Patofisiologi Retensio Plasenta
Patofisiologi retensio plasenta dapat dibagi menjadi tiga mekanisme, yaitu plasentasi invasif, hipoperfusi plasenta, dan kontraktilitas inadekuat. Ketiga mekanisme tersebut dapat mengganggu pelepasan dan ekspulsi normal plasenta dari uterus.
Plasentasi Invasif
Plasentasi invasif abnormal dapat terjadi akibat trauma pada endometrium. Tindakan operasi pada uterus, seperti sectio caesarea, dapat menyebabkan gangguan integritas endometrium uterus dan lapisan miometrium. Setelah dilakukan tindakan operasi, serabut miometrium di sekitar luka operasi sering kali mengalami perubahan degeneratif, yang ditandai dengan peningkatan jaringan fibrosa disertai infiltrasi sel inflamasi.
Akibat perubahan tersebut, sel trofoblast ekstravilous akan menginvasi dinding uterus lebih dalam dari biasanya pada saat plasentasi. Hal ini dapat menyebabkan plasenta akreta hingga perkreta, sehingga pelepasan plasenta saat persalinan menjadi sulit, dan terjadi retensio plasenta.[1,4,9]
Hipoperfusi Plasenta
Beberapa spektrum penyakit, seperti preeklampsia, kehamilan preterm, pertumbuhan janin terhambat, intrauterine fetal death (IUFD), dan keguguran rekuren, telah terbukti menyebabkan plasentasi abnormal.
Plasentasi abnormal kemungkinan akan terjadi dengan ditandai dengan transformasi inkomplit dari arteri spiralis menjadi sistem vaskular nonmuskular. Konstriksi vaskular akan menyebabkan perfusi yang berkurang atau intermiten. Hipoksia intermiten pada plasenta akan meningkatkan stress oksidatif yang selanjutnya menyebabkan kaskade yang menghasilkan disfungsi sel endotel dan meningkatkan apoptosis. Semua hal ini merupakan karakteristik dari retensio plasenta.[1,4,9]
Kontraktilitas Inadekuat
Kontraksi miometrium retroplasenta merupakan salah satu faktor terpenting dari keberhasilan mekanisme kala III persalinan. Proses kala III persalinan berdasarkan studi ultrasonografi terdiri atas 4 fase, yaitu:
- Fase laten, yang ditandai kontraksi di seluruh miometrium, kecuali pada bagian yang berada di bawah plasenta
- Fase kontraksi, yaitu kontraksi miometrium retroplasenta
- Fase pelepasan, yaitu kontraksi miometrium retroplasenta menyebabkan stres horizontal pada lapisan luar plasenta, sehingga terjadi pelepasan plasenta
- Fase ekspulsi, yaitu kontraksi miometrium plasenta menyebabkan pelepasan plasenta dari uterus
Gangguan pada satu atau lebih dari keempat fase proses kala III persalinan dapat menyebabkan retensio plasenta. Ekspulsi plasenta juga dapat terganggu akibat kontraksi segmen bawah uterus dan serviks yang terjadi sebelum plasenta mengalami separasi.[3,8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra