Etiologi Strabismus
Etiologi strabismus dibagi menjadi primer dan sekunder (didapat) yang menyebabkan deviasi bola mata dari posisi normalnya. Etiologi strabismus primer kebanyakan bersifat idiopatik atau karena sindrom kongenital tertentu. Sedangkan strabismus sekunder adalah strabismus yang didapat karena kondisi medis lain, seperti kelumpuhan saraf kranial, trauma, space occupying lesions (SOL), dan gangguan refraksi.[13,14]
Strabismus pada orang dewasa juga dapat terjadi karena bawaan dari kecil akibat strabismus yang bertahan akibat tidak diterapi maupun yang rekuren. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab trauma tersering pada strabismus sekunder orang dewasa (85%).[15,30]
Strabismus yang terjadi karena trauma, penyakit neurologis, stroke, atau SOL intrakranial seperti tumor otak perlu ditangani secepatnya.[3]
Tabel 1. Etiologi Strabismus
Strabismus Primer |
|
Strabismus Sekunder |
Sumber: dr. Felicia, 2020[3,13,14]
Cortical Visual Impairment (CVI)
Cortical visual impairment (CVI) adalah gangguan pada jaras visual atau korteks oksipital untuk memroses penglihatan, sehingga interpretasi objek sulit dilakukan. Pada keadaan ini, visual behavior normal sampai melebihi usia 6 bulan.[31]
Seringkali CVI terjadi karena adanya gangguan perinatal pada korteks oksipital, seperti hidrosefalus, trauma, kelainan kongenital, dan kejang. Strabismus terjadi pada 73% pasien dengan CVI. [31,32]
Anomali Kraniofasial
Gangguan pertumbuhan dan pembentukan tulang tengkorak menyebabkan terjadinya anomali kraniofasial pada anak. Strabismus terutama terjadi karena gangguan yang melibatkan struktur orbita. Gangguan ini dapat mempengaruhi posisi bola mata dan fungsi otot ekstraokular, dengan merubah posisi insersi otot atau mengganggu persarafan otot ekstraokular.[20]
Massa Rongga Orbita
Desakan massa pada rongga orbita akan menyebabkan gangguan anatomi dan letak otot ekstraokular. Massa dapat terbentuk karena adanya neoplasma, lesi vaskular (seperti aneurisma), infeksi, atau inflamasi.[20]
Trauma
Trauma baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan perdarahan intraorbita maupun gangguan anatomi otot–otot ekstraokular. Trauma yang dimaksud antara lain seperti trauma penetrasi, perdarahan pada sekitar otot ekstraokular, serta fraktur tulang penyusun rongga orbita karena trauma tumpul.[20]
Proses Penuaan (Aging)
Penuaan memberikan perubahan pada accommodative convergence dan adaptasi vergence. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem okulomotor untuk menstabilisasi arah pandangan dan menjaga agar bayangan yang jatuh di retina tetap stabil menurun.[24]
Pada orang tua, terjadi sebuah keadaan yang disebut dengan eye sagging syndrome (SES), yaitu degenerasi jaringan penyambung yang menyokong bola mata. Pada SES, terjadi degenerasi pada otot rektus dimana terjadi penipisan dan pemanjangan otot rectus superior dan lateral. Hal ini bermanifestasi sebagai esotropia yang lebih jelas pada saat melihat jauh dibandingkan dekat, serta cyclovertical strabismus.[33,34]
Thyroid Eye Disease (TED)
Thyroid eye disease (TED) merupakan manifestasi ekstratiroid yang tersering pada Grave’s disease (30–50%) dan dapat menyebabkan proptosis unilateral maupun bilateral. Manifestasi klinis TED antara lain adalah retraksi palpebra, eksoftalmus, disfungsi saraf optik, restriksi otot ekstraokular, dan strabismus.[35]
Faktor Risiko
Faktor risiko strabismus pada bayi dan anak–anak berbeda dengan dengan orang dewasa. Pada bayi dan anak–anak, faktor risiko meliputi faktor prenatal dan kelahiran, antara lain:
- Riwayat kehamilan, seperti penyulit dan riwayat merokok saat hamil
- Kelahiran prematur
- Riwayat keluarga dengan strabismus
- Sindrom dan kelainan kongenital tertentu, seperti Down Syndrome dan hidrosefalus[2,4,14]
Faktor risiko strabismus pada orang dewasa meliputi:
- Pertambahan usia
- Faktor predisposisi untuk penyakit kardiovaskular, stroke, dan kelumpuhan saraf kranial, misalnya gaya hidup, stress, kurangnya aktivitas fisik, dan penyakit kronis seperti hipertensi
Gangguan refraksi seperti miopia
- Penyakit autoimun
- Tumor intrakranial[24,30]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli