Edukasi dan Promosi Kesehatan Diplopia
Edukasi dan promosi kesehatan diplopia berfokus pada pencegahan timbulnya dan perburukan diplopia. Diperlukan juga edukasi mengenai patogenesis, kemungkinan penyebab, pemeriksaan penunjang yang diperlukan, pilihan modalitas terapi, serta risiko komplikasi yang mungkin terjadi.
Pasien perlu menyadari bahwa diplopia akan mengganggu kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas yang membutuhkan penglihatan yang baik, seperti berkendara atau mengoperasikan alat berat.
Edukasi Pasien
Terdapat 2 jenis diplopia, yaitu monokular dan binokular. Mayoritas kasus diplopia adalah binokular.
Diplopia dapat disebabkan berbagai macam kondisi, mulai dari kelainan pada mata, orbita, otot ekstraokular, neuromuscular junction, hingga sistem saraf pusat. Dari anamnesis, dokter akan menentukan ada-tidaknya kondisi kegawatdaruratan, seperti stroke atau diseksi. Apabila ada, investigasi lebih lanjut dan manajemen yang segera akan diperlukan. Apabila diplopia dicurigai melibatkan sistem saraf pusat, misalnya akibat atau massa, maka akan diperlukan pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan atau MRI.
Penatalaksanaan juga akan bergantung pada penyebab yang mendasari. Diplopia yang timbul akibat gangguan refraksi dapat dikoreksi dengan kacamata. Diplopia akibat katarak umumnya membutuhkan tindakan bedah.
Penatalaksanaan juga bisa memerlukan kolaborasi antar departemen. Pada kasus diplopia akibat neuropati diabetik misalnya, akan diperlukan konsultasi dengan ahli diabetes dan neurologi. Jika diplopia terkait dengan gangguan tiroid, maka diperlukan konsultasi dengan ahli endokrinologi.[2,5]
Risiko Terkait Berkendara dan Mengendalikan Mesin
Diplopia akan mengganggu kemampuan pasien dalam aktivitas tertentu yang membutuhkan penglihatan yang baik. Hal ini termasuk berkendara dan mengoperasikan mesin berat. Minta pasien untuk menghindari aktivitas tersebut karena adanya risiko kecelakaan yang tinggi.[2,5]