Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hifema Traumatis annisa-meidina 2023-10-05T09:10:34+07:00 2023-10-05T09:10:34+07:00
Hifema Traumatis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hifema Traumatis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Tujuan penatalaksanaan hifema traumatis adalah mengontrol tekanan intraokular atau TIO, mengontrol inflamasi, dan mengurangi risiko perdarahan ulang. Tata laksana hifema traumatis diawali dengan stabilisasi jalan napas dan hemodinamik. Apabila diperlukan intubasi, penggunaan succinylcholine perlu dihindari karena meningkatkan risiko hipertensi okuli. Posisikan pasien head up 30° agar darah tidak menutupi aksis visual.[1,2]

Pasien dengan hifema traumatis disarankan tidak mendapatkan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), antikoagulan, dan aspirin sampai resolusi klinis hifema didapatkan. Hal ini dikarenakan efek antitrombotik dari obat-obatan tersebut. Pada hifema traumatis dengan anemia sel sabit yang mengalami glaukoma, penggunaan carbonic anhydrase inhibitor (CAI) dan agen hiperosmolar dikontraindikasikan.[2-4]

Berobat Jalan

Pasien diperbolehkan pulang bila termasuk hifema derajat II atau kurang, TIO normal, tidak ada riwayat anemia sel sabit atau gangguan koagulasi, dan mau kontrol per hari sesuai anjuran dokter spesialis mata. Sebelum rawat jalan diputuskan, pemeriksaan visus dan gonioskopi (untuk mengeksklusi angle recession) harus dilakukan.[2-4,17]

Kontrol ketat ke dokter spesialis mata dapat diperlukan selama 1–2 minggu sesuai klinis derajat hifema dan TIO. Pada pasien yang dipulangkan, sarankan untuk menggunakan pelindung mata, serta tidak melakukan aktivitas yang memicu manuver Valsava, seperti mengangkat beban berat dan mengejan. Pasien disarankan untuk tidur dalam posisi head up, misalnya menggunakan >1 bantal dalam rentang waktu yang ditentukan sesuai klinis perbaikan hifema.[2-4,17]

Medikamentosa

Terapi medikamentosa untuk hifema traumatis meliputi agen antihipertensi topikal seperti ɑ-agonis dan β-blocker, agen analgesik topikal, antiemetik, dan sikloplegik. Kortikosteroid masih diberikan, tetapi sampai saat ini sebenarnya efikasinya masih diperdebatkan pada kasus hifema traumatis.[1]

Antihipertensi Topikal

Antihipertensi topikal diberikan pada TIO >21 mmHg karena pada kondisi ini pasien diterapi seperti glaukoma akut. Pilihan antihipertensi topikal adalah obat golongan ɑ2-agonis seperti brimonidine dan obat golongan β-blocker seperti timolol.[1,2]

Kontrol TIO pada Pasien dengan Anemia Sel Sabit:

Pasien dengan anemia sel sabit lebih berisiko mengalami peningkatan TIO signifikan, karena sel sabit yang ada di KOA menghambat aliran aqueous humour lewat trabecular meshwork.[1]

Carbonic anhydrase inhibitor seperti acetazolamide dan agen osmotik seperti mannitol dapat menyebabkan hemokonsentrasi dan menurunkan pH aqueous humour. Hal ini dapat menyebabkan bentukan sickle cell (sickling) menjadi lebih rapuh dan crescent. Oleh sebab itu, pasien dengan anemia sel sabit yang diberikan antihipertensi topikal sebaiknya tidak mendapatkan kedua agen tersebut.[1]

Analgesik Topikal

Analgesik topikal seperti tetracaine dan proparacaine dapat dipertimbangkan untuk nyeri saat akan melakukan pemeriksaan fisik. Pemberian OAINS harus dihindari karena dapat memperparah perdarahan dan meningkatkan risiko perdarahan ulang.[2,3]

Antiemetik

Pada pasien dengan keluhan mual dan muntah yang menyertai hifema traumatis, obat antiemetik seperti ondansetron sampai dosis 12 mg intravena (IV) perlu diberikan. Mual dan muntah akan meningkatkan TIO serta dapat memperberat perdarahan.[2]

Sikloplegik

Agen sikloplegik dapat diberikan bila tidak ada peningkatan TIO. Gerakan dilatasi dan konstriksi pupil terjadi secara involunter dan bisa menyebabkan pembuluh darah yang sebelumnya mengalami trauma semakin tertarik. Pemberian sikloplegik menyebabkan spasme otot siliar dan dilatasi pupil. Hal ini diharapkan bisa membatasi pergerakan iris, mengurangi nyeri, membantu proses pemeriksaan segmen posterior, serta mengurangi inflamasi dan risiko sinekia.[1,2,18]

Karena efeknya yang menyebabkan dilatasi pupil, sikloplegik hanya diberikan bila ada dokter spesialis mata dan pemantauan TIO berkala dapat dilakukan. Sikloplegik yang dapat diberikan adalah atropin 1%, siklopentolat 1% sebanyak 1 tetes/kali pemberian, 3 kali/hari; atau scopolamine 0,25% sebanyak 1 tetes/kali pemberian, 2 kali/hari.[1,2,4,17]

Kortikosteroid

Kortikosteroid oral sampai saat ini masih diberikan pada hifema traumatis walaupun studi mengenai hal ini masih dalam pro dan kontra. Kortikosteroid oral yang sering diberikan adalah prednison. Pemberian kortikosteroid oral diharapkan mengurangi reaksi inflamasi, risiko uveitis traumatis, dan risiko hifema ulang.[1,3,17]

Pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi corneal blood staining dan glaukoma sekunder. American Academy of Ophthalmology (AAO) merekomendasikan pembedahan bila:

  • Hifema total dan TIO terus menerus >25 mmHg selama 5 hari
  • TIO >60 mmHg selama 2 hari[1]

Pada pasien dengan anemia sel sabit, tindakan pembedahan untuk menurunkan TIO direkomendasikan bila:

  • TIO tetap ≥25 mmHg setelah 24 jam, atau
  • Ada peningkatan TIO >30 mmHg secara berulang yang transien selama 2–4 hari walaupun sudah mendapat terapi medikamentosa[1]

Tindakan operasi dilakukan dengan irigasi kamera okuli anterior lewat parasentesis limbal menggunakan cairan normal salin. Hal ini dilakukan untuk membersihkan eritrosit dan bekuan darah sehingga tidak menyumbat trabecular meshwork. Komplikasi operasi bisa berupa perdarahan dan cedera sel endotel, kerusakan iris, dan cedera lensa.[1]

Referensi

1. American Academy of Ophthalmology. The Academy’s Basic and Clinical Science Course (BCSC): 8. External Disease and Cornea AAO 2022-2023. AAO, 2022.
2. Gragg J, Blair K, Baker MB. Hyphema. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507802/
3. Taqi Al Saffar AA, Hussein AS, Jamal NM. Traumatic Hyphema Frequency and Management Evaluation: A Retrospective Study. Health Sci J. 2017;11(1). http://www.hsj.gr/medicine/traumatic-hyphema-frequency-and-management-evaluation-a-retrospective-study.php?aid=18306
4. The Royal Victorian Eye and Ear Hospital Emergency Department. Hyphaema-Clinical Practice Guideline: Emergency Department. CPG, 2021. https://eyeandear.org.au/wp-content/uploads/2021/11/Hyphaema-Clinical-Practice-Guideline1.pdf.
17. Miller SC, Meeralakshmi P, Fliotsos MJ, Justin GA, Yonekawa Y, Chen A, et al. Global Current Practice Patterns for the Management of Hyphema. Clin Ophthalmol. 2022 Sep 26;16:3135–44.
18. Chen AX, Burt MG. Hyperprolactinaemia. Aust Prescr. 2017 Dec 1;40:220–4.

Diagnosis Hifema Traumatis
Prognosis Hifema Traumatis
Diskusi Terkait
dr. Andrea
Dibalas 06 Maret 2024, 15:24
Terapi Medikamentosa pada Hifema Traumatik - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Andrea
1 Balasan
ALO Dokter!Terapi medikamentosa pada hifema traumatik seperti penggunaan kortikosteroid, sikloplegik, dan agen antifibrinolitik memiliki peran yang penting...
dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
Dibalas 28 November 2018, 14:43
Konsul Penanganan Hifema
Oleh: dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
8 Balasan
Selamat siang dokter sekalian, saya ingin menanyakan apa saja penanganan yang harus dilakukan untuk kasus hifema. Terimakasih banyak dok :)

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.