Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Vulvitis general_alomedika 2023-07-26T10:13:02+07:00 2023-07-26T10:13:02+07:00
Vulvitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Vulvitis

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Diagnosis vulvitis dapat dilakukan berdasarkan keluhan pruritus dan/atau nyeri pada vulva disertai temuan klinis adanya lesi terbatas pada vulva. Beberapa jenis vulvitis membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan bakteriologi dan histopatologi untuk identifikasi etiologi.

Anamnesis

Pasien vulvitis dapat mengeluhkan rasa gatal, terbakar atau nyeri pada vulva, disertai keluhan lain seperti vulva bengkak, timbul lesi kulit, disuria, dan dispareunia. Pasien vulvitis infeksi kronis Candida dapat asimtomatik.[3]

Pada anamnesis juga perlu dilakukan identifikasi faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi, misalnya paparan alergen, iritan, dan kebiasaan pasien terkait kebersihan vulva.

Tanyakan pula riwayat penyakit kulit, riwayat penyakit ginekologi, riwayat hubungan seksual, riwayat penyakit lain (misalnya penyakit autoimun dan diabetes mellitus), serta riwayat pengobatan yang pernah digunakan.[3,4]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik hal yang penting adalah memeriksa apakah lesi terbatas pada vulva atau melibatkan daerah vagina. Vulvitis dermatitis biasanya hanya mengenai bagian vulva, sedangkan pada vulvitis infeksi dapat disertai dengan vaginitis.[3]

Vulvitis Dermatitis

Lesi kulit yang dapat ditemukan pada vulvitis dermatitis dapat berupa papul, vesikel eritema, dan edema kulit. Pada keadaan kronis, lesi dapat tampak likenifikasi, skuama, dan fisura kulit. Pada pasien vulvitis dermatitis atopik dapat ditemukan lesi dermatitis atopik pada bagian kulit lain.[4,8]

Vulvitis Infeksi

Vulvitis infeksi dapat terbatas hanya pada vulva, didahului oleh vaginitis, atau diikuti dengan vaginitis. Pada vulvitis infeksi Candida, vulva tampak eritema, basah, dan edema. Terkadang dapat ditemukan lesi satelit berbentuk papul, vesikel, pustul, ekskoriasi, erosi atau maserasi dengan hiperemi pada introitus vagina dan gumpalan putih.[16,17]

Vulvitis infeksi Streptococcus beta hemolytic group A memiliki tanda klinis utama eritema bilateral yang tampak basah di bagian labia mayor dan minor, edema vulva, dan fisura. Lesi sering mengenai bagian vagina dan perianal juga.[18]

Vulvitis infeksi menular seksual akan memberikan tanda klinis sesuai dengan penyakit menular seksual yang mendasari. Vulvitis yang dicurigai akibat infeksi Enterobius memerlukan pemeriksaan inspeksi daerah vulva–perianal di malam hari menggunakan senter.[4]

Vulvitis Lichen Sclerosus

Lesi awal vulvitis lichen sclerosus biasanya terletak di sekitar klitoris. Lambat laun terjadi perluasan lesi menjadi simetris membentuk gambaran jam pasir di daerah vulva sampai perianal.

Lesi kulit dapat berupa plak hipopigmentasi (warna putih gading mengkilat), atrofi kulit hingga tampak seperti perkamen, ekskoriasi, lichenifikasi, dan fisura kulit. Lesi kulit berupa purpura dan telangiektasis juga dapat ditemukan. Lesi umumnya terbatas hanya pada bagian vulva, tidak menimbulkan kelainan pada mukosa vagina.[3-5]

Pasien vulvitis lichen sclerosus yang kronis dan tidak mendapatkan terapi, dapat memiliki gambaran klinis berupa jaringan parut, hilangnya struktur vulva (labia minor, klitoris), hingga stenosis introitus vagina.[3,4,6]

Vulvitis Sel Plasma

Lesi kulit vulvitis sel plasma bisa menyerupai lichen planus dan karsinoma sel skuamosa. Pada pemeriksaan vulva dapat ditemukan ulkus dangkal berbatas tegas dengan dasar berwarna merah jingga atau purpura berwarna jingga kekuningan dengan petechiae berwarna merah terang (Cayenne pepper spot).[11]

Lesi erosif dan granulomatosa juga dapat timbul walaupun jarang. Pembengkakan vulva, sekret, dan skuama umumnya tidak ditemukan pada vulvitis sel plasma.[11,15]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding vulvitis antara lain lichen planus dan psoriasis.

Lichen Planus

Lichen planus adalah inflamasi kulit yang dapat mengenai berbagai area kulit dan mukosa, termasuk vulva. Dua pertiga pasien lichen planus vulva dapat ditemukan lesi serupa pada gingiva dan vagina (sindrom vulvovagina-gingiva).

Gejala klinis mirip dengan vulvitis lichen sclerosus. Namun gambaran eritema dan erosi vulva dengan rasa nyeri yang dominan lebih sering ditemukan pada lichen planus. Biopsi diperlukan untuk membedakan diagnosis.[6]

Psoriasis

Psoriasis dapat memberikan gejala klinis yang sama dengan vulvitis. Pada psoriasis vulva dapat ditemukan lesi khas psoriasis dengan batas yang tegas, lebih sering ditemukan di bagian mons pubis dan labia mayor, dan biasanya dapat ditemukan lesi psoriasis di bagian tubuh lain. Biopsi hanya diperlukan jika gambaran lesi atipikal.[6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dikerjakan untuk pasien vulvitis antara lain pemeriksaan mikroskopik dari hasil apusan lesi kulit (mikrobiologi) atau kerokan kulit untuk mengeksklusi vulvitis infeksi dan membedakan patogen penyebab vulvitis.

Kerokan Kulit

Vulvitis yang dicurigai akibat infeksi Candida sp. Memerlukan pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH 10% (potasium hidroksida) untuk mengidentifikasi hifa.[3,4]

Pemeriksaan Untuk Penyakit Menular Seksual

Skrining penyakit menular seksual dianjurkan apabila pada pemeriksaan ditemukan sekret vagina abnormal. Kultur sampel yang diambil dari sekret vulvovagina juga dapat digunakan untuk menentukan patogen spesifik vulvitis infeksi.[3,18]

Sellotape Test

Pada pasien vulvitis yang dicurigai akibat infeksi Enterobius dapat dikerjakan sellotape test dengan cara menempelkan sellotape di daerah perianal pada pagi hari, kemudian fiksasi ke kaca objek untuk diamati di bawah mikroskop ada tidaknya telur parasit.

Pemeriksaan Alergi

Tes alergi dengan patch test berguna untuk pasien yang dicurigai dermatitis kontak alergi.[4,18]

Histopatologi dan Biopsi

Pemeriksaan histopatologi dibutuhkan apabila lesi kulit vulvitis tidak khas atau mirip dengan etiologi lain yang memiliki penatalaksanaan berbeda. Biopsi perlu dilakukan apabila ada kecurigaan ke arah malignansi dan untuk mengonfirmasi vulvitis lichen sclerosus.[3]

Indikasi biopsi vulva adalah pada kasus vulvitis lichen sclerosus yang tidak ditemukan lagi gambaran vulva normal, jika lesi kulit resisten terhadap pengobatan, atau gambaran klinis atipikal yang dicurigai malignansi (hiperkeratosis dan erosis yang persisten).[4,6]

Pada vulvitis lichen sclerosus dapat ditemukan gambaran histopatologi khas berupa infiltrat lichenoid di area pertemuan dermis-epidermis, hiperkeratosis dengan sumbatan folikel, atrofi stratum malpighii dengan degenerasi hidropik sel basal, pendataran rete ridges, homogenisasi kolagen di lapisan atas dermis dengan infiltrat limfositik di bagian tengah dermis, dan edema yang menonjol. Bagian edema di papila dermis akan berubah menjadi fibrosis yang homogen dan padat pada lesi kronis.[5]

Histopatologi vulvitis sel plasma adalah infiltrat lichenoid tebal di lapisan atas dan tengah dermis yang didominasi oleh sel plasma >50%, proliferasi vaskular, deposit hemosiderin, ekstravasasi eritrosit.

Jika persentase sel plasma tidak lebih dari 50%,, gambaran histologi lain seperti atrofi epitel, perubahan spongiotik dengan dilatasi pembuluh darah, keratinosit berbentuk belah ketupat, infiltrat berbentuk seperti batang, dan ekstravasasi eritrosit dengan deposit hemosiderin dapat membantu diagnosis vulvitis sel plasma.[15]

Hasil histopatologi vulvitis dermatitis umumnya berupa gambaran spongiosis pada epidermis dan infiltrat limfositik pada dermis yang terkadang terdapat eosinofil. Di fase akut dapat ditemukan vesikel intradermal; di fase subakut dapat ditemukan gambaran hiperkeratosis; dan pada fase kronis dapat diamati gambaran hiperplasia epidermis.[6,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

3. Fischer G. Treatment of vaginitis and vulvitis. Australian Prescriber. 2001;24(3):59-61.
4. Hoffman BL, Schorge JO, Halvorson LM, Hamid CA, Corton MM, Schaffer JI. Williams Gynecology 4th Ed. New York: McGraw-Hill Education; 2020.
5. Nair PA. Vulvar lichen sclerosus et atrophicus. J Midlife Health. 2017;8(2):55-62.
6. Barchino-Ortiz L, Suarez-Fernandez R, Lazaro-Ochaita P. Vulvar inflammatory dermatoses. Actas Dermosifiliogr. 2012;103(4):260-275.
8. Sand FL, Thomsen SF. Skin disease of the vulva: eczematous diseases and contact urticaria. Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2018;38(3):295-300.
11. Bharatia PR, Pradhan AM, Zawar VP. Plasma cell vulvitis. Indian J Sex Transm Dis AIDS. 2015;36(2):185-187.
15. Virgili A, Borghi A, Minghetti S, Corazza M. Comparative study on topical immunomodulatory and anti-inflammatory treatments for plasma cell vulvitis: long-term efficacy and safety. JEADV. 2015;29:507-514.
16. Nyirjesy P. Chronic vulvovaginal candidiasis. Am Fam Physician. 2001;63(4):697-703.
17. CDC. Vulvovaginal candidiasis. In: Sexually Transmitted Infections Guidelines, 2021. https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/candidiasis.htm
18. van der Meijden WI, Boffa MJ, ter Harmsel WA, Kirtschig G, Lewis FM, Moyal-Barracco M. 2016 European guideline for the management of vulval conditions. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2017;31(6):925-941.

Epidemiologi Vulvitis
Penatalaksanaan Vulvitis

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis pada Kasus Pruritus Vulva
    Pendekatan Diagnosis pada Kasus Pruritus Vulva
Diskusi Terkait
dr. Aud Prima Pribadi
Dibalas 20 Oktober 2023, 07:56
Nyeri di kemaluan anak perempuan usia 3 tahun
Oleh: dr. Aud Prima Pribadi
5 Balasan
Alo Medika, izin konsul, anak perempuan, usia 3 tahun, demam 2 hari, mengeluh nyeri di area kemaluan, saat diceboki ibunya dia menghindar & rewel....
Anonymous
Dibalas 21 September 2023, 11:55
Terapi dermatitis vulva saat hamil
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien sedang hamil, gatal pada vulvaTampak seperti lichen sclerosusPernah diterapi antifungal tidak membaikApakah clobetason topical dapat diberikan pada...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.