Penatalaksanaan Diplopia
Penatalaksanaan diplopia dipilih berdasarkan etiologi yang mendasari untuk mendapatkan kembali penglihatan binokular tunggal. Pada saat pasien datang, tentukan ada-tidaknya kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera, misalnya dalam kasus stroke.[1,4]
Nonfarmakologi
Pada diplopia monokular, harus dievaluasi terlebih dahulu kemungkinan perlunya operasi katarak atau adanya gangguan refraksi yang perlu dikoreksi.[2,4]
Pada diplopia binokular simptomatik akibat ketidaksejajaran okular, terdapat beberapa pilihan perawatan medis yang dapat dilakukan, antara lain:
- Terapi prisma Fresnel: Penggunaan prisma Fresnel umumnya efektif hanya untuk pasien dengan ketidaksejajaran okular kecil. Terapi ini diindikasikan jika terdapat deviasi stabil di semua arah pandangan
- Terapi oklusi: Pada pasien dengan ketidaksejajaran okular yang lebih besar, oklusi salah satu mata dengan penutup mata dapat dilakukan sembari menunggu resolusi atau intervensi[1,2,5]
- Latihan ortoptik: Dilaporkan efektif mengurangi gejala convergence insufficiency. Latihan ortoptik juga telah terbukti meningkatkan hasil pembedahan pada pasien dengan strabismus dan dapat dianggap sebagai tata laksana tambahan untuk pembedahan pada kasus dengan eksotropia intermiten[5]
Farmakologi
Piridostigmin atau agen antikolinergik kerja panjang lainnya serta kortikosteroid dapat bermanfaat pada diplopia akibat myasthenia gravis.[5]
Pembedahan
Pada diplopia akibat strabismus, perawatan bedah diindikasikan pada kasus strabismus dengan ketidaksejajaran okular yang berlangsung lama, tidak mengalami perbaikan selama lebih dari 12 bulan, dan mengalami kegagalan terhadap terapi lain.[1,2]
Operasi transposisi diindikasikan untuk kelumpuhan permanen pada otot rektus lateral. Tindakan ini dapat mengatasi tonus otot rektus medial yang tidak berlawanan dengan melakukan insisi otot rektus superior dan inferior disertai reinsersi setengah lateral setiap otot pada otot rektus lateral.[5]
Kemodenervasi dengan injeksi toksin botulinum dilakukan untuk mencegah kontraktur pada mata dengan paresis otot ekstraokular. Injeksi toksin botulinum multipel selama beberapa bulan ke dalam otot rektus medial akan mengurangi kontraktur karena lemahnya otot rektus lateral akibat kelumpuhan saraf VI.[1,2,5]