Patofisiologi Vulvitis
Patofisiologi vulvitis tergantung dari penyebab yang mendasari, contohnya, reaksi alergi, infeksi, atau luka. Vulva merupakan pertahanan pertama untuk melindungi daerah genitalia dari infeksi. Area vulva dibatasi di bagian anterior oleh mons pubis, di bagian posterior oleh perineum, di bagian lateral oleh lipatan inguinal, dan di bagian medial oleh cincin hymen.[6]
Daerah vulva memiliki banyak kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan juga folikel rambut di beberapa area. Hal tersebut membuat vulva memiliki kondisi yang lebih lembab dan koloni bakteri lebih tinggi dibandingkan area kulit lainnya.
Daerah vulva juga lebih rentan mengalami gesekan dan oklusi. Interaksi antara perubahan hormon, paparan kontaminan, dan infeksi dapat mengubah keseimbangan bakteri normal vulva dan meningkatkan risiko peradangan di area tersebut.[1,6]
Vulvitis Akibat Dermatitis
Patofisiologi dermatitis kontak pada vulva sama dengan dermatitis kontak di bagian kulit lain. Pada dermatitis kontak iritan, vulvitis dapat timbul akibat paparan akut terhadap suatu iritan yang poten atau paparan kronis terhadap iritan yang ringan.
Dermatitis kontak alergi melibatkan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang dapat terjadi pada orang yang sudah mengalami sensitisasi sebelumnya. Pasien yang menderita dermatitis atopik memiliki risiko mengalami vulvitis lebih tinggi karena fungsi skin barrier yang kurang dan lapisan epidermis vulva yang lebih tipis.[7,8]
Vulvitis Lichen Sclerosus
Patofisiologi vulvitis lichen sclerosus belum diketahui pasti, namun diduga berkaitan dengan penyakit autoimun, selain pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Pada 74% pasien vulvitis lichen sklerosus ditemukan antibodi terhadap protein matriks ekstraselular 1.[9]
Vulvitis Sel Plasma
Vulvitis sel plasma disebut juga vulvitis Zoon atau vulvitis plasmaselular sirkumskripta memiliki patofisiologi yang juga belum diketahui pasti. Beberapa faktor yang diduga mencetuskan timbulnya vulvitis tersebut adalah perubahan hormon, autoimun, trauma, dan infeksi virus.[9-11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja