Penatalaksanaan Kanker Kolon
Penatalaksanaan kuratif kanker kolon yang terlokalisasi adalah dengan pembedahan. Pembedahan dan kemoterapi dapat dilakukan secara simultan tergantung stadium kanker. Pada tahap awal di mana lesi masih dapat direseksi, pembedahan dianjurkan. Pada tahap lanjut di mana lesi tidak dapat direseksi, maka dilakukan kemoterapi atau terapi lainnya sesuai indikasi.[10,15]
Pembedahan
Pembedahan untuk reseksi kanker kolon dapat dilakukan secara laparoskopik maupun secara bedah terbuka. Pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker kolon yang terlokalisasi (stadium I–III), tetapi juga diperkirakan memiliki potensi untuk menangani kanker kolon dengan metastasis hati atau paru (stadium IV) yang minimal.[1]
Pembedahan Terbuka
Kolektomi terbuka dapat dilakukan pada tumor yang resectable dan tidak terjadi metastasis jauh. Pembedahan dilakukan berdasarkan lokasi, vaskularisasi arteri, beserta kelenjar getah bening di sekitar area yang terdampak. Pada lesi di sekum atau kolon asenden, hemikolektomi dekstra diindikasikan, sedangkan pada lesi di kolon desenden, hemikolektomi sinistra diindikasikan.[1,10]
Pada lesi di bagian proksimal atau bagian tengah kolon transversum, hemikolektomi dekstra extended diindikasikan. Pada lesi di kolon sigmoid, tindakan yang diindikasikan adalah kolektomi sigmoid.[1]
Pembedahan Laparoskopik
Kolektomi laparoskopi diawali dengan eksplorasi intraabdomen. Laparoskopi dilakukan pada tumor stadium dini hingga lanjut lokal yang masih resectable dan tidak disertai tanda peningkatan tekanan intraabdomen akibat obstruksi atau distensi usus. Bedah laparoskopik dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi operasi, angka kematian, dan angka readmisi. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa perbedaannya dengan kolektomi bedah terbuka tidak signifikan.[1,10]
Medikamentosa
Tata laksana medikamentosa dapat berupa pemberian kemoterapi ajuvan, neoajuvan, atau paliatif, serta pemberian agen biologis atau targeted therapy.
Kemoterapi
Kemoterapi dianjurkan pada pasien kanker kolon stadium III dan beberapa pasien kanker kolon stadium II dengan risiko tinggi. Pasien yang termasuk risiko tinggi adalah pasien dengan jumlah kelenjar getah bening yang diambil <12 buah, tumor berdiferensiasi buruk, adanya invasi vaskular/limfatik/perineural, atau tumor dengan perforasi atau obstruksi.[1,10]
Selama dua dekade terakhir, standar kemoterapi utama adalah 5-fluorouracil yang dikombinasi dengan levamisole atau leucovorin. Terapi ini terbukti dapat menurunkan angka rekurensi kanker dalam 5 tahun dan angka kematian sebanyak 30%. Namun, saat ini juga terdapat regimen lain yang efektif, seperti oxaliplatin, capecitabine, dan irinotecan.[1,10]
Sebelum memulai kemoterapi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, dan elektrolit darah. Hal ini bertujuan untuk memonitor efek samping yang mungkin timbul akibat kemoterapi, misalnya anemia, leukopenia, neutropenia, dan trombositopenia. Studi masih terus dilakukan untuk menentukan durasi terbaik kemoterapi (3 bulan atau 6 bulan). Namun, durasi biasanya disesuaikan dengan kondisi kanker pasien.[1,10,16]
Terapi Biologis atau Targeted Therapy
Terapi biologis yang digunakan untuk kanker kolon adalah antibodi monoklonal yang dapat melawan vascular endothelial growth factor (VEGF) dan epidermal growth factor receptor (EGFR), serta inhibitor kinase dan decoy receptor untuk VEGF. Contohnya adalah bevacizumab, cetuximab, aflibercept, panitumumab, dan regorafenib.[1,10]
Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi yang dianjurkan untuk kanker rektum, tetapi tidak dianjurkan untuk kanker kolon karena manfaatnya pada kanker kolon terbatas. Pada kanker kolon, radioterapi biasanya tidak digunakan sebagai terapi ajuvan dan hanya merupakan terapi paliatif pada kasus metastasis tertentu, misalnya metastasis ke tulang atau otak.[1,10]