Etiologi Gangguan Refraksi
Etiologi gangguan refraksi adalah ketidakmampuan mata untuk memfokuskan cahaya tepat pada retina. Hal ini mungkin berkaitan dengan abnormalitas panjang aksial bola mata, kelainan bentuk kornea, ataupun proses penuaan pada lensa.[9]
Myopia
Myopia terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata difokuskan jatuh di depan retina dan menghasilkan penglihatan yang kabur. Hal ini telah dikaitkan dengan adanya kelainan struktur pada bola mata, baik kelainan pada panjang aksial bola mata ataupun lensa yang terlalu konveks. Terdapat studi yang melaporkan bahwa myopia yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko glaukoma.[10]
Hiperopia
Pada hiperopia, cahaya yang masuk ke mata difokuskan jatuh di belakang retina dan menghasilkan penglihatan yang kabur. Hal ini telah dikaitkan dengan penurunan panjang aksial ataupun penurunan kekuatan konvergensi struktur mata seperti penurunan kurvatur kornea dan peningkatan ketebalan lensa.[11]
Astigmatisme
Pada astigmatisme, cahaya yang masuk ke mata jatuh di retina pada lebih dari satu titik fokus. Hal ini umumnya dikaitkan dengan abnormalitas bentuk kornea dan lensa.[12]
Presbyopia
Pada presbyopia, terjadi penurunan fungsional secara progresif karena gangguan akomodasi lensa terkait usia. Pada pasien usia tua, presbyopia telah dikaitkan dengan kondisi nukleus lensa yang lebih kaku daripada korteks. Sementara itu pada pasien berusia lebih muda, korteks lebih kaku daripada nukleus.[8]
Faktor Risiko
Faktor risiko gangguan refraksi dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Interaksi dari kedua faktor ini berperan penting dalam terjadinya dan progresivitas gangguan refraksi.
Faktor Genetik
Bukti ilmiah berdasarkan analisis hubungan keluarga, studi gen kandidat, genome-wide association study (GWAS), dan next generation sequencing (NGS) telah mengidentifikasi lebih dari 400 lokus gen yang mungkin berkaitan dengan risiko gangguan refraksi. Beberapa lokus risiko gangguan refraksi yang diidentifikasi pada populasi Asia adalah lokus autosomal dominan MYP16, polimorfisme pada CTNND2, dan polimorfisme rs1021711.
Faktor Lingkungan
Sejumlah studi epidemiologi melaporkan bahwa gangguan refraksi lebih sering terjadi pada individu yang banyak beraktivitas di area perkotaan. Selain itu, gangguan refraksi juga lebih tinggi pada pasien dengan pekerjaan profesional (termasuk dokter), tingkat pendidikan lebih tinggi, dan pengguna komputer.
Myopia juga dikaitkan dengan intensitas kegiatan membaca yang lebih tinggi, bukan durasi aktual yang dihabiskan untuk membaca. Myopia juga meningkat pada individu yang melakukan tugas-tugas yang membutuhkan peningkatan penggunaan mata seperti ahli mikroskop.[10,13,14]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha