Prognosis Hifema Traumatis
Prognosis hifema traumatis pada pasien tanpa riwayat penyakit anemia sel sabit, kelainan darah, dan kelainan segmen posterior bola mata umumnya lebih baik. Komplikasi yang paling ditakutkan pada hifema traumatis adalah gangguan penglihatan. Peningkatan tekanan intraokular atau TIO, glaukoma, sinekia anterior, dan corneal blood staining merupakan komplikasi hifema traumatis yang juga dapat terjadi.
Komplikasi
Komplikasi yang ditakutkan pada hifema traumatis adalah gangguan penglihatan. Hal ini berkaitan dengan derajat hifema, di mana semakin tinggi derajat hifema, akumulasi darah semakin banyak pada kamera okuli anterior (KOA).[3,7]
Akumulasi darah pada KOA dapat mengganggu aliran aqueous humor lewat trabecular meshwork dan menyebabkan peningkatan TIO. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan penekanan saraf optik dan berisiko glaukoma sekunder. Keadaan ini termasuk vision threatening.[3,7]
Selain itu, akumulasi darah pada KOA juga dapat membentuk corneal blood staining, karena hemoglobin yang penetrasi ke lapisan stroma kornea bagian posterior. Di sini, hemoglobin diabsorbsi oleh keratosit, dipecah menjadi hemosiderin, kemudian terjadi kematian keratosit. Bila kondisi ini menutup aksis visual, gangguan penglihatan dapat terjadi. Corneal blood staining dapat menetap atau menghilang dari perifer ke medial, tetapi secara perlahan.[1,7,12]
Perdarahan atau hifema berulang juga dapat terjadi setelah 3–7 hari karena adanya gaya retraksi atau lisis bekuan darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan TIO dan glaukoma. Berdasarkan studi retrospektif oleh Ali et al. selama 4 tahun pada 117 pasien hifema traumatis, 8 pasien mengalami perdarahan ulang. Sebanyak 50% pasien yang mengalami perdarahan ulang ini di akhir follow-up pulang dengan visus <6/18.[1,2,12]
Komplikasi lainnya adalah sinekia perifer anterior karena iritis baik oleh paparan darah di kamera okuli anterior maupun trauma. Selain itu, midriasis traumatik dan katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi.[1,2,12,19]
Prognosis
Prognosis hifema traumatis dilihat berdasarkan fungsi, seperti ketajaman penglihatan, kejadian perdarahan berulang, dan TIO. Umumnya, prognosis hifema traumatis cukup baik. Berdasarkan studi oleh Zafar et al. pada sekitar 16.200 pasien, sebanyak kurang lebih 91% dipulangkan tanpa harus rawat inap. Dari pasien yang dirawat inap, sekitar 9% berasal dari kelompok usia 0–4 tahun dan 7% berusia >65 tahun.[9]
Berdasarkan studi oleh Simanjuntak et al. pada 97 pasien dengan hifema traumatis, rerata ketajaman visus setelah follow-up 3 bulan adalah 0,64 (saat datang 0,15). Pasien dengan perdarahan intravitreus (2%), katarak dan iridodialisis (2%), dan ruptur koroid (1%) memiliki ketajaman visus akhir yang lebih buruk.[10]