Etiologi Vaginitis
Etiologi vaginitis dikelompokan menjadi vaginitis karena infeksi dan bukan infeksi. Vaginitis yang disebabkan karena infeksi 90% disebabkan oleh bakterial vaginosis, kandidiasis vaginal/vulvovaginal, dan trikomoniasis. Sedangkan yang bukan infeksi disebabkan oleh defisiensi estrogen (vaginitis atrofi), reaksi alergi, atau iritasi karena kimia.[1,4]
Etiologi
Vaginitis karena infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau protozoa. Sementara, penyebab vaginitis noninfeksi di antaranya reaksi alergi atau iritasi terhadap produk yang masuk ke dalam vagina.
Bakterial Vaginosis
Bakterial vaginosis disebabkan oleh interaksi komplek berbagai faktor, yang meliputi komponen ekosistem mikroba vagina dan sistem ketahanan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan lactobacillus spp, sebagai mikroba yang mempertahankan flora normal vagina, diganti dengan mikroorganisme anaerob seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella bivia, Peptostreptococcus, dan Bacteroides spp.[4,5]
Kandidiasis Vulvavaginal
Kandidiasis vulvavaginal adalah inflamasi epitel vagina dan vulva akibat infeksi jamur Candida, yang paling sering adalah spesies Candida albicans. Candida adalah bagian dari flora normal pada vagina wanita, tetapi bila jumlahnya menjadi sangat banyak akan mengakibatkan gejala peradangan, seperti iritasi, gatal, atau disuria.[1,4,6]
Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa flagellata anaerobik, Trichomonas vaginalis. Penyakit ini lebih sering terjadi pada periode aktivitas seksual terbesar, dan selalu diyakini sebagai penyakit menular seksual. Namun, beberapa literatur menyebutkan bahwa penularan trikomoniasis nonseksual dapat terjadi melalui fomites, seperti handuk, kursi toilet, dan kolam renang.[8,9]
Vaginitis Noninfeksi
Vaginitis noninfeksi atau vaginitis yang tidak menular biasanya disebabkan oleh reaksi alergi atau iritasi terhadap semprotan atau douche vagina, atau produk spermisida. Mungkin juga disebabkan oleh kepekaan terhadap sabun wangi, deterjen, atau pelembut kain. Bentuk lain dari vaginitis noninfeksi adalah vaginitis atrofi yang disebabkan oleh penurunan hormon estrogen.
Dapat disebabkan oleh menopause, operasi pengangkatan ovarium, terapi radiasi, atau persalinan, khususnya pada wanita menyusui. Kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan jaringan vagina kering dan tipis, hingga menyebabkan spotting.[4]
Faktor Risiko
Faktor risiko vaginitis adalah kondisi yang dapat menjadi dasar penyebab terjadinya vaginitis infeksi maupun noninfeksi. Beberapa faktor risiko vaginitis adalah:
- Kurang menjaga kebersihan vagina, termasuk penggunaan celana dalam yang ketat serta lembab
- Pengguna produk yang menyebabkan iritasi atau alergi pada vagina, seperti produk semprotan atau douche vagina, spermisida, sabun wangi, deterjen, atau pelembut kain
- Penyakit menular seksual, seperti berganti-ganti pasangan seksual, berhubungan tanpa memakai kondom, dan berhubungan dengan pasangan yang terinfeksi
- Perokok, di mana efek estrogenik dan sejumlah kecil benzo(a)pyrene diol epoxide (BPDE) yang terkandung dalam rokok dapat merusak Lactobacillus spp sehingga berisiko terkena bakterial vaginosis
- Obesitas
- Menopause[4,5,10]
Kondisi tertentu lainnya yang dapat menyebabkan kadar estrogen berkurang sehingga menimbulkan vaginitis atrofi adalah ooforektomi bilateral, insufisiensi ovarium primer, kegagalan ovarium akibat radiasi atau embolisasi arteri, gangguan hipotalamus-hipofisis, mengonsumsi obat antiestrogen seperti leuprolide atau danazol yang biasa digunakan untuk endometriosis, dan ibu menyusui postpartum.[4-6,11,12]