Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Korioamnionitis general_alomedika 2023-02-02T13:42:31+07:00 2023-02-02T13:42:31+07:00
Korioamnionitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Korioamnionitis

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Penatalaksanaan korioamnionitis mencakup pemberian antibiotik, ditambah dengan pemberian antipiretik. Terminasi kehamilan umumnya tidak diperlukan, tetapi dapat dipertimbangkan pada kondisi tertentu, misalnya abses otak atau perforasi intestinal.

Antibiotik Intrapartum

Pemberian antibiotik intrapartum disertai dengan pemberian antipiretik direkomendasikan, baik pada kasus suspek atau kasus korioamnionitis yang telah terkonfirmasi. Pemberian antibiotik dapat mengurangi angka kejadian bakteremia, pneumonia, dan sepsis pada neonatus.

Pemberian antibiotik intrapartum dapat menurunkan kejadian sepsis neonatorum hingga 80%. Pemberian antibiotik juga menurunkan morbiditas ibu akibat demam dan mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.[1,6,16]

Pemberian Antibiotik pada Wanita dengan Demam Intrapartum tanpa Adanya Kriteria Klinis Korioamnionitis Lainnya

Pada kasus demam intrapartum saja, tanpa disertai kriteria klinis lain yang menunjukkan korioamnionitis, dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik untuk korioamnionitis, kecuali bila diketahui terdapat sumber infeksi lain.

Hal ini dikarenakan, demam intrapartum saja juga berhubungan dengan dampak buruk bagi neonatus baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Meskipun mekanisme yang menjelaskan hal ini masih belum jelas, namun beberapa ahli mengaitkan hal ini dengan hipertermia serta perubahan laju metabolik yang terjadi yang dapat memperburuk hipoksia pada jaringan.[1]

Rekomendasi Regimen Antibiotik Utama pada Korioamnionitis

Rekomendasi regimen antibiotik utama untuk korioamnionitis adalah sebagai berikut:

  • Ampicillin 2 gram intravena, 4 kali sehari; ditambah gentamicin loading dose 2 mg/kgBB intravena dilanjutkan dengan dosis 1,5 mg/kgBB, 3 kali sehari; atau tanpa loading dose dengan dosis 5 mg/kgBB intravena, sekali sehari

  • Regimen untuk pasien dengan alergi ringan penisilin: Cefazolin 2 gram intravena, 3 kali sehari; ditambah gentamicin loading dose 2 mg/kgBB intravena dilanjutkan dengan dosis 1,5 mg/kg BB, 3 kali sehari; atau tanpa loading dose dengan dosis 5 mg/kgBB intravena, sekali sehari
  • Regimen untuk pasien dengan alergi berat penisilin: Clindamycin* 900 mg intravena, 3 kali sehari dan gentamicin loading dose 2 mg/kgBB intravena dilanjutkan dengan dosis 1,5 mg/kg BB, 3 kali sehari; atau tanpa loading dose dengan dosis 5 mg/kgBB intravena, sekali sehari
  • Pada wanita yang menjalani operasi sectio caesarea, tambahkan satu dosis tambahan dari regimen yang digunakan, serta tambahkan clindamycin 900 mg intravena atau metronidazole 500 mg intravena setidaknya untuk 1 kali pemberian
  • Pada wanita yang menjalani persalinan normal, antibiotik dosis tambahan tidak diperlukan, kecuali jika ada faktor maternal yang mengarahkan pada perlunya pemberian antibiotik, misalnya adanya bakteremia atau demam pada masa postpartum

*Pada wanita dengan kolonisasi Streptococcus grup B yang status resistensi antibiotiknya tidak diketahui atau terbukti resisten terhadap clindamycin, ganti clindamycin dengan vancomycin 1 gram intravena, 2 kali sehari.[1]

Rekomendasi Regimen Antibiotik Alternatif pada Korioamnionitis

Rekomendasi regimen antibiotik alternatif untuk korioamnionitis adalah sebagai berikut:

  • Ampicillin-sulbactam 3 gram intravena, 4 kali sehari
  • Piperacillin-tazobactam 3,375 gram intravena, 4 kali sehari; atau 4,5 gram intravena, 3 kali sehari

  • Cefotetan 2 gram intravena, 2 kali sehari
  • Cefoxitin 2 gram intravena, 3 kali sehari
  • Ertapenem 1 gram intravena, sekali sehari
  • Pada wanita yang menjalani operasi sectio caesarea, tambahkan satu dosis tambahan dari regimen yang digunakan[1]

Antipiretik

Antipiretik yang disarankan adalah paracetamol 500-1000 mg yang dapat diberikan secara oral, intravena, maupun rektal, dengan dosis maksimal per hari 4 g.

Pemberian kortikosteroid antenatal pada wanita dengan korioamnionitis yang berisiko melahirkan prematur tidak disarankan. Pemberian kortikosteroid juga harus dihindari pada wanita yang terbukti mengalami infeksi sistemik.[18]

Induksi dan Terminasi Persalinan

Induksi persalinan dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus partus lama, bila tidak terdapat kontraindikasi. Korioamnionitis sendiri bukan merupakan indikasi dilakukannya persalinan secara sectio caesaria. Keputusan mengenai metode persalinan dan perlu tidaknya induksi ditentukan berdasarkan indikasi obstetri.

Penatalaksanaan Neonatal untuk Neonatus yang Lahir dengan Riwayat Korioamnionitis

Neonatus yang lahir dengan riwayat korioamnionitis berpotensi mengalami infeksi neonatorum yang dapat menyebabkan terjadinya sepsis neonatorum. Pendekatan tata laksana pada neonatus ini perlu didasarkan pada usia gestasi dan kondisi neonatus. Komunikasi antara tim obstetri dan tim neonatal sangatlah penting untuk penatalaksanaan yang sesuai.[2,16]

Neonatus tidak perlu mendapatkan tata laksana jika ibu hanya mengalami demam tanpa adanya kriteria klinis lain yang mengarahkan pada korioamnionitis.

Pada kondisi di mana korioamnionitis dicurigai, keputusan untuk memberikan tata laksana pada neonatus didasarkan pada kondisi klinis. Jika asimtomatik, neonatus cukup diobservasi tanpa perlu diberikan antibiotik, kecuali pada neonatus dengan usia gestasi <34 minggu yang perlu mendapatkan antibiotik sesegera mungkin disertai dengan kultur.

Pada kondisi di mana korioamnionitis terkonfirmasi, berikan antibiotik pada neonatus mencakup administrasi kombinasi aminoglikosida intravena dan penicillin. Contoh antibiotik yang dapat digunakan adalah gentamicin intravena 7,5 mg/kgBB, sekali sehari; ditambah dengan ampicillin intravena 50 mg/kgBB, dua kali sehari.

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Intrapartum Management of Intramniotic Infection. ACOG Committee Opinion. The American College of Obstetric and Gynecologist. 2017. https://www.acog.org/Clinical-Guidance-and-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-Obstetric-Practice/Intrapartum-Management-of-Intraamniotic-Infection
2. Peng CC, Chang JH, Lin HY, Cheng PJ, Su BH. Intrauterine inflammation, infection, or both (Triple I): A new concept for chorioamnionitis. Pediatr Neonatol. 2018 Jun;59(3):231-237.
6. Tita AT, Andrews WW. Diagnosis and management of clinical chorioamnionitis. Clin Perinatol. 2010 Jun;37(2):339-54.
16. Higgins RD, Saade G, Polin RA, Grobman WA, Buhimschi IA, Watterberg K, Silver RM, Raju TNK; Chorioamnionitis Workshop Participants. Evaluation and Management of Women and Newborns With a Maternal Diagnosis of Chorioamnionitis: Summary of a Workshop. Obstet Gynecol. 2016 Mar;127(3):426-436.
18. World Health Organization. WHO recommendation on antenatal corticosteroid therapy in women with chorioamnionitis at risk of preterm birth. 2022.

Diagnosis Korioamnionitis
Prognosis Korioamnionitis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 21 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.