Penatalaksanaan Neuritis Optik
Penatalaksanaan standar neuritis optik adalah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya fungsi visual akan membaik dengan sendirinya meskipun pasien tidak diberikan tata laksana apapun. Meski demikian, perbaikan fungsi visual akan menjadi lebih cepat dengan pemberian kortikosteroid.
Kortikosteroid
Tujuan utama penatalaksanaan neuritis optik adalah untuk mengurangi jumlah, beratnya serangan, dan pencegahan kerusakan akson permanen. Menurut penelitian Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT), pemberian methylprednisolone intravena 250 mg 4 kali sehari selama 3 hari, diikuti dengan pemberian prednison oral 1 mg/kg/hari selama 11 hari, dapat mempercepat kembalinya penglihatan.[22]
Studi lain yang dilakukan pada pasien yang mengalami multiple sclerosis dengan neuritis optik juga menunjukkan bahwa pemberian methylprednisolone intravena 1000 mg atau kortikosteroid lain dengan dosis ekuivalen juga dapat mempercepat penyembuhan. Selain sebagai penatalaksanaan utama, pemberian methylprednisolone intravena juga dapat mengurangi risiko terjadinya multiple sclerosis dalam 2 tahun ke depan.[4,5]
Pemberian prednison oral dosis rendah (di bawah 1 mg/kg/hari) tidak direkomendasikan pada pasien dengan neuritis optik idiopatik karena dapat meningkatkan risiko terjadinya relaps. Namun, pemberian prednison oral dosis rendah direkomendasikan sebagai penatalaksanaan kasus kronis neuritis optik berulang akibat sarkoidosis.[1]
Beberapa efek samping yang dapat timbul akibat pemberian kortikosteroid adalah depresi, pankreatitis akut, peningkatan berat badan, gangguan tidur, dan gangguan saluran pencernaan. Nekrosis avaskular pada persendian merupakan komplikasi serius yang jarang terjadi dengan pemberian kortikosteroid durasi singkat.[7]
Penatalaksanaan Menurut Etiologi
Bila dicurigai neuritis optik akibat infeksi, maka antibiotik dan antivirus yang sesuai harus segera diberikan. Tabel 1 memaparkan pilihan tata laksana neuritis optik sesuai etiologi.
Tabel 1. Penatalaksanaan Neuritis Optik Berdasarkan Etiologi
Etiologi | Tata laksana |
Sifilis (Treponema) | Penicillin |
Patogen intraselular (Bartonella, Rickettsia, Toxoplasma, dan Coxiella) | Kortikosteroid, azithromycin, ciprofloxacin, doxycycline, tetrasiklin, dan kotrimoksazol |
Penyakit Lyme (Borrelia) | Ceftriaxone dan doxycycline |
Tuberkulosis (Mycobacteria) | Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol |
HIV | Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) |
Virus varicella zoster | Acyclovir |
Neuromyelitis Optica Spectrum Disorder (NMOSD) | Kortikosteroid IV dan pertukaran plasma |
Myelin oligodendrocyte glycoprotein antibody disorder (MOGAD) | Kortikosteroid (dapat diberikan jangka panjang sesuai dengan kondisi) |
Multiple sclerosis | Kortikosteroid IV dan pertukaran plasma |
Sumber: Horton et al, 2018.
Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita