Epidemiologi Vaginitis
Epidemiologi vaginitis secara umum sesuai dengan epidemiologi penyebabnya. Vaginitis yang paling sering ditemukan adalah bakterial vaginosis, kandidiasis vaginal/vulvavaginal, trikomoniasis, dan vaginitis bukan karena infeksi.[1-4]
Global
Epidemiologi vaginitis pada wanita usia subur Amerika Serikat ditemukan tersering yang disebabkan oleh bakterial vaginosis, yaitu sekitar 7,4 juta kasus baru vaginosis bakterial terjadi setiap tahunnya. Data nasional menunjukkan prevalensi 29% populasi wanita terkena bakterial vaginosis.[4,13]
Prevalensi pada subpopulasi ditemukan bervariasi, yaitu 5‒25% pada mahasiswa, 16% wanita hamil, dan sebanyak 50‒60% ditemukan pada narapidana dan pekerja seks komersial. Prevalensi bakterial vaginosis meningkat berdasarkan jumlah pasangan seksual seumur hidup, di mana 12‒61% adalah pasien dengan penyakit menular seksual.[4,13]
Epidemiologi kandidiasis vulvavagina secara pasti tidak diketahui. Di Amerika Serikat diperkirakan setiap tahun terdapat 1,4 juta kunjungan rawat jalan dengan kasus kandidiasis vulvavagina.[4,14,15]
Sedangkan trikomoniasis di seluruh dunia sekitar 174 juta setiap tahun. Kasus ini merupakan 10‒25% dari semua infeksi vagina. Prevalensi trikomoniasis di Amerika Serikat diperkirakan 3,7 juta kasus setiap tahunnya. Trikomoniasis dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Wanita hamil yang terinfeksi trikomoniasis dapat melahirkan secara prematur dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR).[4,14,15]
Prevalensi vaginitis bukan karena infeksi secara pasti tidak diketahui. Penyebab paling sering adalah kontak iritan atau kontak alergi akibat penggunaan produk pembersih vagina, atau alat kontrasepsi. Sedangkan vaginitis atrofi terjadi pada 10–40% wanita yang memiliki kondisi defisiensi estrogen. Laporan menunjukkan bahwa 15% populasi wanita mengalami gejala atrofi pada vagina premenopause, sedangkan 40‒57% wanita pascamenopause mengalami gejala vaginitis atrofi.[11]
Indonesia
Prevalensi vaginitis di Indonesia tidak diketahui jumlahnya secara pasti.
Mortalitas
Mortalitas yang terjadi pada kasus vaginitis erat kaitannya dengan penyakit menular seksual (PMS). Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan PMS mulai dari penyakit akut yang ringan sampai lesi yang terasa nyeri, serta gangguan psikologis.
PMS yang tidak diobati sering dihubungkan dengan kelainan kongenital atau neonatus, terutama di daerah dengan angka prevalensi PMS yang tinggi.[1,18]