Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Strabismus general_alomedika 2023-05-31T09:19:15+07:00 2023-05-31T09:19:15+07:00
Strabismus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Strabismus

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Tujuan utama penatalaksanaan strabismus adalah memperbaiki posisi kedua mata, sehingga memperbaiki penglihatan binokular, stereopsis, dan mengembalikan postur tubuh. Penatalaksanaan strabismus meliputi kacamata, prisma, operasi, olahraga melatih otot mata, dan obat–obatan. Strabismus dengan ambliopia juga dapat diterapi dengan eye patch pada mata yang sehat.[1,2,16,63]

Penatalaksanaan strabismus pada anak sebaiknya dilakukan sebelum usia 7–8 tahun, karena dapat menjadi permanen apabila dilakukan setelahnya. Hal ini karena terganggunya perkembangan visual pada anak <7 tahun dengan strabismus. Gangguan penglihatan dapat terjadi karena jaras persarafan dari mata ke otak tidak terstimulasi dengan baik. Hal ini menyebabkan gangguan persepsi “kedalaman” atau aspek 3 dimensi benda (stereopsis).

Pada strabismus sekunder, penatalaksanaan strabismus dilakukan sesuai kondisi yang mendasari.[1]

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis dan pembedahan merupakan tata laksana yang sering digunakan pada strabismus. Pada neonatus, strabismus akan diobservasi sampai usia 3 bulan, apabila setelah usia 3 bulan strabismus masih ditemukan, maka disarankan untuk merujuk pasien ke dokter spesialis mata.[13]

Terapi nonfarmakologis yang digunakan pada strabismus antara lain adalah penggunaan kacamata dan terapi oklusi untuk strabismus yang disertai dengan ambliopia. Pasien diminta untuk tetap melakukan kontrol rutin untuk melihat respon terapi dan perbaikan gejala klinis.

Kacamata

Kacamata digunakan untuk mengoptimalkan best corrected visual acuity (BCVA) kedua mata, sehingga memperbaiki penglihatan binokular dan proses fusi oleh sistem visual. Pada beberapa pasien, penatalaksanaan dengan memperbaiki visus sudah membantu memperbaiki deviasi.[3,12]

Konsep penatalaksanaan dengan kacamata ini adalah berdasarkan sistem akomodasi dan vergence. Pada pasien esotropia, pemberian lensa dengan kekuatan dioptri positif akan membantu merelaksasi sistem akomodasi dan vergence, sehingga mengurangi sudut konvergen.[3]

Eksotropia dapat dibantu dengan pemberian lensa dengan kekuatan dioptri negatif, sehingga menginduksi mata agar melakukan akomodasi konvergen. Lensa prisma juga dapat digunakan untuk mengoreksi deviasi strabismus ke berbagai arah deviasi. Kacamata prisma digunakan untuk mengubah sudut bias cahaya yang datang ke retina agar bayangan jatuh tepat di titik yang sama pada kedua mata.[3,64]

Terapi Oklusi

Terapi oklusi dilakukan dengan “menutup” (oklusi) mata yang sehat. Hasilnya dievaluasi setelah 4 bulan dilakukan oklusi. Jika terjadi perbaikan (penurunan sudut deviasi), maka oklusi dapat dilanjutkan dan dinilai kembali 4 bulan setelahnya. Apabila dengan oklusi tidak ada perbaikan sampai 4 bulan, maka terapi dihentikan.[12]

Terapi oklusi yang disarankan adalah oklusi paruh waktu secara alternatif tergantung keadaan klinis pasien. Terapi oklusi ini diindikasikan pada mereka dengan strabismus yang disertai dengan ambliopia, eksotropia intermiten pada anak <2 tahun, atau pasien preoperasi karena dapat meningkatkan keberhasilan operasi.[12,64,65]

Pembedahan

Tujuan utama dilakukan pembedahan pada strabismus adalah mengembalikan penglihatan binokular dan memperbaiki kemampuan fusi. Hal ini dilakukan dengan cara memperbaiki posisi bola mata dan kemampuan motoriknya ke posisi awal atau mendekati posisi awal tanpa membatasi pergerakan bola mata.[15,52]

Indikasi

Indikasi pembedahan pada strabismus adalah:

  • Esotropia >15 derajat prisma dioptri
  • Eksotropia >20 derajat prisma dioptri
  • Deviasi vertikal >8-10 derajat prisma dioptri

Pembedahan dilakukan dengan melakukan reseksi dan resesi otot ekstraokular. Reseksi akan memperkuat otot ekstraokular, sedangkan otot yang di resesi akan melemah. Klinisi akan memilih prosedur sesuai dengan keadaan klinis pasien.[3]

Komplikasi

Komplikasi yang sering timbul setelah dilakukan pembedahan adalah kemerahan dan nyeri pada mata. Pasien akan membutuhkan waktu beberapa minggu untuk perbaikan. Anak dapat kembali ke sekolah setelah 2–3 hari.[1]

Keberhasilan Operasi

Keberhasilan operasi pada strabismus dinilai dari posisi motorik mata, perbaikan kemampuan sensorik, dan kombinasi keduanya. Pemeriksaan lapang pandang, kebutuhan lensa prisma, atau manipulasi akomodasi dapat dilakukan setelah operasi untuk melihat keberhasilannya.[66]

Operasi strabismus dinyatakan sukses apabila deviasi post operasi berada <10 prisma dioptri dari posisi normal untuk deviasi horizontal, sedangkan untuk vertikal <4 prisma dioptri. Selain itu, pada strabismus yang didapat, perbaikan keluhan diplopia juga dapat menjadi salah satu indikator kesuksesan terapi.[3,38]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis pada strabismus dapat dipertimbangkan bersamaan dengan tindakan resesi pembedahan. Terapi farmakologis yang dapat dipertimbangkan adalah neurotoksin seperti injeksi Botulinum Toxin A (BTA) intramuskular.

Botulinum Toxin A (BTA)

Botulinum toxin A (BTA) bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin dari serat saraf kolinergik tanpa menyebabkan kerusakan pada ujung serabut saraf myotendon. Otot ekstraokular yang terlalu aktif menyebabkan deviasi bola mata ke arah ipsilateral otot antagonis, BTA digunakan untuk melemahkan otot ini.[67]

Kontraksi otot terjadi dengan adanya ikatan antara asetilkolin (Ach) dengan reseptornya pada neuromuscular junction. Dengan injeksi BTA, maka pelepasan Ach tidak terjadi, sehingga menghambat terjadinya kontraksi otot dan terjadilah paralisis.

Paralisis yang ditimbulkan dari pemberian BTA bersifat temporer, kurang lebih 3 bulan. Pada saat ini, otot yang berlawanan dari otot yang diinjeksi BTA menjadi mampu untuk menggerakkan bola mata lebih bebas, sehingga terjadi perbaikan posisi mata dari yang awalnya deviasi.[10]

Pemberian BTA perlahan–lahan merubah dan memperbaiki posisi bola mata. Penggunaan BTA pada otot ekstraokular ini dapat menjadi pilihan alternatif pada penatalaksanaan strabismus orang dewasa. Pada anak, hal ini belum menjadi pilihan utama karena belum cukup bukti ilmiah yang mendukung.[10]

Baru–baru ini, BTA juga digunakan pada strabismus dengan deviasi sudut besar untuk meningkatkan perbaikan post operasi. Pada strabismus sudut besar, prosedur resesi yang dilanjutkan dengan reseksi menjadi salah satu pendekatan terapi yang digunakan, tetapi berisiko menyebabkan asimetrisitas karena restriksi pergerakan bola mata dan penyempitan fisura palpebra. Injeksi BTA mengurangi restriksi pergerakan bola mata, sehingga memaksimalkan koreksi.[67]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Sawers N, Jewsbury H, Ali N. Diagnosis and management of childhood squints: investigation and examination with reference to red flags and referral letters. Br J Gen Pract. 2017 Jan 1;67(654):42–3.
2. Assaye A kegne, Tegegn MT, Assefa NL, et al. Knowledge towards Strabismus and Associated Factors among Adults in Gondar Town, Northwest Ethiopia. J Ophthalmol. 2020 Apr 25;2020:7.
3. Minichello MA. Adult Strabismus and Vision Therapy. Electronic Thesis or Dissertation. Ohio State University, 2015;78. https://etd.ohiolink.edu/pg_10?0::NO:10:P10_ACCESSION_NUM:osu1429747867
10. Rowe FJ, Noonan CP. Botulinum toxin for the treatment of strabismus. Cochrane Database Syst Rev. 2017;(3). https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD006499.pub4/full
12. Putri P, Julita J. Profil Strabismus Horizontal di RSUP Dr. M Djamil Padang Januari – Desember 2017. J Kesehat Andalas. 2020 Apr 30;9(1):83.
13. O’Dowd C. RACGP - Evaluating squints in children. AFP. 2013 Dec;42(12):872–4.
15. Zhangqing F, Junhong L. An interpretation of Adult Strabismus Preferred Practice Pattern. Chin J Exp Ophthalmol. 2020 Jun 10;38(06):527–32.
16. Khojah MS, Al-Ghamdi S, Alaydarous S, et al. Knowledge and Attitude Toward Strabismus in Western Province, Saudi Arabia. Cureus. 2020;12(1):e6571. Published 2020 Jan 5. doi:10.7759/cureus.6571
38. Kumari N, Amitava AK, Ashraf M, et al. Prognostic preoperative factors for successful outcome of surgery in horizontal strabismus. Oman J Ophthalmol. 2017 May 1;10(2):76.
52. Cifuentes DL, Pineles SL, Demer JL, et al. Surgical success and lateral incomitance following three-muscle surgery for large-angle horizontal strabismus. J Am Assoc Pediatr Ophthalmol Strabismus. 2018 Feb;22(1):17–21.
63. Ahmed N, Shaheer M, Zahoor S, et al. Practice Patterns in the Management of Strabismus in Pakistan. Pak J Ophthalmol. 2020 Mar 17;36(2). http://pjo.org.pk/index.php/pjo/article/view/889
64. AlKahmous LS, Al-Saleh AA. Does occlusion therapy improve control in intermittent exotropia? Saudi J Ophthalmol. 2016;30(4):240–3.
65. Sarosh R, Rashid O, Sarosh P. Evaluation of the Therapeutic Effect of Patching in Intermittent Exotropia. :4.
66. Serafino M, Granet DB, Kushner BJ, et al. Use of the Delphi process for defining successful outcomes for strabismus surgery. J Am Assoc Pediatr Ophthalmol Strabismus. 2019 Dec;23(6):309–12.
67. Tuğcu B, Sönmezay E, Nuhoğlu F, et al. Botulinum toxin as an adjunct to monocular recession-resection surgery for large-angle sensory strabismus. J Am Assoc Pediatr Ophthalmol Strabismus. 2017 Apr;21(2):117–20.

Diagnosis Strabismus
Prognosis Strabismus

Artikel Terkait

  • Pendekatan Klinis pada Pasien dengan Kelemahan Saraf Abdusen
    Pendekatan Klinis pada Pasien dengan Kelemahan Saraf Abdusen
  • Efikasi Botox dalam Tata Laksana Strabismus
    Efikasi Botox dalam Tata Laksana Strabismus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 20 Desember 2022, 15:39
Bagaimana penanganan mata juling dengan visus normal? - Mata Ask the Expert
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter. Untuk pasien dengan salah satu mata sering juling keluar bila lihat jauh, namun tidak ada keluhan penglihatan seperti pandangan ganda, kabur, dan...
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2022, 21:35
Tata laksana mata juling keluar dengan visus normal
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok. Saya mendapat pasien pria usia 28 tahun, seminggu ini mengeluhkan mata kanan juling keluar bila lihat jauh. Riwayat trauma atau pemakaian obat mata...
Anonymous
Dibalas 04 November 2022, 11:54
Pasien anak umur 11 tahun dengan strabismus - Mata Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokIzin bertanyaPasien anak umur 11 tahun dgn strabismus deviasi minimal, selama ini penglihatan tidak terganggu. Apakah masih bisa di koreksi menjadi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.