Patofisiologi Gangguan Refraksi
Patofisiologi gangguan refraksi melibatkan gangguan pada bentuk bola mata yang menyebabkan cahaya gagal difokuskan secara akurat pada retina. Gangguan refraksi dibagi menjadi empat jenis, yaitu myopia, hiperopia, astigmatisme, dan presbyopia.
Myopia
Myopia atau rabun jauh terjadi karena titik fokus cahaya jatuh di depan retina. Hal ini umumnya disebabkan oleh kornea yang terlalu melengkung, panjang aksial mata terlalu panjang, atau bisa jadi keduannya. Pasien dengan myopia akan melihat objek yang jauh menjadi kabur sedangkan objek yang dekat terlihat jelas.[4]
Myopia diklasifikasikan menjadi myopia aksial, myopia meridional, dan myopia lentikular. Myopia aksial terjadi karena adanya peningkatan panjang aksial bola mata. Peningkatan panjang aksial 1 mm menyebabkan pergeseran rabun 3D, disebut juga dengan myopia sferis. Myopia meridional merupakan kondisi myopia dengan 2 fokus di sepanjang dua sumbu, disebut juga dengan astigmatisme myopia. Pada myopia meridional, kelengkungan kornea berperan penting dibandingkan dengan panjang aksial bola mata. Sementara itu, myopia lentikular terjadi ketika adanya perubahan struktur lensa kristalin yang berhubungan dengan pertambahan usia.[5]
Hiperopia
Pada hiperopia, juga dikenal sebagai rabun dekat, pandangan tanpa akomodasi ke kejauhan bisa menghasilkan visus yang kabur. Hal ini terjadi karena daya bias sistem visual terlalu kecil dibandingkan dengan panjang mata, sehingga bayangan terfokus di belakang retina.
Pada pasien berusia muda, kelainan refraksi pada hiperopia dapat dikompensasi tanpa disadari dengan akomodasi dan mengubah daya refraksi lensa okuler. Oleh karena itu, pasien dapat melihat dengan jelas meskipun memiliki hiperopia tetapi akomodasi akan meningkat (hiperopia laten).[4,6]
Astigmatisme
Astigmatisme terjadi karena sinar cahaya yang melewati mata tidak dapat berkumpul pada satu titik fokus. Kelengkungan kornea atau lensa menyebabkan sinar cahaya yang masuk menjadi tersebar di dua titik fokus. Sekitar 40% bayi baru lahir memiliki 1D astigmatisme sejak lahir, dan biasanya akan berkurang seiring bertambahnya usia.[7]
Presbyopia
Presbyopia merupakan kondisi fisiologis dimana terjadi penurunan fungsional secara progresif karena gangguan akomodasi lensa terkait usia. Pada presbyopia, kekakuan lensa menyebabkan kesulitan progresif dalam membaca pada jarak baca biasa. Pada pasien tua dengan presbyopia, nukleus lensa lebih kaku daripada korteks. Sementara itu pada individu muda, korteks lebih kaku daripada nukleus.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha