Edukasi dan Promosi Kesehatan Ketuban Pecah Dini
Edukasi dan promosi kesehatan pada ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane difokuskan terhadap penghindaran faktor risiko. Pasien yang sedang mengalami kehamilan diedukasi untuk berhenti merokok dan mencegah terjadinya infeksi saluran kemih yang meningkatkan risiko ketuban pecah dini.[1,14,15]
Edukasi Pasien
Jelaskan pada pasien bahwa ketuban pecah dini mengacu pada pecahnya kantong ketuban yang terjadi sebelum permulaan persalinan dan sebelum usia kehamilan 37 minggu. Pasien dengan ketuban pecah dini perlu diedukasi mengenai kemungkinan penyebab, rencana penatalaksanaan, serta manfaat dan risiko yang mungkin terjadi.
Diskusikan dengan pasien untung-rugi dari induksi persalinan ataupun expectant management. Pada usia gestasi lebih muda, jelaskan apa komplikasi jangka pendek dan jangka panjang bagi janin yang lahir jauh dari cukup bulan, misalnya disabilitas intelektual, gangguan pendengaran, dan cerebral palsy.
Jika pasien dirawat jalan, jelaskan apa saja yang perlu pasien lakukan secara mandiri di rumah. Ini mungkin mencakup pemantauan tanda infeksi, perdarahan, dan gawat janin.[1,14,15]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Ketuban pecah dini tidak bisa dicegah. Meski ada studi yang mengatakan bahwa vitamin C dapat mencegah ketuban pecah dini, studi lebih baru menyatakan bahwa vitamin C tidak bermanfaat.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko ketuban pecah dini. Dokter dapat mengedukasi ibu hamil untuk berhenti merokok sebagai upaya pencegahan.
Lakukan antenatal care yang baik untuk mengawasi kesejahteraan kehamilan dan mengendalikan faktor risiko penyulit kehamilan. Deteksi dini dengan antenatal care yang baik akan membantu mengurangi risiko pada ibu dan janin.
Edukasi ibu mengenai tanda dan gejala ketuban pecah dini agar ibu segera mencari perawatan jika mencurigai dirinya mengalami ketuban pecah dini. Informasikan juga cara membedakan air ketuban dengan air kemih.[1,14,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta