Prognosis Amenorrhea Sekunder
Prognosis amenorrhea sekunder bergantung pada penyebabnya, di mana amenorrhea yang diakibatkan oleh disfungsi hipotalamus umumnya bersifat reversibel. Defisiensi estrogen pada pasien amenorrhea sekunder berisiko menimbulkan komplikasi jangka panjang seperti kerusakan jaringan tulang, infertilitas, hingga penyakit kardiovaskuler.[1,2]
Komplikasi
Komplikasi amenorrhea sekunder umumnya berhubungan dengan kondisi menurunnya produksi estrogen. Defisiensi estrogen berpengaruh pada peningkatan resorpsi tulang dan perubahan densitas mineral tulang trabekuler. Kondisi penurunan densitas tulang ini berisiko menyebabkan osteoporosis hingga fraktur.[1,2,5,18]
Estrogen juga bersifat kardioprotektif melalui perannya dalam melindungi dari stres oksidatif dan mencegah iskemia otot jantung. Defisiensi estrogen pada wanita dengan amenorrhea sekunder yang berkepanjangan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.[9]
Amenorrhea sekunder yang berkaitan dengan kelainan ovulasi dapat menyebabkan infertilitas. Selain itu, amenorrhea sekunder juga dapat berpengaruh pada fungsi neurokognitif yakni perubahan mood dan gangguan emosi.[1,5,19]
Prognosis
Prognosis amenorrhea sekunder bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasarinya. Sebuah studi melaporkan sebanyak 71% amenorrhea yang berhubungan dengan gangguan fungsional hipotalamus mengalami perbaikan dalam periode pemantauan 7–9 tahun. Studi ini juga melaporkan nilai indeks massa tubuh yang lebih tinggi serta serum kortisol yang lebih rendah menjadi faktor prediktif perbaikan pada pasien.[1,6,9]
Pasien amenorrhea dengan polycystic ovarian syndrome (PCOS) berisiko mengalami komplikasi jangka panjang seperti diabetes dan penyakit kardiovaskuler. Manajemen komplikasi melalui pemantauan jangka panjang dan terapi yang adekuat dapat meningkatkan prognosis pasien amenorrhea sekunder.[5]