Patofisiologi Oklusi Arteri Retina Cabang
Patofisiologi oklusi arteri retina cabang atau branch retinal artery occlusion (BRAO) diawali dengan adanya sumbatan pada cabang arteri retina sentral. Sumbatan atau obstruksi tersebut akan menyebabkan penurunan perfusi jaringan retina, yang berujung pada penurunan tajam penglihatan.[2,4,6,8]
Percabangan Arteri Retina Sentral
Arteri retina sentral, yang merupakan cabang dari arteri oftalmika, adalah pembuluh darah utama yang menyuplai retina. Arteri retina sentralis terbagi menjadi cabang superior dan inferior, yang selanjutnya terbagi menjadi cabang temporal dan nasal, sehingga dapat mengalirkan darah menuju empat kuadran retina.[2]
Patofisiologi Oklusi Arteri Retina Cabang
Serupa dengan infark serebri, oklusi arteri retina cabang atau branch retinal artery occlusion (BRAO), disebabkan oleh gangguan akut aliran darah ke mata. Lokasi oklusi arteri retina cabang seringkali berada di percabangan arteri retina, dimana lumen arteri lebih sempit. Tingkat keparahan kerusakan retina berhubungan dengan durasi oklusi. Studi pada primata menunjukkan bahwa kerusakan permanen terjadi setelah 4 jam, namun kerusakan sudah dapat terjadi dalam kurun waktu 90 menit.[4,6,8]
Hipoperfusi pada Fase Akut
Pada fase akut, aliran darah pada bagian kapiler yang berada distal dari lokasi sumbatan akan mengalami hambatan sehingga terjadi gangguan perfusi. Keadaan iskemia ini dapat mengakibatkan kehilangan fungsi pada inner retina.
Skotoma sentral, parasentral dan longitudinal dapat timbul. Hipoksia fokal menyebabkan hambatan aliran aksoplasma (axoplasmic flow) sehingga terjadi stasis aksoplasma di dalam retinal nerve fiber layer (RNFL) yang diikuti dengan deposisi organel intraakson dan terjadi pembentukan cotton wool spot.[8,9]
Efek Iskemia pada Fase Lebih Lanjut
Seiring berjalannya waktu, pembuluh darah yang tersumbat akan mengalami rekanalisasi sehingga perfusi kembali dan edema teratasi. Namun, kehilangan lapangan pandang dapat bersifat permanen. Oklusi arteri retina yang terjadi di luar posterior pole bisa tidak menimbulkan gejala klinis.[10]