Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Retensio Plasenta general_alomedika 2022-08-24T14:30:22+07:00 2022-08-24T14:30:22+07:00
Retensio Plasenta
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Retensio Plasenta

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Patofisiologi retensio plasenta dapat dibagi menjadi tiga mekanisme, yaitu plasentasi invasif, hipoperfusi plasenta, dan kontraktilitas inadekuat. Ketiga mekanisme tersebut dapat mengganggu pelepasan dan ekspulsi normal plasenta dari uterus.

Plasentasi Invasif

Plasentasi invasif abnormal dapat terjadi akibat trauma pada endometrium. Tindakan operasi pada uterus, seperti sectio caesarea, dapat menyebabkan gangguan integritas endometrium uterus dan lapisan miometrium. Setelah dilakukan tindakan operasi, serabut miometrium di sekitar luka operasi sering kali mengalami perubahan degeneratif, yang ditandai dengan peningkatan jaringan fibrosa disertai infiltrasi sel inflamasi.

Akibat perubahan tersebut, sel trofoblast ekstravilous akan menginvasi dinding uterus lebih dalam dari biasanya pada saat plasentasi. Hal ini dapat menyebabkan plasenta akreta hingga perkreta, sehingga pelepasan plasenta saat persalinan menjadi sulit, dan terjadi retensio plasenta.[1,4,9]

Hipoperfusi Plasenta

Beberapa spektrum penyakit, seperti preeklampsia, kehamilan preterm, pertumbuhan janin terhambat, intrauterine fetal death (IUFD), dan keguguran rekuren, telah terbukti menyebabkan plasentasi abnormal.

Plasentasi abnormal kemungkinan akan terjadi dengan ditandai dengan transformasi inkomplit dari arteri spiralis menjadi sistem vaskular nonmuskular. Konstriksi vaskular akan menyebabkan perfusi yang berkurang atau intermiten. Hipoksia intermiten pada plasenta akan meningkatkan stress oksidatif yang selanjutnya menyebabkan kaskade yang menghasilkan disfungsi sel endotel dan meningkatkan apoptosis. Semua hal ini merupakan karakteristik dari retensio plasenta.[1,4,9]

Kontraktilitas Inadekuat

Kontraksi miometrium retroplasenta merupakan salah satu faktor terpenting dari keberhasilan mekanisme kala III persalinan. Proses kala III persalinan berdasarkan studi ultrasonografi terdiri atas 4 fase, yaitu:

  • Fase laten, yang ditandai kontraksi di seluruh miometrium, kecuali pada bagian yang berada di bawah plasenta
  • Fase kontraksi, yaitu kontraksi miometrium retroplasenta
  • Fase pelepasan, yaitu kontraksi miometrium retroplasenta menyebabkan stres horizontal pada lapisan luar plasenta, sehingga terjadi pelepasan plasenta
  • Fase ekspulsi, yaitu kontraksi miometrium plasenta menyebabkan pelepasan plasenta dari uterus

Gangguan pada satu atau lebih dari keempat fase proses kala III persalinan dapat menyebabkan retensio plasenta. Ekspulsi plasenta juga dapat terganggu akibat kontraksi segmen bawah uterus dan serviks yang terjadi sebelum plasenta mengalami separasi.[3,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Endler M. Characterizing Retained Placenta: Epidemiology and Pathophysiology of a Critical Obstetric Disorder. Vol. 64, Pediatric Research. 2016. p. 63–7.
3. Greenbaum S, Wainstock T, Dukler D, Leron E, Erez O. Underlying mechanisms of retained placenta: Evidence from a population based cohort study. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2017;216:12–7.
4. Perlman NC, Carusi DA. Retained placenta after vaginal delivery: risk factors and management. Int J Womens Health. 2019 Oct 7;11:527-534. doi: 10.2147/IJWH.S218933.
8. Weeks A, Berghella V, Barss VA. Retained placenta after vaginal birth. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/retained-placenta-after-vaginal-birth
9. Bartels HC, Postle JD, Downey P, Brennan DJ. Placenta accreta spectrum: A review of pathology, molecular biology, and biomarkers. Dis Markers. 2018;2018.

Pendahuluan Retensio Plasenta
Etiologi Retensio Plasenta
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 25 Januari 2022, 11:12
Tindakan yang dapat dilakukan pada retensio plasenta - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas, Sp.OG, izin bertanya dokter.Tindakan apa saja yang dapat dilakukan pada retensio plasenta? Tahapan tindakan yang tepat...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.