Diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik
Diagnosis sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome/ PCOS perlu dicurigai pada pasien dengan menstruasi tidak teratur dan memiliki tanda hiperandrogenisme, seperti hirsutisme. Anovulasi dan infertilitas juga dapat dialami pasien PCOS. Pada pemeriksaan USG, dapat ditemukan kista pada satu atau kedua ovarium.[1-3]
Anamnesis
Keluhan utama pasien yang mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS) seringkali berupa gangguan menstruasi. Pasien dengan PCOS umumnya datang ke dokter akibat menstruasi yang tidak teratur dan cenderung mengalami anovulasi kronis. Perdarahan uterus disfungsional dan infertilitas merupakan konsekuensi dari anovulasi.[1,3,11]
Beberapa wanita mengalami oligomenore, yaitu perdarahan menstruasi yang terjadi dengan interval 35 hari hingga 6 bulan dengan periode menstruasi kurang dari 9 kali per tahun. Beberapa lainnya mengalami amenore sekunder, yaitu tidak adanya menstruasi selama 6 bulan. Pasien juga bisa mengalami hirsutisme, sindrom metabolik, obesitas, dan gangguan toleransi glukosa.
Riwayat penyakit lain yang perlu digali adalah penyakit terkait metabolik, hormonal, dan keganasan. Riwayat penyakit lain dapat membantu dokter dalam mengetahui faktor risiko dan komplikasi dari PCOS. Pasien juga dapat memiliki riwayat keluarga dengan PCOS.
Pasien PCOS juga mungkin mengeluhkan acne yang tidak berespon terhadap pengobatan, kulit berminyak, acanthosis nigricans, dan alopecia.[3,11]
Gangguan Menstruasi dan Anovulasi
Lebih dari separuh pasien PCOS mengeluhkan gangguan menstruasi, seperti oligomenorea dan amenore. Pasien PCOS dengan amenore umumnya memiliki hiperandrogenisme berat dan jumlah folikel antral lebih tinggi.
Kondisi anovulasi terjadi akibat sekresi hormon gonadotropin yang tidak sesuai, sehingga produksi hormon Luteinizing Hormone (LH) lebih tinggi dibandingkan Follicle Stimulating Hormone (FSH).[3,11]
Hiperandrogenisme
Hiperandrogenisme dinilai secara klinis maupun biokimiawi. Tanda klinis hiperandrogenisme adalah hirsutisme, alopesia androgenik, dan acne. Secara biokimia, hiperandrogenisme ditandai dengan peningkatan kadar androgen sirkulasi, terutama testosteron. Androgen lain yang dapat meningkat adalah androstenedion, DHEA, dan DHEA–S.[3,11]
Fenotipe Sindrom Ovarium Polikistik
PCOS dapat dibagi menjadi beberapa fenotipe:
- Klasik: Pasien PCOS klasik memiliki obesitas abdominal, peningkatan nilai androgen, serta peningkatan hormon LH, FSH, dan insulin
- PCOS ovulasi: merupakan bentuk ringan dari PCOS klasik dan PCOS nonhiperandrogenik
- PCOS nonhiperandrogenik: adalah kelompok dengan kelebihan testosteron ringan, namun tidak menunjukkan tanda hiperandrogenisme[3,11]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada wanita dengan kecurigaan sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah pemeriksaan fisik secara general. Pada pemeriksaan fisik dapat dilihat tanda-tanda hiperandrogenisme, seperti hirsutisme, acne, akantosis nigricans, dan alopesia. Beberapa pasien memiliki tanda hiperandrogenisme dengan pola laki-laki, seperti meningkatnya massa otot, suara yang dalam, atau klitoromegali.
Pada pemeriksaan fisik, lakukan juga pemeriksaan antropometri. Sekitar 50% wanita dengan PCOS mengalami obesitas sentral. Selain mengukur IMT, ukur juga lingkar pinggang. Lingkar pinggang >88 cm menandakan obesitas sentral.[3]
Akantosis Nigrikans
Akantosis nigrikans atau penebalan difus seperti beludru disertai hiperpigmentasi kulit dapat tampak pada pasien PCOS. Akantosis nigrikans dapat tampak pada daerah tengkuk leher, aksila, bawah payudara, intertriginosa, dan daerah terbuka seperti siku atau buku-buku jari.
Pada pasien dengan PCOS, akantosis nigrikans dianggap sebagai akibat dari resistensi insulin. Namun, perlu diwaspadai lebih lanjut tanda keganasan kulit lain karena akantosis nigrikans dapat menjadi penanda adanya keganasan kulit.[3]
Tekanan Darah
Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah juga harus diukur. Pasien dengan PCOS dapat mengalami peningkatan tekanan darah. Hiperandrogenisme pada PCOS juga sering dikaitkan dengan risiko kejadian kardiovaskuler.[3]
Pembesaran Ovarium
Pada pemeriksaan fisik abdomen, ovarium yang membesar tidak selalu ada atau teraba. Jika terdapat tanda-tanda pembesaran ovarium, maka dokter perlu melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menyingkirkan keganasan ovarium.[3]
Skor Ferriman-Gallwey
Penjelasan selengkapnya terkait cara penilaian hirsutism melalui sistem skor Ferriman-Gallwey dapat disimak dalam artikel hirsutism.
Skor Ferriman-Gallwey (mFG) yang dimodifikasi dapat digunakan untuk menilai rambut tubuh. Penilaian dilakukan pada 9 area tubuh dengan skala dari 0 (tanpa rambut) hingga 4 (sangat lebat). Sembilan area yang dinilai yaitu bagian atas bibir, dagu, dada, bagian atas perut, bagian bawah perut, paha, punggung, lengan, dan bokong.
Skor total lebih dari 8 dianggap abnormal pada kelompok wanita dewasa. Skor 36 merupakan derajat paling parah.[3]
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnostik dari sindrom ovarium polikistik (PCOS) diajukan oleh tiga grup yakni National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat; European Society for Human Reproduction and Embryology/ American Society for Reproductive Medicine (ESHRE/ASRM); dan Androgen Excess and PCOS Society (AE-PCOS).[12,13]
Tabel 1. Kriteria Diagnostik Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
NIH (USA) | ESHRE/ASRM (Rotterdam Criteria) | Androgen Excess Society |
Eksklusi kelebihan androgen dan gangguan lainnya. | ||
Kriteria Diagnosis | ||
2 fitur: ● Hiperandrogenisme klinis dan atau biokimia ● Disfungsi ovulasi baik oligo/amenore
| 2 dari 3 fitur: ● Hiperandrogenisme klinik dan atau biokimia ● Disfungsi ovulasi baik oligo/amenorrhea ● Morfologi ovarium polikistik | 2 fitur: ● Hiperandrogenisme klinik dan atau biokimia ● Disfungsi ovulasi dan/ atau ovarium polikistik |
Sumber: dr. Utari, 2022.[12,13]
Diagnosis Banding
Semua kondisi yang menyerupai sindrom ovarium polikistik (PCOS) harus disingkirkan sebelum diagnosis PCOS dapat ditegakkan. Pikirkan penyebab hiperandrogenisme dan anovulasi lain, seperti hipertiroid dan hirsutisme familial. Pertimbangkan pula kemungkinan keganasan ovarium.
Endometriosis
Endometriosis dan sindrom ovarium polikistik (PCOS) sama-sama mempengaruhi wanita usia reproduktif dan menyebabkan gangguan menstruasi. Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan endometrium tumbuh di luar rongga rahim, seperti pada ovarium, usus, atau jaringan yang melapisi panggul. Pasien dengan endometriosis tidak memiliki tanda hiperandrogenisme. USG juga tidak menunjukkan adanya kista ovarium.[18]
Kista Ovarium
Temuan kista pada ovarium dapat terjadi akibat PCOS ataupun kista ovarium. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah adanya gangguan hormon pada PCOS. Sementara, pada kista ovarium tidak ditemukan adanya hiperandrogenisme ataupun gangguan hormon seks lainnya.[19]
Kanker Ovarium
Pada kasus yang jarang, kanker ovarium dapat salah didiagnosis sebagai kanker ovarium. Kanker ovarium lebih sering terjadi pada pasien berusia lebih tua, sedangkan PCOS cenderung terjadi pada wanita usia reproduktif. Biopsi harus dilakukan untuk memastikan diagnosis.[20]
Kegagalan Ovarium Primer
Pemeriksaan kadar FSH dapat menyingkirkan kegagalan ovarium primer. Pada pasien dengan PCOS, kadar FSH dalam batas normal atau rendah. Rasio LH terhadap FSH biasanya lebih dari 3.[3]
Penyebab Hiperandrogenisme Lain
Pada pasien dengan hiperandrogenisme, penyebab selain PCOS perlu dipikirkan. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan hiperandrogenisme adalah malfungsi kelenjar adrenal, gangguan pituitari seperti pada akromegali dan sindrom Cushing, serta konsumsi steroid anabolik eksogen. Temuan tanda hiperandrogenisme pada wanita, USG yang menunjukkan kista ovarium, dan infertilitas akan mendukung diagnosis PCOS.[1-3,11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sindrom ovarium polikistik (PCOS) meliputi pemeriksaan laboratorium yang utamanya memeriksa kadar hormon, serta pemeriksaan radiologi untuk melihat gambaran kista.[1-3]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG ovarium merupakan pemeriksaan inisial yang disarankan untuk mendiagnosis PCOS. Pemeriksaan biasanya dilakukan secara transvaginal dan bertujuan untuk menilai morfologi ovarium. USG abdomen dapat dilakukan pada remaja perempuan atau wanita yang belum aktif secara seksual.
Gambaran ovarium polikistik berdasarkan kriteria Rotterdam adalah ditemukannya folikel sejumlah 12 atau lebih dengan diameter 2–9 mm pada masing – masing ovarium. Kondisi ini dapat disertai peningkatan volume ovarium di atas 10ml.
Pemeriksaan CT Scan dan MRI dilakukan untuk melihat kelenjar adrenal dan juga ovarium. Adapun MRI adalah modalitas terbaik untuk memeriksa morfologi ovarium pada perempuan dengan obesitas dimana morfologi ovarium sulit terlihat dengan baik melalui USG transvaginal.[1-3,12,13]
Pemeriksaan Kadar Androgen
Hiperandrogenisme ditandai dengan peningkatan kadar androgen sirkulasi. Testosteron bebas (free testosterone) atau free androgen index (FAI) merupakan pemeriksaan yang lebih sering digunakan dalam diagnosis hiperandrogenisme. Nilai FAI di atas 5% menunjukkan hiperandrogenisme. Kadar androstenedion, DHEA, dan DHEA-S belum dijadikan pemeriksaan klinis rutin.[1-3,12,13]
Kadar Hormon Anti-Mullerian
Kadar hormon Anti-Mullerian (AMH) dilaporkan 2-3 kali lipat lebih tinggi pada pasien PCOS dibandingkan populasi normal. Nilai ambang AMH untuk prediksi adanya PCOS adalah 4,45 ng/ml.[1-3,12,13]
Kadar Kortisol Bebas
Pemeriksaan kadar kortisol bebas pada spesimen urine 24 jam dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan sindrom Cushing. Kadar kortisol bebas yang naik hingga 4 kali kadar normal adalah kriteria diagnostik untuk Sindrom Cushing. Serum IGF-1 (insulin-like growth factor) harus diperiksa untuk menyingkirkan akromegali. Serum IGF-1 adalah marker yang sensitif dan spesifik untuk kelebihan GH (growth hormone).[3]
Prolaktin Serum
Sebagian kecil pasien dengan PCOS memiliki kadar prolaktin yang meningkat (biasanya>25mg/dL). Hiperprolaktinemia dapat dieksklusi dengan cara mengecek konsentrasi prolaktin serum pada saat puasa.[3]
Kadar Glukosa, Insulin, dan Lipid
Pada penderita PCOS dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 30 kg/m2, memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2 pada keluarga, atau dengan usia di atas 40 tahun, Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 75 gram harus dilakukan. Perempuan hamil yang didiagnosis dengan PCOS juga harus diskrining untuk diabetes gestasional sebelum usia gestasi 20 minggu.[3]
Pemeriksaan Histopatologi
Pada pemeriksaan histologi, dapat terlihat perubahan ovarium berupa pembesaran, sklerotik dan folikel kistik multipel. Gambaran tersebut didukung dengan hasil USG yang menunjukkan polikistik ovarium dan peningkatan volume ovarium.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani