Prognosis Vaginitis
Prognosis vaginitis secara umum adalah baik, dengan penatalaksanaan yang baik dapat mengurangi risiko komplikasi. Komplikasi vaginitis di antaranya iritasi kronis, ekskoriasi, jaringan parut, disfungsi seksual, stres psikososial dan emosional, bahkan menyebabkan infertilitas.[18]
Prognosis
Sebagian besar vaginitis sembuh, tetapi 8‒10% wanita mengalami vaginitis rekuren. Sebagian besar bakterial vaginosis yang kambuh terjadi dalam tahun pertama, dan berkorelasi kuat dengan pasangan seksual baru. Vaginitis atrofi dapat menyebabkan infeksi genitourinari, dan nyeri pada vagina atau panggul yang berulang.[4,11,20]
Beberapa kasus bakterial vaginosis menyebabkan infertilitas akibat dari aktivitas inflamasi dalam vagina meningkat, sehingga aktivitas sistem imun dapat menjadi toksik bagi sperma. Selain itu, sel-sel vagina menjadi rusak, produksi cairan mukus serviks selama ovulasi terganggu, dan kerusakan jaringan pada tuba falopi yang semuanya menyebabkan sperma dan ovum sulit bertemu.[20]
Vaginitis atrofi juga menyebabkan aktivitas seksual terganggu dikarenakan dispareunia. Dispareunia muncul karena hipoestrogen yang dikaitkan dengan proses:
- Kanalis vaginalis memendek dan menyempit
- Sekret vagina menurun kuantitas dan kualitasnya
- Kolagen dan adiposa genital menurun
- Dinding vagina menjadi lebih tipis, kurang elastis, dan pucat dengan hilangnya rugae vagina
- Permukaan vagina rapuh dengan petekie, ulserasi, dan perdarahan yang sering terjadi setelah trauma minimal, seperti saat berhubungan seksual
- Preputium klitoris atrofi dan klitoris kehilangan lapisan pelindungnya, sehingga lebih mudah teriritasi[11,20,21]
Komplikasi
Komplikasi vaginitis mulai dari ringan hingga berat. Infeksi vagina yang berulang dapat menyebabkan iritasi kronis, ekskoriasi, dan jaringan parut di vagina. Selain itu, juga dapat menyebabkan disfungsi seksual, stres psikososial maupun emosional, serta infertilitas.[4,10,20]
Meskipun pengobatan bakterial vaginosis tidak mencegah timbulnya HIV, tetapi bakterial vaginosis dan vaginitis kronik dapat menjadi faktor risiko pasien menderita HIV. Komplikasi lain dari bakterial vaginosis termasuk endometritis dan pelvic inflammatory disease (PID).
Bakterial vaginosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan terjadinya infertilitas. Vaginitis pada kehamilan, terutama trikomoniasis dan bakterial vaginosis, dikaitkan dengan meningkatnya persalinan preterm, ketuban pecah dini, berat badan lahir rendah, dan endometritis postpartum.[4,20]