Diagnosis Vaginitis
Diagnosis vaginitis ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait dengan karakteristik keputihan yang dialami, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan baik melalui inspeksi dengan inspekulo vagina. Pemeriksaan penunjang sederhana dapat dilakukan, seperti pemeriksaan cairan vagina menggunakan mikroskop, pemeriksaan pH, dan pemeriksaan KOH (Uji Whiff).[1,4,6]
Anamnesis
Anamnesis vaginitis berkaitan dengan adanya keluhan keputihan yang tidak normal, yakni keputihan yang gatal dan berbau busuk. Disertai keluhan lain seperti iritasi area vagina, disuria, hingga dispareunia.[1,18]
Anamnesis lengkap yang perlu ditanyakan adalah:
- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya, termasuk leukorrhea, pruritus, disuria, atau dispareunia
- Riwayat penggunaan kontrasepsi, pelumas, dan pembersih kewanitaan
- Riwayat kontak seksual dan pasangan seksual
- Riwayat penggunaan steroid atau antibiotik jangka lama
- Riwayat menstruasi
- Riwayat penyakit metabolik, seperti diabetes melitus dan obesitas[1,6,18]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik vaginitis merupakan rangkaian dari pemeriksaan fisik genitalia wanita. Pemeriksaan inspeksi menggunakan inspekulo vagina akan ditemukan tanda iritasi vagina, di antaranya eritema dan edema pada vulva dan vagina. Mungkin serviks juga tampak eritematosus. Inspeksi juga dapat menilai karakteristik keputihan, terdiri dari warna, bau, kekentalan, hingga dapat disertai darah.[1,6,18]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding keluhan leukorrhea pada vaginitis di antaranya adalah kanker serviks, servisitis, bahkan penyakit radang panggul. Sedangkan diagnosis banding vaginitis sendiri adalah penyebab dari vaginitis apakah karena infeksi atau bukan karena infeksi. Vaginitis infeksi didiagnosis banding antara bakterial vaginosis, kandidiasis vulvavaginal, atau trikomoniasis sebagai kasus infeksi terbanyak. Sedangkan vaginitis noninfeksi dapat disebabkan oleh vaginitis atrofi atau vaginitis alergi/iritan.[4,6,18]
Bakterial Vaginosis
Keluhan keputihan berbau seperti amis ikan, berwarna putih atau abu-bau, tidak terasa nyeri, tidak disertai gatal, tidak tampak adanya inflamasi, serta pada vulva tidak tampak tanda-tanda infeksi.[6,18]
Kandidiasis Vulvavagina
Keluhan keputihan berwarna putih, tebal, sedikit atau hampir tidak berbau, rasa terbakar pada kemaluan, disuria, dispareunia, rasa gatal yang sering, disertai adanya tanda inflamasi dan edema pada vulvavagina.[6,18]
Trikomoniasis
Keluhan keputihan berbusa berwarna hijau kekuningan, nyeri pada vagina, dispareunia, disuria, dan tidak terasa gatal. Pada serviks dapat ditemukan inflamasi seperti bentuk stroberi, dan pada vulva terkadang ditemukan eritema vestibular.[6,18]
Vaginitis Atrofi
Keluhan keputihan kuning kehijauan, tidak berbau, vagina terasa kering, dispareunia, jarang terasa gatal, dan vagina sedikit kemerahan. Pada vulva ditemukan vestibula tipis dan kering, labia mayora kehilangan lemak subkutan, dan labia minora tampak iritasi dan rapuh.[6,11]
Vaginitis Alergi/Iritasi
Keluhan keputihan minimal, rasa terbakar pada vagina saat kontak dengan iritan, vagina terasa nyeri, reaksi gatal menyerupai reaksi alergi lainnya. Pada vulva terlihat eritem dan kadang disertai vesikel atau bula.[4,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sederhana yang dapat dilakukan adalah swab vagina untuk pemeriksaan mikroskopik cairan vagina, pemeriksaan pH, dan uji whiff.[1,18]
Pemeriksaan Mikroskopik Cairan Vagina
Pemeriksaan mikroskopik cairan vagina dilakukan dengan memberikan kalium hidroksida 10% ditambah larutan salin. Hasil pemeriksaan dapat ditemukan beberapa kelainan, yaitu:
- Pada bakterial vaginosis ditemukan clue cells, bacilli dengan corkscrew motility, sedikit atau hampir tidak ditemukan Lactobacillus spp
- Pada kandidiasis vulvavagina ditemukan flamen tunas mycelia
- Pada trikomoniasis ditemukan protozoa motil dengan flagel, lebih banyak leukosit dari pada sel epitel[1,6,18]
Pemeriksaan pH cairan vagina
Pemeriksaan pH vagina dengan hasil lebih dari 4,6 mengindikasikan adanya bakterial vaginosis. Sedangkan pada trikomoniasis pH lebih dari 5,4, dan pada kandidiasis vulvavagina pH kurang dari 4,9.[6,19]
Uji Whiff
Uji whiff positif ditunjukkan dengan adanya bau amis saat cairan vagina ditetesi kalium hidroksida (KOH) 10%. Hasil positif dapat terjadi pada bakterial vaginosis dan trikomoniasis, sedangkan kandidiasis vulvavaginal akan memberikan hasil uji Whiff negatif.[4,6]
Pemeriksaan Penunjang Vaginitis Noninfeksi
Pemeriksaan penunjang pada vaginitis noninfeksi berdasarkan tingkat pH vagina, serta pemeriksaan mikroskopik cairan vagina untuk menyingkirkan infeksi yang tumpang tindih. Pada usia premenopause/menopause, pH vagina >4,6 dapat diindikasikan adanya vaginitis atrofi bila tidak ditemukan adanya bakterial vaginosis.
Tes laboratorium, seperti urinalisis, kultur, dan uji antigen urin ditujukan untuk mencari infeksi menular seksual dan infeksi genitourinari. Saat ini, dilakukan penelitian tentang tes indeks kematangan sel-sel dinding vagina. Tes ini memperlihatkan proses atrofi yang menunjukkan pergeseran dan hilangnya sel-sel superfisial ke sel basal.[11]