Prognosis Gangguan Refraksi
Prognosis gangguan refraksi umumnya baik karena kondisi ini dapat dikoreksi dengan mudah menggunakan kacamata atau lensa kontak. Potensi komplikasi gangguan refraksi mencakup progresivitas gangguan refraksi, peningkatan risiko penyakit oftalmologi lain akibat gangguan refraksi derajat tinggi, amblyopia, hingga kebutaan.
Komplikasi
Gangguan refraksi yang tidak dikoreksi dapat mengakibatkan amblyopia hingga kebutaan. Strabismus juga dapat terjadi pada pasien dengan hiperopia dan astigmatisme yang tidak dikoreksi. Pada orang tua dengan presbyopia yang tidak dikoreksi, pasien bisa mengalami keluhan sakit kepala yang semakin berat. Keluhan akan menghilang jika pasien diterapi dengan lensa yang tepat.
Gangguan refraksi juga menurunkan kualitas hidup pasien akibat hendaya fungsional, psikosomatik, dan kosmetik. Gangguan refraksi yang tidak dikoreksi dapat menurunkan produktivitas, mengurangi kemampuan kerja dan belajar, serta menurunkan kualitas hidup keseluruhan dalam jangka waktu yang panjang dan risiko progresivitas yang terus menerus.[1,17]
Selain itu, individu dengan gangguan refraksi derajat tinggi juga lebih mungkin mengalami perubahan patologis okular. Populasi ini memiliki peningkatan risiko mengalami penipisan retina dan koroid yang progresif, degenerasi retina perifer, ablatio retina, katarak, glaukoma, dan neovaskularisasi koroid.[2]
Prognosis
Prognosis pada gangguan refraksi pada umumnya baik karena kondisi ini dapat dikoreksi menggunakan terapi sederhana seperti kacamata dan lensa kontak. Pasien anak yang tidak diterapi dapat mengalami amblyopia. Myopia biasanya muncul antara usia 6 dan 12 tahun, dengan tingkat perkembangan rata-rata sekitar 0,50 D per tahun.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha