Patofisiologi Polip Serviks
Patofisiologi polip serviks melibatkan pertumbuhan jaringan abnormal dari mukosa leher rahim. Penyebab pasti polip serviks belum sepenuhnya dipahami, namun perubahan hormonal, terutama peningkatan estrogen, telah diidentifikasi sebagai faktor yang mungkin berperan. Stimulasi hormonal ini menyebabkan proliferasi sel-sel epitel yang berlebihan pada permukaan serviks, membentuk pertumbuhan polipoid.[3,5]
Peran Gangguan Hormonal
Polip serviks dikaitkan dengan perubahan hormon, khususnya peningkatan kadar estrogen. Estrogen memiliki peran penting dalam mengatur pertumbuhan dan proliferasi sel epitel di leher rahim. Ketidakseimbangan hormon dapat merangsang proliferasi sel-sel epitel pada permukaan serviks, memicu pertumbuhan berlebihan dari lapisan epitel dan pembuluh darah, yang akhirnya membentuk polip.
Polip serviks dapat berkembang selama masa kehamilan atau menopause, di mana fluktuasi hormon terjadi. Selain itu, polip serviks memiliki kemampuan untuk menghasilkan estrogen lokal, menciptakan lingkungan hormonal yang mendukung pertumbuhannya. Secara histologis, polip serviks dapat menunjukkan variasi epitel glandular dan skuamosa. Polip yang mengalami perubahan histologi dapat menunjukkan tanda keganasan.[1,3,5]
Peran Inflamasi
Proses patofisiologi lebih lanjut melibatkan kerentanan jaringan serviks terhadap inflamasi dan iritasi. Adanya inflamasi dapat memicu respons proliferasi untuk menyembuhkan area yang terkena, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pertumbuhan polipoid.[1,3]
Kongesti Pembuluh Darah Serviks
Kongesti pembuluh darah pada serviks dapat terjadi karena proliferasi pembuluh darah yang responsif terhadap stimulus hormonal. Proses ini dapat menyebabkan pembesaran dan pembengkakan pada pembuluh darah serviks yang berdekatan dengan polip, yang pada gilirannya dapat menyebabkan gejala seperti perdarahan intermenstruasi atau perdarahan setelah hubungan seksual.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Nicholas Pratama