Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Retensio Plasenta general_alomedika 2023-04-04T10:39:31+07:00 2023-04-04T10:39:31+07:00
Retensio Plasenta
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Penatalaksanaan definitif untuk retensio plasenta adalah dengan manual plasenta. Selain itu, retensio plasenta biasanya disertai dengan perdarahan aktif yang dapat menyebabkan gangguan hemodinamik, sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi cairan. Terapi medis lain, seperti prostaglandin, asam traneksamat, nitrogliserin, dan oxytocin juga dapat diberikan untuk mengatasi perdarahan.

Penanganan Awal

Pada pasien retensio plasenta yang mengalami perdarahan hebat atau dengan gangguan hemodinamik, harus dilakukan stabilisasi hemodinamik. Tindakan resusitasi cairan harus dilakukan dengan cepat pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil atau jika diperkirakan mengalami perdarahan lebih dari 1000 mL.

Berikan oksigen sebesar 10–15 L/menit menggunakan facemask, tanpa mempertimbangkan saturasi oksigen maternal. Pasang 2 akses vena, dengan jarum berukuran 14-gauge. Lakukan infus cairan hingga 3,5 L, diawali dengan 2L cairan kristaloid isotonis yang dihangatkan, misalnya ringer laktat. Selanjutnya resusitasi cairan dapat dilakukan menggunakan kristaloid isotonis, maupun koloid, seperti gelatin suksinat.

Pertimbangkan transfusi darah jika nilai hemoglobin pasien kurang dari 6 g/dL. Target hemoglobin yang diinginkan adalah di atas 8 g/dL.[8,20,25]

Traksi Tali Pusat Terkendali

Traksi tali pusat terkendali dapat digunakan untuk melahirkan plasenta trapped atau inkarserata, serta menstimulasi terjadinya pelepasan pada plasenta adherens. Traksi tali pusat terkendali umumnya menggunakan maneuver Brandt-Andrews, yaitu dengan meletakkan satu tangan pada abdomen untuk menahan fundus uteri dan mencegah inversio uteri, serta satu tangan lainnya melakukan regangan tali pusat dengan menahan tali pusat pada klem.[6,8]

Tinjauan sistematis dari Cochrane pada tahun 2015 menemukan bahwa tindakan traksi tali pusat terkendali dapat menurunkan kebutuhan dilakukannya manual plasenta. Traksi tali pusat terkendali dapat dilakukan secara rutin pada manajemen kala 3, oleh tenaga medis yang kompeten.[26]

Intervensi Farmakologis

Beberapa intervensi farmakologis, seperti oxytocin, carboprost tromethamine, dan nitrogliserin. Pemberian obat-obatan terutama ditujukan untuk memperbaiki kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.

Injeksi Oxytocin pada Vena Umbilikal

Tinjauan sistematis Cochrane pada tahun 2021 menyatakan bahwa injeksi oxytocin pada vena umbilikal merupakan tindakan sederhana, dengan biaya rendah, yang dapat dilakukan jika plasenta tidak segera lahir. Berdasarkan tinjauan tersebut, injeksi oxytocin pada vena umbilikal dapat menurunkan kebutuhan manual plasenta.[27]

Penggunaan injeksi oxytocin vena umbilikal akan menyebabkan kontraksi retroplasenta, sehingga dapat memudahkan terjadinya separasi plasenta. Oleh sebab itu, tindakan ini terutama efektif pada plasenta adherens. Selain itu, penggunaan oxytocin juga dapat mengurangi perdarahan pada pasien.[6,8]

Hingga saat ini belum ada dosis standar yang disarankan untuk injeksi oxytocin pada vena umbilikal. Dosis oxytocin yang digunakan bervariasi, antara 10–100 IU. Volume cairan salin yang dipakai untuk dilusi juga bervariasi, antara 10–30 mL. Metode injeksi dapat dilakukan langsung pada vena umbilikalis.[28]

Selain itu, injeksi dapat dilakukan menggunakan kateter yang dipakai untuk menghisap lendir pada bayi, dengan posisi 5 cm dari insersio plasenta. Penggunaan kateter, dan dilusi oxytocin dengan cairan salin sebanyak 30 mL, terbukti lebih efektif untuk mencapai plasenta, dibandingkan injeksi langsung.[28]

Oxytocin Intravena atau Intramuskular

Penggunaan oxytocin intravena dapat diberikan pada pasien retensio plasenta, terutama dengan perdarahan hebat atau atonia uteri. Penggunaan oxytocin diharapkan akan membantu separasi plasenta, meningkatkan kontraksi uterus, dan menurunkan perdarahan. Oxytocin dapat diberikan secara intravena atau intramuskular dengan dosis 10 IU untuk mencegah perdarahan postpartum.[6,8,29]

Carboprost Tromethamine

Carboprost tromethamine merupakan prostaglandin analog F2-á dengan efek uterotonik poten dan durasi aksi yang lebih panjang. Obat diberikan pada pasien retensio plasenta dengan perdarahan hebat yang tidak membaik dengan terapi oxytocin. Injeksi carboprost tromethamine dapat diberikan intraumbilikal dengan dosis 0,5 mg yang disuspensi dalam 20 mL cairan salin normal.[6,8]

Nitrogliserin

Nitrogliserin (gliseril trinitrat) umumnya digunakan pada pasien retensio uterus yang memiliki kontraksi serviks atau segmen uterus bawah yang berlebihan dan menyebabkan sulitnya ekspulsi plasenta. Pemberian nitrogliserin dapat menginduksi relaksasi otot polos miometrium dan serviks sehingga mempermudah pengeluaran plasenta.

Nitrogliserin dapat diberikan dengan dosis dua spray (400 mikrogram per spray) di bawah lidah. Selain itu, pemberian secara injeksi intravena dapat juga diberikan dengan dosis 50 mikrogram dan maksimum dosis kumulatif 200 mikrogram. Tablet sublingual juga dapat diberikan dengan dosis 0,6–1 mg. Efek relaksasi uterus akan terjadi 1 menit setelah obat diberikan, dan akan bertahan selama 1–2 menit.[4,6,8]

Manual Plasenta

Tindakan manual plasenta merupakan terapi definitif pasien retensio plasenta. Ekspulsi plasenta akan merangsang terjadinya kontraksi uterus, sehingga perdarahan dapat berkurang.

Manual plasenta merupakan tindakan yang menyebabkan rasa nyeri, sehingga anestesi umumnya diperlukan. Anestesi regional, seperti anestesi spinal, lebih disarankan dibandingkan anestesi umum karena meminimalisir risiko kegagalan intubasi. Akan tetapi, apabila pasien memiliki hemodinamik tidak stabil dan perdarahan hebat, maka anestesi umum lebih disarankan.

Tindakan manual plasenta dapat meningkatkan risiko endometritis. Oleh karena itu, antibiotik profilaksis spektrum luas sebaiknya diberikan. Antibiotik spektrum luas yang direkomendasikan adalah ampicillin dan clindamycin dosis tunggal. Apabila pembukaan serviks terlalu kecil untuk tangan klinisi, maka pemberian nitrogliserin dapat diberikan.[4,6,8]

Teknik

Tindakan manual plasenta dilakukan apabila traksi tali pusat terkendali dan terapi farmakologis gagal melahirkan plasenta. Tindakan ini dilakukan dengan tangan klinisi menelusuri korda umbilikalis untuk mengidentifikasi letak dan ujung plasenta dengan uterus. Pelepasan plasenta dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan dengan gerak dari sisi ke sisi. Tangan lainnya sebaiknya diletakkan pada fundus uterus untuk mencegah terjadinya perforasi uterus.

Jika pelepasan plasenta tidak dapat dicapai, atau hanya sebagian plasenta yang terlepas, maka diperlukan kuretase. Pada pasien yang tetap mengalami perdarahan aktif meskipun plasenta telah dilahirkan, juga mungkin perlu dilakukan kuretase.[4,6,8]

Ekstraksi Instrumen

Apabila tindakan manual plasenta tidak berhasil, maka penggunaan forseps kepala besar, seperti forseps Bierer dan forseps cincin, dapat dilakukan. Tindakan dapat dilakukan dengan cara forseps menggenggam dan melepaskan plasenta dari dinding uterus. Ultrasonografi dapat dimanfaatkan untuk membantu saat melakukan tindakan ini.[4,8]

Histerektomi

Histerektomi merupakan tindakan terakhir yang dapat dilakukan pada pasien retensio plasenta. Tindakan histerektomi ini dilakukan jika plasenta tetap tidak dapat dilahirkan, meskipun telah dilakukan manual plasenta maupun ekstraksi instrumen. Biasanya histerektomi diindikasikan pada retensio akibat plasenta akreta.[6,8,10]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

4. Perlman NC, Carusi DA. Retained placenta after vaginal delivery: risk factors and management. Int J Womens Health. 2019 Oct 7;11:527-534. doi: 10.2147/IJWH.S218933.
6. Lim PS. Retained placenta: Do we have any option? World J Obstet Gynecol. 2014;3(3):124.
8. Weeks A, Berghella V, Barss VA. Retained placenta after vaginal birth. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/retained-placenta-after-vaginal-birth
10. Silver RM, Barbour KD. Placenta Accreta Spectrum. Accreta, Increta, and Percreta. Obstet Gynecol Clin North Am. 2015;42(2):381–402.
20. Ayadi AME, Nathan HL, Seed PT, Butrick EA, Hezelgrave NL, Shennan AH, et al. Vital sign prediction of adverse maternal outcomes in women with hypovolemic shock: The role of shock index. PLoS One. 2016;11(2):1–12.
25. Mavrides E, Allard S, Chandraharan E, Collins P, Green L, Hunt BJ, Riris S, Thomson AJ on behalf of the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Prevention and management of postpartum haemorrhage.BJOG 2016;124:e106–e149.
26. Hofmeyr GJ, Mshweshwe NT, Gülmezoglu AM. Controlled cord traction for the third stage of labour. Cochrane Database Syst Rev. 2015 Jan 29;1(1):CD008020. doi: 10.1002/14651858.CD008020.pub2.
27. Kumar N, Jahanfar S, Haas DM, Weeks AD. Umbilical vein injection for management of retained placenta. Cochrane Database Syst Rev. 2021 Mar 11;3(3):CD001337. doi: 10.1002/14651858.CD001337.pub3.
28. WHO recommendation on umbilical vein injection of oxytocin for the treatment of retained placenta. Geneva: World Health Organization; 2020. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
29. Escobar MF, Nassar AH, Theron G, et al; FIGO Safe Motherhood and Newborn Health Committee. FIGO recommendations on the management of postpartum hemorrhage 2022. Int J Gynaecol Obstet. 2022 Mar;157 Suppl 1(Suppl 1):3-50. doi: 10.1002/ijgo.14116.

Diagnosis Retensio Plasenta
Prognosis Retensio Plasenta
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 25 Januari 2022, 11:12
Tindakan yang dapat dilakukan pada retensio plasenta - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas, Sp.OG, izin bertanya dokter.Tindakan apa saja yang dapat dilakukan pada retensio plasenta? Tahapan tindakan yang tepat...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.