Edukasi dan Promosi Kesehatan Kanker Kolon
Edukasi dan promosi kesehatan terkait kanker kolon bertujuan untuk menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai tata laksana yang perlu dijalani, efek samping dan manfaat yang dapat diperoleh dari tata laksana, serta perubahan gaya hidup yang perlu dilakukan. Selain itu, dokter juga sebaiknya menyarankan anggota keluarga pasien yang terdiagnosis kanker kolon untuk menjalani skrining berkala.
Edukasi Pasien
Pada pasien yang baru terdiagnosis, jelaskan penyakit yang dialami dan modalitas terapi yang disarankan, serta risiko dan manfaat masing-masing terapi. Pada pasien yang telah selesai pembedahan, sarankan untuk tetap melakukan kunjungan berkala untuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan carcinoembryonic antigen (CEA), imaging, atau kolonoskopi.
Follow-up bertujuan untuk memantau rekurensi, paling tidak selama 5 tahun pertama pascabedah. Pedoman durasi dan frekuensi follow-up berbeda-beda antar organisasi dan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien.[1,20]
Perubahan gaya hidup juga perlu dilakukan, terutama dalam aspek diet. Penelitian menunjukkan bahwa angka mortalitas kanker kolon lebih rendah pada pasien yang aktif mengonsumsi makanan berserat, terutama sereal. Angka survival dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang meningkatkan konsumsi makanan berserat setelah diagnosis, terutama pasien yang mengonsumsi whole grains.[1]
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Untuk keluarga pasien yang terdiagnosis kanker kolon, anjurkan untuk mengubah pola diet, yakni meningkatkan konsumsi makanan berserat dan mengurangi konsumsi daging merah, lemak hewani, dan makanan olahan. Anjurkan juga agar berat badan dijaga tetap ideal, rokok dihindari, dan konsumsi alkohol tidak berlebihan.
Diet kaya serat terbukti dapat mempercepat transit intestinal dan meningkatkan konsentrasi asam lemak rantai pendek yang bersifat antikarsinogenik, serta menstabilkan kadar insulin dengan menunda pencernaan zat pati yang mampu meningkatkan karsinogenesis kolon.[1,6]
Orang dengan risiko kanker kolon juga sebaiknya disarankan untuk melakukan skrining berkala guna deteksi dini kanker kolon. Contoh orang dengan risiko tinggi adalah orang dengan riwayat polip adenomatosa, orang dengan riwayat reseksi kanker kolorektal, orang dengan keluarga tingkat pertama yang mengalami kanker kolorektal atau polip kolorektal, orang dengan sindrom Lynch atau familial adenomatous polyposis, serta orang dengan inflammatory bowel disease dan orang berusia lebih dari 50 tahun. Selain itu, telah terdapat studi yang mengindikasikan potensi aspirin dalam pencegahan kanker kolorektal.[10]