Diagnosis Prolaps Uterus
Diagnosis prolaps uterus perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan ada tonjolan atau rasa penuh pada vagina. Walaupun demikian, perlu diketahui bahwa sebagian besar pasien prolaps uterus bersifat asimtomatik.[9]
Anamnesis
Kebanyakan pasien prolaps uterus bersifat asimtomatik. Apabila muncul gejala, derajatnya bisa bervariasi tergantung berat-ringan prolaps dan aktivitas pasien.[9]
Gejala
Gejala yang paling spesifik mengarahkan pada prolaps uterus adalah melihat atau merasakan adanya tonjolan yang keluar ke atau melebihi liang vagina. Tonjolan dan rasa tidak nyaman bisa diperparah dengan kegiatan mengangkat beban, berdiri, dan aktivitas fisik berat.
Pasien dengan prolaps uterus komplit bisa mengeluhkan keluar cairan dari vagina karena adanya erosi epitel.[7,9,11]
Faktor Risiko
Selain daripada itu, tanyakan juga faktor risiko yang berhubungan dengan prolaps uterus, misalnya usia tua, obesitas, riwayat operasi panggul, sindrom Marfan, atau gangguan neuromuskular.[7,11]
Gejala Tambahan
Kebanyakan pasien dengan prolaps uterus memiliki gejala yang berhubungan dengan gangguan area panggul, seperti stres inkontinensia urine, overactive bladder, dan inkontinensia alvi. Selain itu, obstruksi urine bisa muncul akibat penekanan pada uretra.
Prolaps uterus juga bisa mengganggu fungsi seksual, body image, dan kualitas hidup.[7,9]
Pemeriksaan Fisik
Jika pasien dicurigai mengalami prolaps uterus, pemeriksaan panggul perlu dilakukan untuk mengevaluasi lokasi dan derajat prolaps.
Inspeksi
Lakukan inspeksi pada liang vagina dan perineum sembari pasien melakukan manuver Valsava.[7,9,11]
Spekulum
Lakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk memvisualisasi apeks vagina dan panjang liang vagina. Lakukan kembali manuver Valsava.
Periksa dinding anterior dan posterior vagina. Lakukan pengukuran prolaps dan tentukan derajat prolaps menggunakan sistem Baden-Walker.
Periksa adanya tanda infeksi, hematuria, dan gangguan pengosongan vesika jika diperlukan.[7,9,11]
Digital Rectal Examination
Digital rectal examination atau colok dubur dilakukan untuk menilai tonus sfingter ani. Jika tidak didapatkan tonjolan atau temuan tidak sesuai dengan klinis pasien, lakukan pemeriksaan sambil berdiri atau minta pasien mengejan.[7,9,11]
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen diperlukan jika tumor abdomen atau panggul dicurigai menyebabkan terjadinya prolaps.[7]
Penentuan Derajat Prolaps
Derajat prolaps uterus dapat ditentukan menggunakan sistem Baden-Walker. Berdasarkan sistem ini, prolaps uterus dibagi menjadi:
- Derajat 0: Posisi normal, tidak ada prolaps
- Derajat 1: Korpus uterus berada di titik manapun di liang vagina, tetapi belum sampai himen
- Derajat 2: Korpus uterus berada pada himen
- Derajat 3: Korpus uterus sudah turun melewati himen, namun belum seluruh bagian korpus terlihat
- Derajat 4: Eversi total atau procidentia[7,9]
Diagnosis Banding
Secara umum, diagnosis prolaps uterus cukup mudah ditegakkan. Namun, telah ada kasus misdiagnosis dilaporkan.
Pertimbangkan penyebab tonjolan vagina lainnya saat mengevaluasi pasien dengan prolaps uterus. Beberapa diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan mencakup kista vagina, polip serviks, pemanjangan serviks, dan divertikulum uretra ukuran besar.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan tergantung pada gejala pasien, derajat prolaps, dan rencana tata laksana. Sebagian pasien yang menjalani terapi pembedahan mengalami stres inkontinensia urine.
Pemeriksaan urodinamik dapat membantu menentukan pasien mana yang akan mendapat manfaat lebih dari prosedur antiinkontinensia. Pada kasus prolaps rekuren, proktografi defekasi atau MRI dinamik panggul dapat bermanfaat.[1,9]
Pap smear atau biopsi mungkin diperlukan pada pasien yang didiagnosis banding dengan keganasan.[7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja