Epidemiologi Tetanus
Data epidemiologi tetanus dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menunjukkan ada 13.502 laporan kasus tetanus. Di negara maju seperti Amerika Serikat, hanya sekitar 264 kasus tetanus yang dilaporkan sejak tahun 2009-2017. Di negara maju lainnya seperti Inggris, hanya 11 kasus tetanus dilaporkan selama tahun 2021.[11-13]
Global
Secara global selama tahun 2011-2016 laporan kasus tetanus selalu kurang dari 20.000 kasus per tahun.
Di Amerika Serikat pada tahun 2019, sebanyak 26 kasus tetanus dilaporkan melalui sistem National Notifiable Diseases Surveillance System (NNDSS). Dari 29 kasus tersebut, 2 pasien meninggal akibat tetanus.
Dari tahun 2009 hingga 2017, di Amerika Serikat terdapat 264 kasus dan 16 kematian akibat tetanus yang dilaporkan. Sejumlah 60 kasus (23%) merupakan pasien berusia ≥ 65 tahun dan 36 kasus (13%) terjadi pada pasien dengan usia kurang dari 20 tahun, dimana 2 diantaranya merupakan kasus tetanus neonatorum.[11,12]
Empat puluh sembilan pasien dari 197 kasus tersebut diketahui riwayat vaksinasinya dan hanya 10 pasien yang pernah mendapatkan vaksin tetanus toxoid sebanyak 3 dosis atau lebih.[15]
Indonesia
Berdasarkan data dari Kemenkes RI, laporan kasus tetanus pada tahun 1994 di Indonesia berjumlah 3.843 kasus, dengan kasus terbanyak ditemukan di provinsi Jawa Timur yakni 1.229 kasus.
Penelitian yang dilakukan di RS Hasan Sadikin, Bandung antara tahun 1991-1995 menemukan 85 kasus tetanus. Sekitar 69,4% kasus disebabkan karena luka pada kaki. Angka mortalitas mencapai 25,6% dan dari semua pasien tersebut tidak ada yang pernah mendapatkan imunisasi dasar.[16]
Penemuan kasus tetanus mengikuti kejadian bencana gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 melaporkan adanya 26 kasus tetanus yang ditemukan dari data 8 rumah sakit setempat dan delapan dari 26 pasien atau sebanyak 30,8% dari total pasien tersebut meninggal .[17]
Di tahun 2017, WHO melaporkan insidensi tetanus neonatorum di Indonesia sebanyak 25 kasus, dan insidensi tetanus secara keseluruhan adalah 506 kasus.[18]
Mortalitas
Angka mortalitas tetanus menurun sejak dilakukan pencegahan melalui vaksinasi tetanus toxoid. Pada tahun 2016, diperkirakan sekitar 48.000-80.000 orang meninggal akibat tetanus di dunia.
Dari 19.937 kematian akibat tetanus neonatorum tersebut sebagian besar masih terjadi di Asia Selatan (45%) dan Afrika sub-Saharan (44%). Sementara kematian pada anak-anak dan dewasa akibat tetanus, 47% terjadi di Asia Selatan, 36% di Afrika sub-Saharan, dan 12% di Asia Tenggara.
Angka mortalitas tersebut dibandingkan dengan tahun 1990 menurun sebesar 90% untuk kejadian tetanus neonatorum dan 81% untuk tetanus lainnya. Angka mortalitas tertinggi akibat tetanus neonatorum ditemukan di negara Somalia, Sudan Selatan, dan Kenya, yakni lebih dari 5 kematian per 100.000 populasi.[19]
Penelitian dari data-data kasus tetanus pada beberapa rumah sakit di Afrika menunjukkan median case fatality rate tetanus mencapai 44%. Beberapa penyebab utama tetanus yang ditemukan adalah luka pada kaki dan sirkumsisi pada pria.[20]
Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015 masih ada 34.000 bayi baru lahir yang meninggal akibat tetanus neonatorum. Angka ini menurun sekitar 96% dibandingkan dengan tahun 1988.
Sebelum pengenalan upaya eliminasi tetanus neonatorum di Indonesia, survei pada tahun 1980 di beberapa provinsi menunjukkan angka kematian berkisar 6-23 kematian akibat tetanus neonatorum per 1000 kelahiran hidup.
Namun, pada tahun 2016, WHO, United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), dan United Nations sexual and reproductive health agency (UNFPA) menyatakan bahwa Indonesia telah berhasil mencapai status eliminasi tetanus maternal dan neonatorum.[11,21]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri