Patofisiologi Korioamnionitis
Patofisiologi korioamnionitis terutama terjadi melalui invasi asendens flora vaginal dan servikal melalui kanal serviks, tetapi dapat juga terjadi melalui penyebaran hematogen akibat bakteremia maternal, dan kontaminasi kavitas amnion akibat tindakan invasif.
Infeksi Asendens
Mekanisme utama pada patofisiologi korioamnionitis yaitu terjadinya infeksi asendens. Pada umumnya, infeksi terjadi setelah ketuban pecah dini, namun proses ini juga dapat terjadi saat membran masih intak.
Terdapat 4 tahap dalam infeksi asendens, yang dimulai dari munculnya bakteri patogen atau terjadi perubahan mikroba flora normal yang ada pada vagina dan serviks, misalnya akibat infeksi saluran kemih.
Kemudian, mikroorganisme mencapai kavitas amnion dan akan menetap pada bagian polus bawah uterus (di antara membran dan korion). Mikroorganisme dapat menginvasi pembuluh darah janin (koriovaskulitis) atau melalui amnion (amnionitis) kemudian menuju kavitas amnion dan menyebabkan korioamnionitis.
Keadaan ini akan menstimulasi produksi mediator inflamasi berupa prostaglandin dan radikal oksigen reaktif. Pada tahap ini, mikroorganisme dapat mencapai janin melalui saluran pernapasan, pencernaan, atau membran mukosa seperti membran timpani atau konjungtiva.[1,3,7]
Penyebaran Hematogen
Pada beberapa kasus, korioamnionitis dapat terjadi melalui mekanisme penyebaran hematogen akibat bakteremia maternal. Patogen yang dapat menyebabkan korioamnionitis ini di antaranya adalah Listeria monocytogenes, bakteri streptococcus grup A, dan Campylobacter spp.[3,9]
Korioamnionitis Iatrogenik
Korioamnionitis dapat terjadi secara iatrogenik akibat prosedur invasif yang dilakukan untuk diagnosis prenatal atau terapi janin, misalnya akibat amniocentesis, fetoskopi, cerclage servikal, atau transfusi intrauteri.[3,9]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja