Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hifema Traumatis annisa-meidina 2023-11-07T12:51:58+07:00 2023-11-07T12:51:58+07:00
Hifema Traumatis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hifema Traumatis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Diagnosis hifema traumatis diawali dengan identifikasi instabilitas hemodinamik, red flags, serta penilaian derajat hifema berdasarkan klasifikasi Edward dan Layden 1973. Hifema traumatis sering berhubungan dengan trauma tumpul maupun trauma penetrasi pada mata atau kepala, sehingga adanya cedera yang mengancam nyawa maupun mengancam penglihatan perlu diidentifikasi terlebih dahulu.

Red Flags atau Tanda Bahaya Hifema Traumatis

Tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada pasien dengan hifema traumatis meliputi kecurigaan ruptur bola mata, sindrom kompartemen orbita, perdarahan retrobulbar, dan trauma penetrasi.[1,2,4]

Selain itu, pasien yang memiliki kelainan darah seperti anemia sel sabit lebih berisiko mengalami perdarahan atau hifema ulang dan hipertensi okuli. Hal ini dikarenakan sel sabit akan lebih sulit lepas dari trabecular meshwork sehingga mengganggu aliran aqueous humour. Pasien ini mungkin memerlukan intervensi pada tekanan intraokular (TIO) yang lebih rendah, sehingga termasuk red flags untuk hifema traumatis.[1,2,4]

Anamnesis

Anamnesis pada hifema traumatis diawali dengan identifikasi kegawatdaruratan dan red flags hifema. Anamnesis meliputi tipe cedera mata (tumpul atau penetrasi), ada atau tidaknya penurunan penglihatan, fotofobia, dan nyeri pada mata akibat trauma dan peningkatan TIO, serta ada tidaknya mual muntah.[2,3]

Keluhan gangguan penglihatan perlu dibedakan apakah karena hifema yang dialami atau karena kondisi klinis seperti ablatio retina. Gangguan penglihatan karena hifema biasanya bertambah di posisi supine karena darah menutupi aksis visual. Pada pasien dengan fraktur orbita, keluhan penglihatan ganda (diplopia) bisa terjadi karena restriksi gerakan otot ekstraokular.[2,3]

Keluhan mual dan muntah penting untuk ditanyakan karena adanya mual dan muntah dapat memperburuk klinis dengan memperparah perdarahan dan peningkatan TIO. Mekanisme terjadinya trauma perlu ditanyakan, termasuk adanya keterlibatan benda tertentu pada trauma mata.[2,3]

Riwayat koagulopati dan kelainan darah seperti anemia sel sabit perlu ditanyakan. Pada anamnesis, skrining gangguan koagulasi dapat dilakukan dengan menggunakan scoring HEMSTOP (Hematoma, hEmorrhage, Menorrhagia, Surgery, Tooth extraction, Obstetrics, Parents). Hal ini membantu menentukan perlu tidaknya pemeriksaan fungsi koagulasi.[2,13]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik diawali dengan identifikasi gangguan hemodinamik dari tanda-tanda vital dan cedera, baik yang mengancam nyawa maupun penglihatan. Identifikasi benda asing, trauma penetrasi, dan tanda sindrom kompartemen orbita penting dilakukan pada awal pasien datang.

Identifikasi Kegawatdaruratan

Pada pemeriksaan fisik mata, identifikasi ada atau tidaknya kelainan posisi bola mata (seperti proptosis), relative afferent pupillary defect (RAPD) pada pemeriksaan pupil, dan penurunan ketajaman visus. Ketiga hal ini merupakan tanda sindrom kompartemen orbita yang mengancam penglihatan.[2]

Pemeriksaan TIO perlu dilakukan karena hipertensi okuli dapat menyertai hifema traumatis dan memerlukan penanganan segera. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi manual maupun tonometri. Peningkatan TIO dicurigai bila nilai TIO >21 mmHg. Peningkatan TIO ini dapat baru terjadi 6–18 jam sampai 6 hari posttrauma, sehingga pemantauan gejala klinis dan TIO perlu dilakukan.[1-3]

Pemeriksaan Fisik setelah Kegawatdaruratan Disingkirkan

Setelah kegawatdaruratan disingkirkan, pemeriksaan dilanjutkan dengan lebih detail pada palpebra, apparatus lakrimal, dan kornea untuk melihat adanya lesi. Pada kamera okuli anterior (KOA), dapat dilakukan identifikasi eritrosit atau akumulasi darah dengan slit lamp atau lup.[2]

Pemeriksaan lapang pandang dilakukan untuk mengeksklusi kemungkinan ekstensi trauma ke posterior, seperti perdarahan intravitreus dan ablatio retina. Pemeriksaan gerakan bola mata juga perlu dilakukan untuk mengeksklusi kondisi klinis lain yang dapat menyertai seperti fraktur orbita.[2]

Gonioskopi dilakukan untuk melihat angle recession. Kondisi ini sering kali menyertai trauma tumpul, di mana ada pemisahan antara otot dengan arah serat sirkuler dan arah serat longitudinal milik badan siliar. Gambaran gonioskopi pada kondisi ini adalah pelebaran sudut iris dan kornea disertai perubahan posisi tempat insersi iris ke posterior dan tereksposnya pita badan siliar.[8]

Grading Hifema

Penilaian derajat hifema sampai saat ini masih menggunakan grading oleh Edward dan Layden tahun 1973 yang terdiri dari mikrohifema sampai hifema derajat 4. Grading hifema meliputi:

  1. Mikrohifema atau hifema mikroskopis: ada eritrosit pada KOA tetapi tidak ada akumulasi darah
  2. Hifema derajat 1: ada akumulasi darah atau bekuan darah pada ≤⅓ KOA
  3. Hifema derajat 2: ada akumulasi darah atau bekuan darah pada >⅓ sampai ½ KOA
  4. Hifema derajat 3: ada akumulasi darah atau bekuan darah pada >½ sampai ¾ KOA
  5. Hifema derajat 4 atau hifema total: ada akumulasi darah atau bekuan darah pada >¾ KOA[2,5,6,12]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk hifema traumatis adalah komplikasi operasi glaucoma filtering, uveitis glaucoma hyphema syndrome, anemia sel sabit dengan manifestasi okular, dan keratitis yang disebabkan oleh virus herpes zoster.[2,14]

Komplikasi Operasi Glaucoma Filtering

Hifema dapat terjadi sebagai komplikasi tindakan glaucoma filtering, seperti pada trabekulektomi. Pada kondisi ini, pasien memiliki riwayat glaukoma yang ditata laksana dengan tindakan yang melibatkan glaukoma filtering, misalnya trabekulektomi.[15]

Hifema umumnya muncul pada saat operasi atau dalam 2–3 hari postoperasi. Berbeda dengan hifema traumatis, kondisi ini harus disertai dengan riwayat postoperasi dengan teknik glaucoma filtering.[15]

Uveitis Glaucoma Hyphema Syndrome

Uveitis glaucoma hyphema syndrome adalah komplikasi tindakan implantasi lensa intraokular (IOL) dalam operasi katarak. Kondisi ini ditandai dengan inflamasi kronis pada uvea yang sangat nyeri, peningkatan TIO, dan hifema. Berbeda dengan hifema traumatis, kondisi ini disertai riwayat operasi katarak, di mana terdapat trauma mekanik pada iris atau badan siliar atau IOL yang malposisi atau subluksasi.[16]

Anemia Sel Sabit dengan Manifestasi Okular

Pasien dengan anemia sel sabit dapat memiliki manifestasi okular berupa hifema spontan. Pada kondisi ini, tidak adanya riwayat trauma orbita maupun adneksa dapat membedakan pasien anemia sel sabit dengan hifema traumatis.[2]

Keratitis Akibat Infeksi Virus Herpes Zoster

Pada keratitis akibat infeksi virus herpes zoster, hifema juga dapat ditemukan. Kondisi ini biasanya disertai dengan manifestasi keratitis, seperti nyeri, lesi kulit berupa vesikel berkelompok sesuai dermatom, injeksi siliar, dan hipopion. Hifema bisa muncul sebagai gejala penyerta, yang dibedakan dengan hifema traumatis berdasarkan tidak adanya riwayat trauma pada mata maupun adneksa.[14]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang umumnya dilakukan bukan untuk menegakkan diagnosis hifema traumatis, tetapi untuk evaluasi kondisi klinis yang menyertai. Contoh kondisi klinis yang menyertai hifema traumatis adalah trauma penetrasi, adanya benda asing intraokular, fraktur orbita, dan keterlibatan segmen posterior.[2]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi seperti CT scan kepala dan USG orbita dapat dilakukan untuk menyingkirkan kecurigaan kondisi klinis yang menyertai dan memengaruhi outcome visual. Pemeriksaan CT scan kepala dapat dipertimbangkan pada kecurigaan adanya benda asing intraorbita dan trauma penetrasi, serta visualisasi trauma seperti fraktur orbita.[2]

Pemeriksaan USG orbita baru dapat dilakukan apabila kecurigaan ruptur orbita sudah disingkirkan, karena tekanan probe dapat memperparah keluarnya vitreous humour dan aqueous humour. USG orbita dilakukan pada kondisi di mana ada kecurigaan kelainan segmen posterior bola mata, seperti ablatio retina, perdarahan intravitreal, dislokasi lensa, dan benda asing intraokular.[2]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada hifema traumatis dilakukan terutama bila terdapat kecurigaan koagulopati dan anemia sel sabit. Pada kecurigaan koagulopati, misalnya dari skrining dengan skoring HEMSTOP, pemeriksaan fungsi koagulasi dapat dilakukan.

Pasien dengan gangguan koagulasi dan anemia sel sabit berisiko mengalami peningkatan TIO, hifema berulang, dan kemungkinan memerlukan intervensi pada TIO yang lebih rendah.[2,4,13]

Referensi

1. American Academy of Ophthalmology. The Academy’s Basic and Clinical Science Course (BCSC): 8. External Disease and Cornea AAO 2022-2023. AAO, 2022.
2. Gragg J, Blair K, Baker MB. Hyphema. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507802/
3. Taqi Al Saffar AA, Hussein AS, Jamal NM. Traumatic Hyphema Frequency and Management Evaluation: A Retrospective Study. Health Sci J. 2017;11(1). http://www.hsj.gr/medicine/traumatic-hyphema-frequency-and-management-evaluation-a-retrospective-study.php?aid=18306
4. The Royal Victorian Eye and Ear Hospital Emergency Department. Hyphaema-Clinical Practice Guideline: Emergency Department. CPG, 2021. https://eyeandear.org.au/wp-content/uploads/2021/11/Hyphaema-Clinical-Practice-Guideline1.pdf.
5. Keles A, Kosekahya P, Sogut FE, Karatepe MS. Long-term Effects of Uncomplicated Traumatic Hyphema on Corneal and Lenticular Clarity. Korean J Ophthalmol. 2022 Dec 5;36(6):501–8.
6. Iftikhar M, Mir T, Seidel N, et al. Epidemiology and outcomes of hyphema: a single tertiary centre experience of 180 cases. Acta Ophthalmol. 2021 May;99(3):e394-e401.
8. Iannucci V, Manni P, Alisi L, Mecarelli G, Lambiase A, Bruscolini A. Bilateral Angle Recession and Chronic Post-Traumatic Glaucoma: A Review of the Literature and a Case Report. Life. 2023 Sep;13(9):1814.
12. Ali AKA, Mass DA, Bener A. Poor final visual outcome after traumatic hyphema: A retrospective study of associated factors. J Emerg Med Trauma Acute Care. 2012 May 10;2012(1):16.
13. Bonhomme F, Boehlen F, Clergue F, de Moerloose P. Preoperative hemostatic assessment: a new and simple bleeding questionnaire. Can J Anaesth J Can Anesth. 2016 Sep;63(9):1007–15.
14. Katherine SBH, Ngim YS, Juliana J, Ramli N. Herpes zoster keratouveitis with hypopyon and hyphema. Taiwan J Ophthalmol. 2020 Mar 4;10(1):54–7.
15. Puig M. Complications and Management of Glaucoma Filtering Treatment & Management: Approach Considerations, Medical Therapy, Surgical Therapy. 2021 Nov 17. https://emedicine.medscape.com/article/1207755-treatment#d15
16. Sen S, Tripathy K. Uveitis Glaucoma Hyphema Syndrome. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK580530/

Epidemiologi Hifema Traumatis
Penatalaksanaan Hifema Traumatis
Diskusi Terkait
dr. Andrea
Dibalas 06 Maret 2024, 15:24
Terapi Medikamentosa pada Hifema Traumatik - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Andrea
1 Balasan
ALO Dokter!Terapi medikamentosa pada hifema traumatik seperti penggunaan kortikosteroid, sikloplegik, dan agen antifibrinolitik memiliki peran yang penting...
dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
Dibalas 28 November 2018, 14:43
Konsul Penanganan Hifema
Oleh: dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
8 Balasan
Selamat siang dokter sekalian, saya ingin menanyakan apa saja penanganan yang harus dilakukan untuk kasus hifema. Terimakasih banyak dok :)

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.