Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Untuk pasien aterm yang mengalami ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane, penatalaksanaan yang direkomendasikan adalah induksi persalinan segera karena dapat mengurangi risiko korioamnionitis. Di lain pihak, pada pasien yang belum aterm, penatalaksanaan bergantung pada klinis masing-masing pasien. Penatalaksanaan umum berdasarkan usia kehamilan tercantum di Tabel 1.[1,2]
Tabel 1. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan | Penatalaksanaan |
Cukup bulan (37 minggu atau lebih) | Lahirkan bayi: induksi atau sectio caesarea sesuai indikasi |
Obati infeksi intraamniotik jika ada | |
Profilaksis infeksi sesuai indikasi | |
Late preterm (34-36 minggu 6 hari) | Konservatif atau lahirkan bayi (induksi atau sectio caesarea sesuai indikasi) |
Obati infeksi intraamniotik jika ada | |
Kortikosteroid: Jika belum diberikan sebelumnya dan bayi akan dilahirkan dalam waktu lebih dari 24 jam dan kurang dari 7 hari, serta tidak ada korioamnionitis | |
Skrining dan profilaksis infeksi sesuai indikasi | |
Preterm (24-33 minggu 6 hari) | Konservatif |
Obati infeksi intraamniotik jika ada | |
Antibiotik jika tidak ada kontraindikasi | |
Kortikosteroid | |
Lakukan swab vagina dan rektum untuk kultur patogen infeksi, lalu profilaksis infeksi sesuai indikasi | |
Magnesium sulfat untuk neuroproteksi pada usia kehamilan <32 minggu, jika tak ada kontraindikasi | |
Periviabel (<24 minggu)
| Konseling |
Konservatif atau induksi persalinan | |
Antibiotik dapat mulai diberikan mulai dari usia kehamilan 20 minggu | |
Profilaksis terhadap infeksi, kortikosteroid, tokolitik, dan magnesium sulfat tidak direkomendasikan sebelum bayi viabel |
Sumber: dr. Krisandryka Wijaya, Alomedika, 2023.[1,2]
Manajemen Persalinan
Selain dari usia kehamilan, keputusan untuk melahirkan bayi juga ditentukan oleh status janin, banyaknya perdarahan pervaginam, dan kondisi umum ibu. Status janin yang meragukan dan korioamnionitis merupakan indikasi persalinan.
Perlu dipertimbangkan abrupsio plasenta pada pasien ketuban pecah dini yang disertai perdarahan pervaginam, dan persalinan mungkin menjadi salah satu pilihan pada kondisi tersebut. Pada pasien hamil cukup bulan yang belum mengalami persalinan spontan saat datang, perlu dilakukan induksi.
Umumnya, pasien dengan KPD preterm perlu dirawat inap di rumah sakit dengan pemantauan berkala untuk menilai tanda-tanda infeksi, abruptio plasenta, kompresi tali pusat, kondisi janin, dan tanda persalinan.
Terdapat kontroversi seputar penggunaan tokolitik pada pasien KPD preterm. Tokolitik profilaksis dihubungkan dengan periode laten yang lebih panjang dan berkurangnya risiko kelahiran dalam 48 jam. Namun, tokolitik juga dihubungkan dengan peningkatan risiko korioamnionitis pada usia kehamilan di bawah 34 minggu.[1,2,10]
Pemberian Kortikosteroid
Kortikosteroid antenatal pada KPD preterm bermanfaat mengurangi mortalitas neonatal, distres pernapasan, necrotizing enterocolitis, dan perdarahan intraventrikular. Kortikosteroid direkomendasikan pada semua kehamilan usia 24 hingga 34 minggu jika ada risiko terjadinya persalinan pada 7 hari berikutnya.[1,2,10]
Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat digunakan untuk mengantisipasi kelahiran sebelum usia kehamilan 32 minggu untuk mengurangi risiko cerebral palsy. Pada KPD preterm usia 24 hingga 29 minggu 6 hari yang sudah memasuki persalinan atau persalinan direncanakan dalam 24 jam, magnesium sulfat dapat diberikan.[1,2,10]
Antibiotik
Antibiotik pada kasus ketuban pecah dini terbukti memperpanjang masa kehamilan, mengurangi infeksi maternal dan neonatal, serta mengurangi morbiditas janin. Pada KPD preterm (<34 minggu), direkomendasikan terapi antibiotik selama 7 hari.
Regimen yang direkomendasikan adalah 2 gram ampicillin intravena (IV) per 6 jam dan 250 mg erythromycin IV per 6 jam selama 48 jam. Kemudian, diikuti 250 mg amoxicillin oral per 8 jam dan 333 erythromycin oral per 8 jam selama 5 hari berikutnya. Amoxicillin-klavulanat tidak direkomendasikan karena meningkatkan risiko necrotizing enterocolitis.[1,2,10,11]
Usia Kehamilan Aterm
Pada prinsipnya, untuk pasien dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu, penatalaksanaan ketuban pecah dini (KPD) difokuskan pada induksi persalinan dengan oxytocin. Manajemen aktif berkaitan dengan penurunan risiko infeksi maternal, penurunan kebutuhan rawat intensif neonatus, dan antibiotik postnatal. Pada pasien tertentu, induksi persalinan dengan manajemen aktif secara langsung bisa saja tidak memungkinkan. Expectant management dapat dipertimbangkan jika:
- KPD aterm dengan presentasi sefalik menetap
Group B Streptococcus negatif
- Tidak ada tanda infeksi
- Cardiotocography normal
- Tidak ada riwayat pemeriksaan bimanual dan sutura servikal
- Pemantauan suhu maternal, hilangnya cairan ketuban, dan status janin setiap 4 jam memungkinkan
Antibiotik profilaksis diberikan pada pasien dengan infeksi Group B Streptococcus.[1,2,10,11,13]
Usia Kehamilan Preterm
Ketuban pecah dini yang terjadi pada usia gestasi < 37 minggu disebut sebagai ketuban pecah dini preterm atau preterm premature rupture of membrane (PPROM). Tata laksana bergantung pada usia kehamilan.[1,2,10,11,16]
Kehamilan 34-36 Minggu
Bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa induksi persalinan dan expectant management dapat dipertimbangkan pada pasien dengan KPD preterm usia kehamilan 34-36 minggu. Berikan kortikosteroid jika syarat yang disebutkan dalam Tabel 1 terpenuhi. Lakukan skrining infeksi Group B Streptococcus dan berikan profilaksis sesuai indikasi.[1,2,10,11,16]
Kehamilan 24-33 Minggu
Pada pasien dengan usia kehamilan 24-33 minggu, tata laksana yang direkomendasikan adalah expectant management dengan pemantauan infeksi, perdarahan, kompresi tali pusat, kesejahteraan janin, dan tanda persalinan. Jika expectant management tidak memungkinkan karena kontraindikasi ibu dan janin, maka bayi sebaiknya dilahirkan.
Kortikosteroid antenatal dosis tunggal sebaiknya diberikan. Jika usia kehamilan kurang dari 32 minggu, maka berikan magnesium sulfat. Lakukan pemeriksaan swab vagina untuk skrining infeksi Group B Streptococcus, dan berikan profilaksis sesuai indikasi.
Jika pasien memiliki infeksi herpes simpleks aktif, direkomendasikan untuk expectant management dan dilakukan terapi virus herpes simpleks. Jika ibu mengidap HIV, maka terapi HIV mengikuti rekomendasi tata laksana HIV selama kehamilan.[1,2,10,11,16]
Usia Gestasi <24 Minggu
Pada kelompok usia gestasi ini, risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin lebih tinggi dibandingkan usia gestasi yang lebih tua. Angka kesintasan bayi akan lebih tinggi jika lahir pada usia kehamilan di atas 22 minggu dibandingkan di bawah 22 minggu.
Lakukan konseling mengenai risiko dan manfaat dari expectant management. Jika pasien memilih menjalani expectant management, rawat jalan dapat dilakukan setelah pemantauan rawat inap. Pasien yang rawat jalan harus diberikan informasi agar segera kembali ke perawatan jika mengalami perdarahan, gejala infeksi, ataupun tanda persalinan.
Profilaksis infeksi Group B Streptococcus tidak direkomendasikan, tetapi dapat dipertimbangkan saat usia kehamilan 23 minggu. Kortikosteroid dosis tunggal dan magnesium sulfat untuk neuroproteksi juga dapat diberikan pada usia kehamilan 23 minggu.[1,2,10,11,16]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta