Penatalaksanaan Oklusi Arteri Retina Cabang
Penatalaksanaan konvensional oklusi arteri retina cabang atau branch retinal artery occlusion (BRAO) meliputi masase okular, laser Nd:YAG, obat-obatan untuk menurunkan tekanan intraokular, dan terapi oksigen hiperbarik. Selain itu, terapi trombolitik telah diteliti tetapi manfaatnya masih menjadi kontroversi.
Hingga saat ini belum terdapat bukti yang konklusif mengenai manfaat dari intervensi di luar perjalanan penyakit oklusi arteri retina cabang secara alamiah. Perjalanan penyakit oklusi arteri retina cabang relatif baik. Beberapa studi melaporkan bahwa pengobatan agresif untuk oklusi arteri retina cabang tidak diperlukan.[1,6,30]
Penatalaksanaan pasien oklusi arteri retina cabang sebaiknya berfokus pada penentuan dan penatalaksanaan terhadap etiologi iskemia retina akut, identifikasi infark serebral akut yang terjadi pada saat bersamaan, dan pencegahan kejadian iskemik selanjutnya dengan mengoptimalkan faktor risiko kardiovaskular yang diketahui dan mengidentifikasi faktor risiko kardiovaskular yang tidak terdiagnosis.[29]
Terapi Konvensional
Sejumlah terapi konvensional telah digunakan untuk memulihkan aliran darah ke retina dan meningkatkan fungsi penglihatan, meliputi upaya mobilisasi embolus, meningkatkan tekanan perfusi arteri retina, dan meningkatkan tekanan oksigen darah.[29]
Terapi yang Bertujuan untuk Mobilisasi Embolus
Terapi yang ditujukan untuk melepaskan embolus secara fisik meliputi masase okular, dan embolisis dengan menggunakan laser neodymium yttrium -aluminium-garnet (Nd: YAG). Masase okular bertujuan untuk meningkatkan perfusi arteri retina melalui dilatasi arteriol retina dan penurunan tekanan intraokular.[29]
Pilihan lain untuk memulihkan perfusi arteri yang tersumbat adalah dengan menurunkan tekanan intraokular. Penurunan tekanan intraokular akan meningkatkan, perfusi arteri, yang diharapkan dapat memobilisasi embolus, sehingga embolus berpindah ke bagian pembuluh darah yang lebih perifer.
Tekanan intraokular dapat diturunkan dengan pemberian apraclonidine topikal 1%, timolol 0,5%, atau 500 mg acetazolamide intravena. Agen hiperosmotik seperti mannitol dan gliserol dapat menurunkan tekanan intraokular lebih cepat.[12]
Embolisis dengan menggunakan laser Nd:YAG sebagai tata laksana oklusi arteri retina akut juga masih kontroversial dan tidak dilakukan secara rutin. Hal ini dikarenakan terdapat risiko efek samping yang signifikan seperti perdarahan vitreus, perdarahan retina, neovaskularisasi koroid, pembentukan membran epiretina, dan pembentukan pseudoaneurisma.[1,12,29]
Terapi yang Bertujuan untuk Meningkatkan Tekanan Perfusi Retina
Terapi yang berfokus pada peningkatan vasodilatasi arteriol retina dan penurunan oxygen-induced vasoconstriction, meliputi hiperventilasi, inhalasi karbogen (campuran 95% oksigen dan 5% karbon dioksida), dan penggunaan obat-obatan seperti isosorbid dinitrat dan pentoxifylline.[29]
Terapi yang Berupaya Meningkatkan Tekanan Oksigen dalam Darah
Rasionalisasi pemberian terapi oksigen hiperbarik adalah untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan meningkatkan suplai oksigen ke retina dengan proses difusi dari.sirkulasi koroid.[12]
Efikasi Pendekatan Terapi Konvensional Belum Didukung Bukti Ilmiah Adekuat
Berdasarkan American Academy of Ophthalmology Preferred Practice Pattern, intervensi-intervensi yang telah disebutkan di atas belum menunjukkan manfaat yang signifikan. Selain itu, terdapat meta analisis yang menunjukkan bahwa mata yang menerima terapi konservatif memiliki luaran yang lebih buruk dibandingkan kelompok kontrol.[1]
Terapi Trombolitik
Beberapa studi telah menggunakan terapi trombolitik dalam penatalaksanaan oklusi arteri retina sentral dan oklusi arteri retina cabang. Meski begitu, basis bukti yang mendukung manfaatnya masih belum adekuat.
Studi terbatas mengindikasikan bahwa fibrinolisis mungkin bermanfaat bila diberikan dini, idealnya dalam waktu 4,5 jam setelah onset. Pemberian trombolitik memerlukan pemantauan yang ketat karena memiliki efek samping berupa perdarahan intrakranial.[12]
Terapi Farmakologis
Pencegahan sekunder serangan stroke setelah mengalami oklusi arteri retina cabang dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti antiplatelet, statin, atau profilaksis tromboemboli. Injeksi anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) dapat dilakukan bila terdapat neovaskularisasi.[6]
Pembedahan
Pada oklusi yang berkaitan dengan penyakit karotis simptomatik dengan oklusi arteri karotis lebih dari 70%, tindakan endarterectomy memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan terapi medis. Meski begitu, bedah karotis dilakukan pada kurang dari 30% pasien.
Fotokoagulasi panretinal (Panretinal photocoagulation / PRP) terkadang diperlukan pada oklusi arteri retina, tetapi dapat ditunda hingga neovaskularisasi terdeteksi. Terapi laser PRP sebaiknya dilakukan apabila dijumpai neovaskularisasi segmen anterior dan terutama ketika terdapat glaukoma neovaskular.[1]