Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Hifema Traumatis annisa-meidina 2023-10-05T08:59:35+07:00 2023-10-05T08:59:35+07:00
Hifema Traumatis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Hifema Traumatis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Berdasarkan data epidemiologi, insiden hifema traumatis bisa mencapai 17 kasus per 100.000 orang. Insiden tertinggi ada pada usia 10–20 tahun. Laki-laki lebih banyak mengalami hifema traumatis daripada perempuan, yakni sekitar 3–5 kali lipat. Hifema traumatis lebih sering terjadi karena trauma tumpul, seperti olahraga dengan bola, tindakan kekerasan, dan mainan anak-anak.[2,3,9]

Global

Data epidemiologi global menunjukkan bahwa insiden hifema traumatis mencapai 17 kasus per 100.000 orang. Angka ini bervariasi antar negara. Menurut studi epidemiologi oleh Zafar et al. di Amerika Serikat, kejadian hifema mencapai 0,52 kunjungan ke unit gawat darurat per 100.000 orang per tahunnya.[3,9]

Indonesia

Data mengenai epidemiologi hifema traumatis di Indonesia masih terbatas. Data yang ada saat ini berasal dari studi pada populasi tertentu. Simanjuntak et al. melakukan studi di Jakarta dengan periode 5 tahun pada 97 pasien hifema traumatis karena cedera mata tertutup. Kejadian hifema traumatis pada pria lebih banyak 9 kali lipat dibandingkan wanita. Pada studi, trauma karena soft gun merupakan yang terbanyak ditemukan dengan outcome visual yang juga lebih buruk.[10]

Mortalitas

Belum ada laporan mortalitas terkait hifema traumatis. Akan tetapi, morbiditas terkait hifema traumatis meliputi gangguan penglihatan dan glaukoma. Semakin tinggi derajat hifema, risiko gangguan penglihatan meningkat, terutama karena risiko corneal blood staining yang menutup aksis visual pada kornea dan glaukoma.[2,7]

Studi retrospektif selama 10 tahun dilakukan oleh Ng et al. pada 144 pasien dengan hifema traumatis dan mikrohifema. Dari 97 pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi, sekitar 36% mengalami hifema derajat II atau lebih. Ketajaman visus di awal penelitian adalah ≤20/100 pada hampir 50% pasien, dan sekitar 10% dari jumlah ini memiliki visus akhir ≤20/100. Pada pasien tersebut terdapat cedera segmen posterior, yaitu macular hole, skar segmen posterior mata, maupun ruptur koroid.[11]

Kejadian angle recession mencapai sekitar 81%. Sekitar 37% mengalami glaukoma dalam 6 bulan dari onset cedera dan 5% terjadi setelah 6 bulan (interval 10–79 bulan). Seluruh pasien yang mengalami glaukoma setelah 6 bulan mengalami angle recession. Sekitar 97% pasien yang glaukoma mendapat terapi medikamentosa dengan durasi 4–122 hari dari onset cedera untuk mencapai goal TIO ≤21 mmHg.[11]

Referensi

2. Gragg J, Blair K, Baker MB. Hyphema. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507802/
3. Taqi Al Saffar AA, Hussein AS, Jamal NM. Traumatic Hyphema Frequency and Management Evaluation: A Retrospective Study. Health Sci J. 2017;11(1). http://www.hsj.gr/medicine/traumatic-hyphema-frequency-and-management-evaluation-a-retrospective-study.php?aid=18306
7. Kaur S, Kaushik S, Singh Pandav S. Traumatic Glaucoma in Children. J Curr Glaucoma Pract. 2014;8(2):58–62.
9. Zafar S, Canner JK, Mir T, Srikumaran D, Channa R, Goldberg MF, et al. Epidemiology of Hyphema-Related Emergency Department Visits in The United States Between 2006 and 2015. Ophthalmic Epidemiol. 2019 Jun;26(3):208–15.
10. Simanjuntak G. Risk factors for poor visual outcome in traumatic hyphema: Jakarta eye trauma study. Niger J Clin Pract. 2018 Jan 1. https://www.academia.edu/87381546/Risk_factors_for_poor_visual_outcome_in_traumatic_hyphema_Jakarta_eye_trauma_study
11. Ng DSC, Ching RHY, Chan CWN. Angle-recession glaucoma: long-term clinical outcomes over a 10-year period in traumatic microhyphema. Int Ophthalmol. 2015 Feb;35(1):107–13.

Etiologi Hifema Traumatis
Diagnosis Hifema Traumatis
Diskusi Terkait
dr. Andrea
Dibalas 06 Maret 2024, 15:24
Terapi Medikamentosa pada Hifema Traumatik - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Andrea
1 Balasan
ALO Dokter!Terapi medikamentosa pada hifema traumatik seperti penggunaan kortikosteroid, sikloplegik, dan agen antifibrinolitik memiliki peran yang penting...
dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
Dibalas 28 November 2018, 14:43
Konsul Penanganan Hifema
Oleh: dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
8 Balasan
Selamat siang dokter sekalian, saya ingin menanyakan apa saja penanganan yang harus dilakukan untuk kasus hifema. Terimakasih banyak dok :)

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.