Etiologi Vulvitis
Secara garis besar etiologi vulvitis dibagi menjadi infeksi dan non infeksi. Pada artikel ini akan dibahas 4 jenis vulvitis, antara lain vulvitis dermatitis, vulvitis infeksi, vulvitis lichen sclerosus, dan juga vulvitis sel plasma (idiopatik).
Vulvitis Dermatitis
Vulvitis dermatitis dibagi menjadi 2 tipe, yakni bentuk endogen dan eksogen. Bentuk endogen disebabkan oleh dermatitis atopik dan lichen simpleks kronis.[6]
Bentuk eksogen adalah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Vulvitis akibat dermatitis kontak iritan dapat disebabkan oleh:
- Bahan pewangi, alkohol (ethanol, propylene glycol, hexylene glycol), atau pengawet pada obat atau produk yang digunakan di daerah vulva
- Kontak dengan cairan tubuh (urin, tinja, keringat, semen) terutama bagi yang sering mengenakan popok, pembalut, pantyliner
- Penggunaan celana yang bersifat oklusif dan dari bahan yang tidak breathable (celana nylon, celana jeans ketat)
- Membersihkan daerah vulva secara berlebihan[3,6,8]
- Beberapa bahan yang paling sering memicu timbulnya vulvitis dermatitis kontak alergi antara lain:
- Parfum / aromatik
- Bahan pengawet
- Antibiotik topikal
- Anestesi topikal
- Bahan nikel
- Spermisida atau kontrasepsi kimia[6,12]
Vulvitis Infeksi
Vulvitis infeksi dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan parasit. Etiologi vulvitis infeksi antara lain:
Candida sp.,terutama Candida albicans (paling sering di wanita dewasa)
Streptococcus beta hemolytic group A (paling sering di usia prapubertas)
- Eschericia coli
- Haemophilus influenzae
- Tinea sp.
- Infeksi menular seksual, misalnya gonorrhea, herpes simpleks, dan human papilloma virus
- Parasit, misalnya Sarcoptes scabiei, Pediculosis pubis, Enterobius vermicularis[3,4,7,13,14]
Vulvitis Lichen Sclerosus
Etiologi vulvitis lichen sclerosus bersifat multifaktorial, yakni autoimun, hormonal (hipoestrogen), dan faktor infeksi.[4,6]
Vulvitis Sel Plasma
Etiologi vulvitis sel plasma masih belum diketahui pasti atau idiopatik. Namun diduga inflamasi kronis jinak mukosa vulva tersebut terjadi karena faktor trauma, autoimun, hormonal, dan faktor infeksi virus.[9-11]
Faktor Risiko
Berikut ini beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian vulvitis.
- Kurangnya higienitas daerah vulva
- Mencuci daerah vulva dengan sabun atau sabun kewanitaan secara berlebihan
- Obesitas
- Kehamilan
- Menderita inflamasi kulit nonalergi seperti dermatitis seboroik, miliaria, atau moniliasis.
- Menderita penyakit autoimun, seperti tiroiditis, vitiligo, alopesia areata[6-9,12]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja