Prognosis Stroke pada Anak
Prognosis stroke pada anak bergantung pada tingkat keparahan stroke. Skoring PedNIHSS dapat digunakan untuk menilai beratnya stroke dan menilai disabilitas pada hari ke 90 pasca stroke.[14,15]
Stroke iskemik arterial memiliki tingkat rekurensi sebesar 6-35%, terutama pada anak yang memiliki faktor risiko. Stroke hemoragik memiliki tingkat rekurensi 10%, dengan tingkat mortalitas 6-54%. Anak yang mengalami stroke baik iskemik dan hemoragik dapat mengalami komplikasi seperti epilepsi, gangguan neurologis, motorik, bahasa, dan fungsi kognitif.[1,2,6]
Komplikasi
Komplikasi stroke antara lain penurunan fungsi kognitif terutama bila luas area otak yang terlibat cukup luas. Komplikasi epilepsi pasca stroke juga memperberat fungsi kognitif anak bila dibandingkan anak tanpa komplikasi epilepsi.[2,21,23]
Epilepsi
Epilepsi pasca stroke dapat terjadi pada 15-20% anak dengan AIS, dan ≤17% pada stroke hemoragik. Faktor risiko terjadinya epilepsi pasca stroke antara lain usia yang lebih muda, infark kortikal atau multifokal, keterlibatan arteri cerebri media, arteriopati cerebri fokal. Pasien anak yang mengalami komplikasi epilepsi pasca stroke memiliki luaran kognitif dan kualitas hidup yang lebih buruk bila dibandingkan pasien yang tidak menderita epilepsi.[21]
Suatu studi mendapatkan bahwa pasien dengan stroke iskemik memiliki risiko 27,8 kali lebih besar untuk mengalami epilepsi. Risiko untuk terjadi epilepsi tertinggi didapatkan pada 6 bulan pertama pasca onset stroke dan menetap setelah 20 tahun pasca onset stroke. insiden epilepsi lebih tinggi pada stroke perinatal dengan kejadian 27 per 100.000 orang per tahun, dibandingkan stroke anak 11,6 per 100.000 orang per tahun.[23]
Gangguan Neurologis, Motorik dan Bahasa
Gangguan neurologis yang lebih buruk didapatkan pada anak dengan manifestasi klinis gangguan kesadaran pada saat onset terjadinya stroke, infark bilateral, adanya arteriopati pada pemeriksaan pencitraan. Faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan neurologis yang lebih berat pada pasien stroke antara lain arteriopati, gangguan jantung, dan penyakit Moyamoya. Gangguan motorik yang didapatkan pada pasien stroke yaitu rigiditas ringan, hemiparesis, hemiplegia.[2]
Gangguan bahasa umumnya terjadi pada anak yang mengalami stroke pada hemisfer kiri, dengan prognosis lebih buruk ditemukan pada lesi di lokasi posterior dan usia yang lebih muda. Beberapa kelainan bahasa akibat stroke antara lain kesulitan penamaan, kelancaran bahasa menurun, kesulitan pengulangan bahasa, dan bahasa tertulis.[2]
Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif terganggu terutama bila lokasi infark terdapat pada regio korteks dan subkorteks, atau infark terjadi pada volume yang luas. Gangguan kognitif yang terjadi antara lain kemampuan kognitif kompleks, seperti atensi, fungsi eksekutif, kemampuan visiokonstruktif, kecepatan memproses, dan memori kerja.[2]
Prognosis
Stroke yang mengakibatkan gangguan fungsi motorik, menyebabkan anak mengalami keterbatasan dalam sebagian besar aktivitas sehari-hari, seperti kemampuan dalam mengurus diri sendiri, berkomunikasi, dan gangguan kognitif.[2]
Setelah stroke anak mengalami keterlambatan kurang lebih selama satu tahun untuk kembali ke sekolah, dan beberapa anak tetap memerlukan pendampingan pada saat sekolah dalam jangka waktu yang panjang. Luaran fungsional yang buruk didapatkan pada anak dengan faktor risiko seperti volume perdarahan intrakranial (>4% dari total volume otak), dan gangguan kesadaran pada saat awal datang (GCS ≤8).[6]
Rekurensi Stroke
Stroke iskemik arterial (AIS) memiliki tingkat rekurensi sekitar 6-35%, terutama pada pasien dengan faktor risiko seperti arteriopati, trombofilia genetik, riwayat serangan iskemik transien, infark bilateral, imunodefisiensi, dan leukositosis.[1,2]
Tingkat rekurensi stroke hemoragik pada anak dalam waktu lima tahun yaitu sebesar 10%. Stroke hemoragik memiliki tingkat mortalitas sebesar 5-33%, dan outcome neurologis yang buruk (defisit neurologis dan disabilitas) pada 25-57% anak.[6]
Rekurensi stroke dalam waktu satu tahun yaitu sebesar 32% pada anak dengan sindrom Moyamoya, 25% pada arteriopati serebral transien, dan 19% pada diseksi arterial. Anak dengan faktor risiko arteriopati memiliki risiko tertinggi (setara lima kali lipat) untuk mengalami stroke berulang dibandingkan AIS yang bersifat idiopatik. Rekurensi stroke juga cukup tinggi pada anak dengan anemia sel sabit, yaitu sebesar 70%.[5,9]