Epidemiologi Ruptur Uteri
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian ruptur uteri ditemukan pada 74 dari 10.000 kehamilan di seluruh dunia. Meskipun kejadiannya relatif jarang, namun ruptur uteri dapat menyebabkan morbiditas serius dan mortalitas pada ibu maupun pada janin.[1,3,9]
Global
Ruptur uteri merupakan komplikasi obstetrik selama kehamilan atau persalinan yang cukup jarang ditemui, yakni hanya 74 dari 10.000 kehamilan di seluruh dunia. Insiden dari ruptur uteri ditemukan lebih banyak pada negara berkembang dan negara berpendapatan rendah-menengah dibandingkan negara maju.[3,9]
Kejadian ruptur uteri ditemukan mayoritas berkaitan dengan kehamilan. Ibu dengan riwayat kehamilan yang banyak lebih banyak juga mengalami ruptur uteri. Selain itu, kejadian ruptur uteri lebih sering ditemukan selama proses persalinan dibandingkan sebelum persalinan.[5]
Indonesia
Data spesifik mengenai jumlah kasus ruptur uteri di Indonesia tidak diketahui. Meski begitu, perdarahan selama kehamilan, termasuk akibat ruptur uteri, masih dilaporkan sebagai penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia.[10]
Mortalitas
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh WHO Multicountry Survey on Maternal and Newborn Health, angka mortalitas pada ibu dan janin di 29 negara akibat ruptur uteri, masing-masing mencapai 8,7% dan 97,8%.[11]
Di Indonesia, belum ada data spesifik angka mortalitas ruptur uteri. Meski begitu, angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, dengan 1.330 kematian dikaitkan dengan perdarahan selama kehamilan pada tahun 2021, termasuk ruptur uteri.[10]
Penulisan pertama oleh: dr. Ida Bagus Nugraha