kgBB/jam pada anak yang lebih tua. Dosis enoxaparin yaitu, dan pada neonatus diberikan 1,5 mg/kgBB per 12 jam dan pada anak yang lebih tua 1.0 mg/kgBB setiap 12 jam.[4]
Pada kasus stroke iskemik yang disebabkan oleh sebab lainnya (terutama idiopatik) dapat diberikan aspirin dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal per hari 300 mg dalam 24 jam pertama setelah diagnosis dan dilanjutkan selama 2 minggu. Setelah itu, dosis harian menjadi 1 mg/kgBB dengan dosis maksimal 75 mg. Durasi lama pemberian aspirin berbeda-beda bergantung pada kondisi yang menyertai. Aspirin tidak diberikan pada anak dengan riwayat anemia sel sabit.[3,5]
Tatalaksana Stroke Hemoragik
Tatalaksana stroke hemoragik bertujuan untuk stabilisasi pasien dengan mengurangi/mencegah peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan observasi terhadap herniasi otak akibat peningkatan volume darah dalam kranium atau perdarahan/oklusi pada ventrikel yang menyebabkan hidrosefalus.[25]
Elevasi kepala 30 derajat, hiperventilasi dengan menjaga PCO2 pada rentang 25-30 mmHg pada pasien intubasi, terapi hiperosmolar menggunakan manitol, dan/atau pemberian saline hipertonik untuk meningkatkan diuresis osmotik merupakan pilihan terapi medikamentosa untuk menurunkan/mencegah peningkatan TIK.[25]
Pada pasien anak yang diketahui mempunyai gangguan koagulopati dapat diberikan vitamin K dan/ atau fresh frozen plasma, serta konsentrat faktor VIII atau IX sesuai indikasi.[25]
Pembedahan dilakukan apabila TIK tidak responsif terhadap terapi medikamentosa, deteriorasi neurologis, hematoma cerebellum lebih dari 3 cm, herniasi otak, dan/atau hidrosefalus.[25]
Terapi endovaskular dan/atau pembedahan pada lesi vaskular yang ditemukan kecuali aneurisma biasanya dilakukan setelah menunggu resolusi hematoma.[25]