Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hifema general_alomedika 2025-05-13T10:13:33+07:00 2025-05-13T10:13:33+07:00
Hifema
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hifema

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Diagnosis hifema ditegakkan berdasarkan temuan klinis yaitu akumulasi sel darah merah pada bilik anterior mata. Pada pasien dengan hifema, pemeriksaan fisik harus menilai grading hifema dan mengidentifikasi adanya keterlibatan struktur dalam mata lainnya seperti trauma mata terbuka, abrasi kornea, iritis, katarak, subluksasi atau dislokasi lensa, ruptur sklera, neuropati optik, dan ruptur retina.[2]

Anamnesis

Pada anamnesis, pasien biasanya datang dengan keluhan perdarahan pada mata setelah  trauma mata. Selain itu, pasien juga dapat mengeluhkan penurunan penglihatan, yang bergantung pada level hifema.[1,2,6]

Tajam penglihatan biasanya akan memburuk apabila pasien dalam posisi supinasi dan akan membaik apabila dilakukan elevasi kepala. Pasien juga dapat mengeluh adanya nyeri tumpul pada daerah sekitar mata, mual, muntah yang dapat disebabkan oleh karena peningkatan tekanan intraokular.[1,2,6]

Dokter perlu menanyakan riwayat kondisi medis pasien yang mengalami hifema tanpa didahului trauma pada mata. Tanyakan riwayat diabetes, hipertensi, tumor mata, leukemia. Tanyakan apakah pasien memiliki gangguan pembekuan darah seperti anemia sel sabit, hemofilia, penyakit Von Willebrand. Tanyakan juga apakah pasien pernah menjalani operasi mata, dan juga riwayat penggunaan obat-obatan seperti warfarin atau heparin.[1,2,6]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada hifema dilakukan setelah stabilisasi hemodinamik dan pemeriksaan pada cedera yang dapat mengancam nyawa pada kasus trauma multipel. Pada pasien yang datang dengan hifema tanpa riwayat trauma multipel, pemeriksaan mata segera dilakukan dan dimulai dari pemeriksaan ketajaman visus. Pada pemeriksaan ketajaman visus, hasil pemeriksaan visus sesuai dengan derajat hifemanya.

Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan anterior mata, dimana inspeksi palpebra, bulu mata, duktus lakrimalis, kornea, fungsi pupil, dan pergerakan bola mata dilakukan. Pemeriksaan pada kornea dapat menemukan adanya corneal blood staining apabila hifema terjadi lebih lama. Beberapa pemeriksaan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

  • Fungsi pupil: abnormalitas pupil mengarah pada adanya trauma muskulus sfingter iris dan fraktur dasar orbita
  • Pergerakan mata: pergerakan mata yang abnormal mengarah pada fraktur orbita dengan otot orbital terperangkap di antara fraktur
  • Posisi bola mata dan tajam penglihatan: menilai tingkat keparahan trauma yang terjadi

Pada hifema akibat trauma, perlu dilakukan evaluasi apakah terdapat kemosis dan perdarahan konjungtiva untuk melihat kemungkinan ruptur skleral. Dokter juga perlu mengidentifikasi adakah trauma mata terbuka atau sindrom kompartemen orbita untuk memutuskan langkah pemeriksaan selanjutnya dan tata laksana sebelumnya. Pemeriksaan tonometri digital dilakukan untuk memeriksa adakah kenaikan TIO pada pasien yang dapat menyebabkan komplikasi glaukoma, tetapi tidak boleh dilakukan sebelum mengeksklusi adanya trauma mata terbuka.

Apabila secara pemeriksaan langsung tidak ditemukan adanya akumulasi darah, pemeriksaan slit lamp dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat mikrohifema, yaitu adanya sirkulasi sel darah merah pada ruang anterior mata. Pemeriksaan dengan tes fluorescein juga perlu dilakukan untuk menilai apakah terdapat abrasi kornea setelah mengeksklusi trauma mata terbuka.[1,2]

Selain itu, pemeriksaan fundus dilakukan untuk melihat apakah ada keterlibatan segmen posterior akibat trauma seperti robekan pada retina.[1,2]

Derajat Keparahan

Derajat keparahan hifema dapat ditentukan melalui pemeriksaan anterior mata. Derajat beratnya hifema terbagi menjadi empat klasifikasi berdasarkan tampilan klinis, yaitu:

  • Derajat 1, darah menutupi <1/3 ruang anterior mata
  • Derajat 2, darah menutupi 1/3 sampai ½ ruang anterior mata
  • Derajat 3, darah menutupi >1/2 ruang anterior mata
  • Derajat 4, darah menutupi seluruh ruang anterior, disebut juga blackball  atau 8-ball hyphema[1]

Menentukan derajat keparahan hifema penting untuk menetapkan rencana tata laksana selanjutnya.[4]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding hifema adalah keratokonjungtivitis atopik, melanoma okular, xanthogranuloma juvenil.

Melanoma Okular

Melanoma pada iris dan badan siliar dapat mengakibatkan penurunan lapang pandang, nyeri pada daerah okular, dan floaters. Floaters disebabkan oleh adanya nekrosis di dalam tumor atau struktur yang berdekatan dengan tumor sehingga menyebabkan perdarahan vitreus atau hifema.[7]

Keratokonjungtivitis Atopik

Pasien dengan keratokonjungtivitis atopik biasanya datang dengan keluhan mata merah, penurunan lapang pandang, fotofobia, dan ada rasa gatal pada mata. Terdapat riwayat alergi atau atopi, seperti dermatitis, asma, dan/atau rhinitis.[7]

Xanthogranuloma Juvenil

Xanthogranuloma juvenil merupakan gangguan dermatologis yang dapat melibatkan daerah okular. Traktus uveal merupakan tempat yang paling sering mengalami gangguan. Lesi okular biasanya ditemukan secara insidental atau ketika terjadi hifema spontan. Penyakit ini sangat jarang ditemukan.[7]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada hifema dilakukan apabila pasien dicurigai trauma mata terbuka atau adanya perdarahan pada bilik anterior atau perdarahan vitreus yang menyebabkan bilik posterior tidak tervisualisasi. Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk pasien yang dicurigai adanya kondisi medis yang melatarbelakangi hifema.[3]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap dan profil koagulasi diperlukan pada pasien yang mengalami hifema spontan dengan riwayat gangguan pembekuan darah atau penggunaan obat-obat antikoagulan. Pemeriksaan sel darah tepi juga dibutuhkan untuk melihat kemungkinan anemia sel sabit, hemofilia, penyakit Von Willebrand. [2]

CT Scan Orbita

Dilakukan pada pasien dengan riwayat trauma terbuka, benda asing intraokular, atau dicurigai mengalami fraktur orbita.[2]

Ultrasonografi (USG) Orbita

USG Orbita dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat dislokasi lensa, benda asing intraokular, robekan retina, atau perdarahan vitreus posterior.[2]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic Hyphema: Clinical Features and Diagnosis. Uptodate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/traumatic-hyphema-clinical-features-and-diagnosis
2. Gragg J, Blair K, Baker MB. Hyphema. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507802/
3. Chen EJ, Fasiuddin A. Management of Traumatic Hyphema and Prevention of Its Complications. Cureus. 2021 Jun 20;13(6):e15771.
4. Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic Hyphema: Management. Uptodate. 2020. https://www.uptodate.com/contents/traumatic-hyphema-management
6. Nash DL. Hyphema. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview
7. Richards MD, Barnes K, Yardley AE, Hanman K, Lam GC, Mackey DA. Traumatic hyphaema in children: a retrospective and prospective study of outcomes at an Australian paediatric centre. BMJ Open Ophthalmol. 2019 Jan 30;4(1):e000215. doi: 10.1136/bmjophth-2018-000215. PMID: 31179388; PMCID: PMC6528766

Epidemiologi Hifema
Penatalaksanaan Hifema
Diskusi Terkait
dr. Andrea
Dibalas 06 Maret 2024, 15:24
Terapi Medikamentosa pada Hifema Traumatik - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Andrea
1 Balasan
ALO Dokter!Terapi medikamentosa pada hifema traumatik seperti penggunaan kortikosteroid, sikloplegik, dan agen antifibrinolitik memiliki peran yang penting...
dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
Dibalas 28 November 2018, 14:43
Konsul Penanganan Hifema
Oleh: dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
8 Balasan
Selamat siang dokter sekalian, saya ingin menanyakan apa saja penanganan yang harus dilakukan untuk kasus hifema. Terimakasih banyak dok :)

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.