Patofisiologi Infertilitas Wanita
Patofisiologi infertilitas wanita dapat melibatkan gangguan ovulasi, adhesi pelvis atau tuba, endometriosis, atau penyebab uterus lainnya.[3-5]
Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi seperti oligo-ovulasi atau anovulasi dapat menyebabkan infertilitas karena tidak adanya oosit yang dikeluarkan setiap bulan sehingga tidak ada kemungkinan untuk terjadi fertilitasi dan kehamilan. Gangguan ovulasi berdasarkan World Health Organization (WHO) dapat dibagi menjadi empat subklasifikasi, yaitu anovulasi hipogonadotropik hipogonadal, anovulasi normogonadotropik normoestrogenik, anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik, dan anovulasi hiperprolaktinemik.[1,3,4]
Anovulasi Hipogonadotropik Hipogonadal
Anovulasi hipogonadotropik hipogonadal atau yang sering disebut sebagai hipotalamik amenore umumnya disebabkan oleh gangguan pada pola makan atau aktivitas berlebih. Penurunan asupan kalori, penurunan berat badan, dan aktivitas berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kortisol yang kemudian menyebabkan supresi hormon gonadotropin (GnRH).
Penurunan GnRH akan menyebabkan penurunan sekresi gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari anterior. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan folikel, anovulasi dan penurunan kadar estrogen, sehingga mengakibatkan infertilitas pada wanita.[3]
Anovulasi Normogonadotropik Normoestrogenik
Anovulasi normogonadotropik normoestrogenik paling sering disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS). Infertilitas akibat PCOS umumnya disebabkan oleh tidak terbentuknya folikel matur yang mengakibatkan anovulasi. Patofisiologi PCOS belum diketahui secara menyeluruh, namun beberapa studi telah menghubungkannya dengan peningkatan hormon anti-Mullerian (AMH).[3]
Anovulasi Hipergonadotropik Hipoestrogenik
Anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik umumnya disebabkan oleh insufisiensi ovarium prematur dan resisten ovarium yang berkaitan dengan usia wanita. Pada keadaan ini terjadi penurunan kualitas dan kuantitas oosit yang dihubungkan dengan usia wanita dan kebiasaan merokok.
Insufisiensi ovarium primer merupakan terjadinya hipergonadotropik hipogonadisme sebelum usia 50 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa penyakit genetik, seperti sindrom Turner dan monosomi kromosom seks yang menyebabkan kariotipe 45X yang mengakibatkan penurunan folikulogenesis, penurunan estrogen, dan berkurangnya oosit yang berujung pada infertilitas.[3]
Anovulasi Hiperprolaktinemik
Prolaktinemia umumnya disebabkan adenoma pituitari. Prolaktin umumnya dapat menyebabkan supresi sekresi GnRH hipotalamus yang mengakibatkan rendahnya LH dan anovulasi. Selain itu, prolaktinemia juga menyebabkan penurunan sekresi progesteron dari korpus luteum yang membuat defek pada fase luteal.
Kadar prolaktin 20-50 ng/mL menyebabkan menurunnya kadar progesteron yang dilepaskan oleh korpus luteum, sehingga fase luteal menjadi pendek. Di sisi lain, prolaktin dengan kadar 50-100 ng/mL menyebabkan amenore atau oligomenore akibat feedback aksis hipotalamik-pituitari-ovarium abnormal. Hal ini menyebabkan terjadinya infertilitas wanita.[3]
Adhesi Pelvis atau Tuba
Penyebab utama adhesi pelvis atau tuba yakni penyakit radang panggul (PID). PID dihubungkan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi akut dan kronik pada tuba falopii dapat menyebabkan hidrosalpinx atau kerusakan pada struktur falopii. Hal ini mengakibatkan terjadinya obstruksi pada tuba, sehingga mengganggu aliran cairan fisiologis pada tuba falopii.[3]
Endometriosis
Endometriosis merupakan keadaan dimana jaringan endometrium berada di luar uterus. Endometriosis pelvis merupakan salah satu penyebab infertilitas wanita.
Pada endometriosis stadium I dan II, infertilitas umumnya disebabkan oleh inflamasi yang meningkatkan produksi prostaglandin, sitokin, makrofag, dan natural killer cells. Pada stadium III dan IV, infertilitas umumnya disebabkan oleh adhesi atau massa pelvis yang mengganggu motilitas tuba, pengeluaran oosit, dan motilitas sperma. Endometriosis juga telah dihubungkan dengan gangguan folikulogenesis yang mengganggu fertilisasi.[3]
Penyebab Uterus Lainnya
Penyebab uterus lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas yakni space-occupying lesions seperti leiomyoma uterus yang muncul pada submukosa atau intrakavitas dapat mengganggu proses implantasi embrio pada uterus. Kemungkinan penyebab lain adalah penurunan reseptivitas dari endometrium. Selain itu, kelainan uterus kongenital, paling sering pada septum uterus, juga telah dihubungkan dengan infertilitas.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Audric Albertus
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta