Prognosis Tetanus
Prognosis tetanus dipengaruhi oleh waktu yang dibutuhkan dari kejadian luka hingga timbulnya tanda klinis, riwayat imunisasi, manajemen luka yang baik, serta deteksi dan penanganan yang diberikan sedini mungkin. Pada kondisi yang berat, asfiksia akibat tetanus dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien antara lain asfiksia, obstruksi jalan napas, dan gagal napas apabila terjadi spasme yang mengganggu fungsi pernapasan atau disfungsi otonom.
Gangguan kardiovaskular yang dapat menjadi komplikasi tetanus adalah aritmia, takikardia, bradikardia, hipertensi, bahkan hingga asistol.
Komplikasi ortopedi yang dapat terjadi karena spasme otot pada pasien tetanus adalah ruptur tendon dan fraktur tulang.
Pada pasien gagal napas yang menggunakan ventilasi mekanik berkepanjangan, dapat terjadi pneumonia.[6-8]
Di antara kasus tetanus neonatal, anak dapat sembuh sempurna atau mengalami berbagai derajat keparahan gangguan neurologi dari defisit intelektual ringan hingga cerebral palsy.[6]
Prognosis
Skor Dakar dapat digunakan untuk membantu menentukan prognosis tetanus.[2,7]
Tabel 1. Skor Dakar
Faktor Prognosis | Skor 1 | Skor 0 |
Periode inkubasi | <7 hari | > 7 hari atau tidak diketahui |
Periode onset (spasme) | <2 hari | >2 hari |
Port d’entree | Umbilikus, luka bakar, uterus, fraktur terbuka, luka operasi, injeksi intramuskular | Selain dari yang disebutkan atau tidak diketahui |
Spasme | Ada | Tidak ada |
Demam | >38,4oC | <38,4oC |
Takikardia | Dewasa: >120 kali/menit | Dewasa: <120 kali/menit |
Neonatus: >150 kali/menit | Neonatus: >150 kali/menit |
Berdasarkan skor Dakar tersebut, total skor 0-1, menunjukkan tetanus ringan dan angka mortalitas kurang dari 10%. Total skor 2-3, menunjukkan tetanus sedang, dan angka mortalitas 10-20%. Skor 4 menandakan tetanus berat dengan angka mortalitas 20-40%. Skor 5-6 menandakan tetanus sangat berat dengan angka mortalitas di atas 50%.[2,7]
Kematian pada tetanus biasanya diakibatkan asfiksia yang ditimbulkan spasme laring. Oleh karena itu, patensi jalan napas secara dini dengan intubasi sangat penting dilakukan untuk menurunkan risiko mortalitas.[8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri