Epidemiologi Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Data epidemiologi menunjukkan bahwa intrauterine growth restriction (IUGR) ditemukan 6 kali lebih tinggi pada negara berkembang daripada di negara maju. Insidensi IUGR dilaporkan sekitar 3‒7% dari seluruh kehamilan. Insiden ini bervariasi sesuai dengan populasi yang diteliti, usia kehamilan janin, dan apakah janin small of gestational age (SGA) dimasukkan atau tidak dalam penelitian.[1]
Global
Negara-negara di Asia Selatan memiliki tingkat intrauterine growth restriction (IUGR) dan berat badan lahir rendah (BBLR) tertinggi di dunia. Insiden BBLR akibat IUGR di Bangladesh dilaporkan sebanyak 39% dari seluruh kelahiran hidup. India dan Pakistan juga memiliki tingkat BBLR akibat IUGR yang tinggi, yaitu sebanyak 21% dan 18%.
Negara Asia lainnya, seperti Sri Lanka (13%), Kamboja (12%), Vietnam (11%), Filipina (6%), Malaysia (4%), Thailand (3%), dan China (2%) juga menyumbang angka BBLR akibat IUGR yang cukup tinggi.
Di Amerika Serikat, tingkat IUGR ditemukan lebih rendah dibandingkan negara-negara di Asia, yaitu sebesar 0,07%.[3,6]
Indonesia
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2017 menuliskan insiden IUGR di Indonesia sebesar +4,4% dari seluruh kelahiran hidup. Anak dengan BBLR yang berhubungan dengan IUGR paling banyak ditemukan pada provinsi Papua (27%), Nusa Tenggara Timur (20,3%), dan Sumatera Selatan (19,5%).[9]
Sementara itu, profil kesehatan Indonesia tahun 2021 tidak melaporkan epidemiologi IUGR. Namun, dilaporkan bahwa 81,8% bayi baru lahir telah ditimbang, di mana 2,5% nya adalah bayi BBLR. Jumlah bayi BBLR ini menurun daripada tahun sebelumnya, yaitu 3,1%. Penyebab kondisi bayi BBLR di antaranya adalah IUGR.[10]
Mortalitas
IUGR merupakan salah satu penyebab kematian perinatal dan neonatal. Rasio mortalitas perinatal dalam kasus IUGR sebesar 5,4/1000 kelahiran.[11]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini