Prognosis Hifema
Prognosis hifema umumnya baik tetapi tergantung pada derajatnya trauma, perdarahan sekunder, atau adanya komplikasi, seperti glaukoma dan atrofi optik. Hifema mungkin menyebabkan komplikasi seperti glaukoma dan perdarahan berulang.[6]
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hifema adalah glaukoma, perdarahan berulang, pewarnaan darah korneal, serta atrofi optik.
Glaukoma
Sekitar 30% pasien hifema akibat trauma dapat mengalami peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular dapat disebabkan oleh karena obstruksi trabecular meshwork akibat eritrosit, fibrin, debris, dan trombosit. Peningkatan tekanan intraokular ini dapat menyebabkan glaukoma sekunder pada 10% pasien hifema derajat 2, dan pada 25% pasien hifema derajat 3. Risiko glaukoma sekunder meningkat hingga 2 kali lipat pada pasien hifema derajat 4.[1,2]
Suatu studi retrospektif pada anak-anak di Australia yang mengalami hifema traumatik menemukan bahwa terjadi peningkatan dan asimetri tekanan intraokular dalam kurun waktu 5-12 tahun pasca trauma yang dapat mempengaruhi kedalaman bilik anterior yang meningkatkan risiko terjadinya glaukoma.[7]
Perdarahan Berulang (Perdarahan Sekunder)
Perdarahan berulang atau perdarahan sekitar terjadi biasanya 2-5 hari setelah trauma. Hal ini disebabkan oleh adanya lisis dan retraksi dari bekuan darah dan fibrin pada pembuluh darah yang terluka sebagai bagian dari proses penyembuhan. Pasien dengan hemofilia, von Willebrand disease, dan penyakit sel sabit memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan sekunder.[2,4]
Pewarnaan Darah Korneal
Sekitar 2-11% kasus hifema mengalami pewarnaan darah korneal atau yang dikenal sebagai corneal blood staining. Semakin besar hifema, perdarahan sekunder, peningkatan tekanan intraokular, dan adanya riwayat disfungsi endotelial dapat meningkatkan risiko komplikasi ini. Corneal blood staining umumnya ditemukan pada pasien dengan hifema total dan mengalami kenaikan tekanan intraokular [1,6]
Atrofi Optik
Risiko komplikasi atrofi optik dapat terjadi akibat adanya kontusio nervus akibat trauma atau adanya glaukoma sekunder akibat hifema. Pasien dengan penyakit sel sabit dapat mengalami atrofi optik pada tekanan intraokular yang rendah/normal.[1]
Prognosis
Prognosis kembalinya tajam penglihatan bergantung pada derajat beratnya trauma, dimana pada pasien dengan mikrohifema atau hifema derajat 1, pasien akan mengalami resolusi dalam waktu 5 hari. Sedangkan pada pasien dengan hifema derajat 3 ke atas, visus terbaik yang dapat dicapai dilaporkan hanya 20/50.[4]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja