Etiologi Diplopia
Etiologi diplopia sangatlah banyak, mulai dari yang ringan seperti gangguan refraksi, hingga yang berat seperti aneurisma otak. Hal ini karena persepsi penglihatan memiliki jalur yang kompleks, dan gangguan pada salah satu komponen dari jalur tersebut dapat menimbulkan diplopia.[1-4]
Diplopia Monokular
Diplopia monokular lebih jarang terjadi dibandingkan diplopia binokular. Kemungkinan penyebab diplopia monokular antara lain:
Gangguan refraksi: Miopia yang tinggi, astigmatisme, efek dari pemasangan lensa kontak yang kurang baik
- Kelopak mata: Tekanan mekanik pada kornea akibat kalazion, tumor, hematoma, edema
- Lapisan air mata: Abnormalitas lapisan air mata yang menyebabkan difraksi cahaya akibat mukus, benda asing, atau droplet minyak
- Kornea: Edema, jaringan parut, distrofi, keratokonus, keratoglobus, megalokornea
- Lensa: Lentikonus, katarak, ektopia lentis, subluksasi lensa
- Iris dan pupil: Iridodialisis, polikoria, iridektomi
- Vitreus: Benda asing
- Retina: Edema makula, retinopati serosa sentral
- Poliopia serebral: Trauma, migraine, multiple sclerosis, ensefalitis[1,2,4]
Diplopia Binokular
89% kasus diplopia adalah diplopia binokular. Beberapa kemungkinan penyebab diplopia binokular adalah:
- Gangguan orbita: Trauma, tumor, infeksi, oftalmopati terkait gangguan tiroid
- Kelainan otot ekstraokular: Oftalmopati terkait gangguan tiroid, cedera otot ekstraokular, hematoma akibat pembedahan, miopati kongenital, miopati mitokondrial, distrofi otot
- Disfungsi neuromuscular junction: Myasthenia gravis, botulisme
Palsy pada saraf kranial III, IV, atau VI: Neuropati diabetik, perdarahan, tumor, malformasi vaskuler, aneurisma, meningitis, multiple sclerosis
- Cedera saraf pusat: Iskemia, perdarahan, tumor, hidrosefalus, sifilis, ensefalopati Wernicke, penyakit neurodegeneratif
- Obat-obatan: Toksin botulinum, rufinamide, pregabalin, sildenafil, gabapentin, topiramate, levetiracetam, amlodipine, pravastatin, capecitabine, lamotrigine, sertraline, ciprofloxacin[3,4]
Berdasarkan keluhannya, diplopia binokular dapat dibedakan menjadi diplopia vertikal dan horizontal. Pada diplopia vertikal diketahui terdapat keluhan melihat dua gambar yang bergeser secara diagonal, satu di atas yang lain, akibat kurangnya aktivitas rektus inferior kanan atau kiri, rektus superior, oblik inferior, atau oblik superior. Sementara itu, pada diplopia horizontal akan terlihat dua gambar muncul berdampingan akibat kondisi patologis yang mempengaruhi otot rektus medial, lateral, atau persarafan otot-otot tersebut.[6]