Epidemiologi Servisitis
Kecenderungan aspek epidemiologi servisitis berkaitan dengan epidemiologi infeksi menular seksual, seperti gonorrhea dan chlamydia Angka prevalensi pasti servisitis sendiri sulit ditentukan karena kurangnya definisi standar dan adanya variasi antar-populasi.[2,6]
Global
Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 448 juta orang usia 15-49 tahun dengan infeksi menular seksual setiap tahunnya, seperti gonorrhea, chlamydia, dan trichomoniasis. Insiden tertinggi untuk kasus servisitis terjadi pada wanita usia 15-24 tahun yang aktif secara seksual. Servisitis klamidia 4-5 kali lebih sering ditemukan daripada servisitis gonokokus.
Di Amerika Serikat, tercatat >19 juta kasus baru infeksi menular seksual setiap tahunnya. Namun demikian, angka kejadian yang sebenarnya (true incidence) mungkin lebih tinggi dari angka yang tercatat karena adanya underreporting.[2,6]
Servisitis sering terjadi pada wanita yang terinfeksi HIV, dengan estimasi 7.400 per 100.000 wanita dengan infeksi HIV. Mycoplasma adalah agen penyebab yang umum ditemukan pada populasi ini.[2]
Indonesia
Data epidemiologi servisitis di Indonesia masih sangat terbatas. Data terbaru pada laporan eksekutif penyakit infeksi menular seksual (PIMS) Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan jumlah kasus PIMS berdasarkan pendekatan sindrom duh tubuh vagina pada periode Januari-September 2022 dilaporkan sebanyak 15.049 kasus.[8]
Mortalitas
Servisitis umumnya dapat sembuh sempurna dengan terapi antimikroba. Kematian akibat servisitis sangat jarang terjadi. Kematian tidak disebabkan secara langsung oleh penyakit servisitis, namun lebih berkaitan dengan terjadinya komplikasi yang berkelanjutan seperti kanker serviks, salpingitis, atau abses tubo-ovari dengan ruptur dan peritonitis.[4,5,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani