Penatalaksanaan Hiperplasia Endometrium
Penatalaksanaan hiperplasia endometrium bergantung pada faktor klinis dan klasifikasi diagnosis histologi. Jika terdapat gangguan status hemodinamik, maka penanganan awal harus diberikan terlebih dahulu sesuai indikasi. Hiperplasia endometrium dapat ditangani secara noninvasif dengan obat-obatan, maupun invasif dengan pembedahan.[2,3,5]
Terapi Farmakologis dengan Progestin
Terapi medikasi pasien hiperplasia endometrium umumnya lebih disarankan pada hiperplasia endometrium tipe non atipik dan masih fertil. Terapi progestin merupakan terapi utama dalam penanganan hiperplasia endometrium non atipik.
Terapi progestin memiliki efek dalam modifikasi efek proliferatif dari estrogen pada endometrium. Terdapat dua rute progestin yang dapat diberikan, yaitu progestin oral dan levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNG-IUS).[3,5,9]
Levonorgestrel-Releasing Intrauterine System (LNG-IUS)
Penggunaan Levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNG-IUS) merupakan lini pertama pada terapi hiperplasia endometrium non atipik. Penggunaan LNG-IUS sudah dilaporkan memiliki efek yang lebih baik daripada progestin oral. Kelebihan penggunaan LNG-IUS adalah kecepatan regresi penyakit yang lebih baik, perdarahan yang lebih sedikit, serta efek samping yang lebih sedikit.
LNG-IUS dapat digunakan dengan dosis 52 mg dengan kecepatan rilis 20 μg/hari selama 5 hari (LNg52/5). Apabila pasien menolak menggunakan LNG-IUS, maka penggunaan progestin oral baru disarankan.[3,5,9]
Progestin Oral
Progestin oral umumnya disarankan pemakaiannya pada pasien hiperplasia endometrium non atipik. Progestin oral dapat diberikan pada wanita dengan karakteristik sebagai berikut:
- Kontraindikasi penggunaan LNG-IUS
- Kondisi khusus pada uterus, yang menyebabkan kesulitan dalam pemasangan atau retensi dari LNG-IUS, seperti fibroid dan anomali kongenital
- Program hamil setelah terapi[3,5,9]
Progestin oral dapat diberikan minimal 6 bulan dengan dosis berkelanjutan. Progestin oral dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan indikasinya. Berikut ini merupakan pilihan progestin oral yang dapat diberikan:
Megestrol Asetat:
Megestrol asetat merupakan pilihan utama progestin oral dalam terapi hiperplasia endometrium atipik, yang dapat diberikan dengan dosis 40–160 mg/hari. Kontrasepsi oral ini merupakan tipe progestin yang kuat. Dosis dapat disesuaikan dengan klasifikasi diagnosis histologi pasien.[3,5,9]
Medroxyprogesterone Acetate:
Medroxyprogesterone acetate (MPA) merupakan lini pertama terapi oral progestin untuk pengobatan hiperplasia endometrium non atipik. Dosis yang dapat diberikan adalah 10‒20 mg/hari.[3,5,9]
Norethindrone Acetate:
Norethindrone acetate (NETA) telah dilaporkan pada beberapa studi memiliki efikasi yang hampir sama dengan MPA. Dosis NETA adalah 15 mg/hari.[3,5,9]
Terapi Farmakologis Non Progestin
Terapi non-progestin lainnya dapat digunakan pada keadaan dimana tidak dapat menggunakan terapi progestin. Terapi non-progestin yang dapat digunakan adalah GnRH agonis, aromatase inhibitor, metformin, dan danazol.[3,5,9]
Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) Agonis
Beberapa studi sudah menemukan bahwa penggunaan GnRH agonis bersamaan dengan LNG-IUS berhasil dalam menangani hiperplasia endometrium. Kecepatan rilis obat yang disarankan adalah 19,5 μg/hari selama 5 tahun.[3,5,9]
Aromatase Inhibitor
Penggunaan aromatase inhibitor memiliki kegunaan dalam menghentikan produksi estrogen endogen pada pasien hiperplasia endometrium. Letrozole dengan dosis 5 mg telah dibuktikan dapat menangani hiperplasia endometrium.[3,5,9]
Metformin
Metformin telah dilaporkan dapat menurunkan risiko kanker endometrium dengan efek antiproliferatif dan menurunkan resistensi insulin. Beberapa studi melaporkan metformin memiliki respons yang baik dalam menangani hiperplasia endometrium non atipik.
Dosis yang dapat diberikan adalah 850 mg sekali sehari selama 4 minggu, kemudian 2 kali sehari selama 8 minggu.[3,5,9]
Danazol
Penggunaan danazol telah dilaporkan memiliki efikasi yang baik pada pasien hiperplasia endometrium, namun karena efek samping yang signifikan maka penggunaan obat ini tidak disarankan. Dosis yang dapat diberikan pada wanita pasca menopause adalah 400 mg/hari selama 6 bulan.[3,5,9]
Prosedur Pembedahan
Tindakan bedah merupakan terapi hiperplasia endometrium yang paling disarankan pada pasien yang sudah tidak ingin memiliki anak. Terapi bedah bisa dengan histerektomi atau reseksi dan ablasi endometrium.
Histerektomi
Histerektomi merupakan terapi utama pada hiperplasia endometrium atipik dikarenakan memiliki resiko tinggi untuk berubah terjadinya kanker endometrium. Selain itu, histerektomi juga diindikasikan pada pasien hiperplasia endometrium dengan/tanpa atipik dengan kegagalan pengobatan awal.[3,5,9]
Pada wanita pasca menopause dengan hiperplasia endometrium dan berisiko kanker endometrium, maka terapi histerektomi juga lebih disarankan. Prosedur histerektomi yang disarankan adalah extrafascial hysterectomy atau histerektomi tipe 1, yaitu mengeluarkan uterus dan serviks dan meninggalkan parametrium. Tindakan limfadenektomi disarankan untuk menentukan stadium endometrium karsinoma.[3,5,9]
Reseksi dan Ablasi Endometrium
Reseksi dan ablasi endometrium telah dilaporkan dapat mencegah progresi hiperplasia endometrium menuju kanker endometrium. Akan tetapi, metode ini akan merusak seluruh bagian endometrium sehingga kurang disarankan.[3,5,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini