Pendahuluan Diplopia
Diplopia atau penglihatan ganda merupakan persepsi simultan melihat dua gambar dari satu objek. Diplopia dapat terjadi monokular atau binokular. Diplopia binokular terjadi saat kedua mata terbuka dan dapat dikoreksi dengan menutup salah satu mata. Sementara itu, pada diplopia monokular, keluhan menetap walaupun salah satu mata tertutup.[1-4]
Diplopia binokular dilaporkan lebih sering terjadi, dengan penyebab utama adanya ketidaksejajaran aksis visual. Sementara itu, diplopia monokular umumnya disebabkan oleh patologi intraokular.[1-3]
Diplopia bisa menjadi gejala pertama yang muncul pada berbagai kondisi mengancam, baik kondisi oftalmologis ataupun neurologis. Sistem yang bertanggung jawab dalam pergerakan dan kesejajaran okular mencakup sirkuit supranuklear, nuklei batang otak, saraf kranial III, IV, dan VI, serta neuromuscular junction dan otot target dari masing-masing saraf. Gangguan pada sistem tersebut atau dalam sistem vestibular yang terkait dengan respon mata terhadap gerakan dapat menyebabkan diplopia. Oleh karenanya, kondisi yang mendasari timbulnya diplopia sangatlah banyak dengan diagnosis banding yang luas. Kondisi ini mencakup stroke, tumor otak, katarak, astigmatisme, ataupun strabismus.[2,5]
Penatalaksanaan diplopia harus disesuaikan dengan etiologi yang mendasari dengan tujuan untuk mendapatkan kembali penglihatan binokular tunggal. Pilihan penatalaksanaan diplopia juga disesuaikan dengan etiologinya. Misalnya saja penggunaan kacamata pada astigmatisme, ataupun tindakan operatif jika penyebab diplopia adalah katarak.
Diplopia dapat mengganggu kemampuan pasien dalam menentukan jarak. Diplopia juga akan mengganggu performa pasien dalam berkendara atau mengoperasikan mesin. Oleh karenanya, kegiatan tersebut perlu dihindari agar tidak terjadi trauma atau kecelakaan.[1,2,5]