Edukasi dan Promosi Kesehatan Retensio Plasenta
Edukasi dan promosi kesehatan pada pasien retensio plasenta ditujukan agar pasien mengenali faktor-faktor risiko terjadinya retensio plasenta, misalnya paritas tinggi atau riwayat sectio caesarea. Selain itu, pasien juga perlu memahami pentingnya kontrol kehamilan secara berkala guna mendeteksi dini kelainan pada kehamilan yang mungkin berhubungan dengan terjadinya retensio plasenta.
Edukasi Pasien
Edukasi mengenai penyebab dan faktor risiko terjadinya retensio plasenta dapat diberikan kepada pasien. Pada pasien yang memilih menjalani sectio caesarea (SC) elektif, dokter perlu menjelaskan adanya peningkatan risiko pasien untuk mengalami retensio plasenta pada kehamilan selanjutnya. Pasien yang telah mengalami retensio plasenta perlu mengetahui adanya risiko rekurensi retensio plasenta sekitar 6–12% pada kehamilan berikutnya.
Selain itu, pasien juga diedukasi untuk kontrol berkala kandungan ke fasilitas kesehatan. Pemeriksaan antenatal dapat mendeteksi kelainan yang berhubungan dengan terjadinya retensio plasenta, seperti preeklamsia. Pemeriksaan ultrasonografi dapat mendeteksi kelainan pada plasenta yang dapat berhubungan dengan retensio plasenta, misalnya, plasenta akreta atau plasenta multilobus.[8,11,31]
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Beberapa uji klinis telah dilakukan untuk mencegah terjadinya retensio plasenta, tetapi belum ditemukan intervensi yang terbukti efektif. Penggunaan oxytocin dalam manajemen aktif kala 3 tidak terbukti bermanfaat dalam menurunkan kejadian retensio plasenta, tetapi bermanfaat untuk mencegah perdarahan postpartum.[8]
Studi retrospektif oleh Weissbach, et al pada tahun 2015 menemukan drainase tali pusat pada kala 3 dapat menurunkan risiko retensio plasenta di menit ke-30, sebesar 0,28 kali. Namun, studi serupa lainnya menunjukkan hasil yang inkonsisten.[32]
Meskipun demikian, pencegahan retensio plasenta dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor risiko pada pasien. Beberapa faktor risiko retensio plasenta, antara lain sectio caesarea (SC), abortus, menggunakan assisted reproductive technology (ART), dan riwayat retensio plasenta sebelumnya. Pada pasien-pasien yang berisiko tinggi, sebaiknya melahirkan di fasilitas kesehatan yang memiliki peralatan lengkap, sebagai upaya persiapan jika terjadi retensio plasenta.[8,11,33]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra