Penatalaksanaan Neoplasma Hepar
Penatalaksanaan neoplasma hepar tergantung pada tipe tumor. Berikut ini merupakan penatalaksanaan neoplasma hepar secara umum berdasarkan tipenya.
Tumor Hepar Jinak
Penatalaksanaan tumor hepar jinak bergantung risiko transformasi menjadi keganasan. Hemangioma dan focal nodular hyperplasia memiliki risiko transformasi keganasan yang kecil, sehingga jarang memerlukan terapi pembedahan. Sementara itu, adenoma dan liver adenomatosis memiliki risiko keganasan yang tinggi, sehingga terapi pembedahan direkomendasikan.
Hemangioma
Umumnya hemangioma hepar tidak membutuhkan terapi apapun. Tindakan pembedahan sangat jarang dilakukan dan dilakukan hanya jika keganasan hepar tidak dapat dieksklusi.[2,11]
Hepatocellular Adenoma
Terapi utama hepatocellular adenoma adalah penghentian kontrasepsi hormonal dan reseksi tumor. Reseksi tumor dilakukan apabila ukuran tumor ≥ 4 cm karena kemungkinan perdarahan dan transformasi keganasan yang tinggi. Apabila lesi berukuran < 4 cm, maka tata laksana hanya berupa observasi berkala.[1,2]
Liver Adenomatosis
Terapi liver adenomatosis bergantung pada ukuran lesi. Apabila lesi berukuran ≥ 5 cm maka terapi reseksi lebih disarankan. Pada keadaan reseksi hepar tidak dapat dilakukan, maka transplantasi hepar dapat dipertimbangkan.[2]
Focal Nodular Hyperplasia
Focal nodular hyperplasia umumnya tidak membutuhkan terapi. Reseksi jarang diperlukan dan dilakukan hanya pada pasien dengan gejala atau pertumbuhan massa yang mencurigakan.[2]
Tumor Hepar Maligna
Tumor hepar maligna sering kali membutuhkan terapi pembedahan sebagai terapi definitif.
Hepatocellular Carcinoma
Terapi hepatocellular carcinoma (HCC) yang direkomendasikan adalah terapi reseksi. Akan tetapi, pada pasien yang tidak dapat dilakukan tindakan operatif, maka transplantasi hepar dapat dipertimbangkan. Apabila pasien tidak dapat menjalani reseksi atau transplantasi hepar, maka pilihan terapi nonbedah dapat dilakukan.
Beberapa pilihan terapi non bedah untuk yang dapat dilakukan pada HCC adalah ablasi thermal seperti ablasi radiofrekuensi atau ablasi microwave; embolisasi seperti embolisasi bland, transarterial chemoembolization, dan radioembolisasi transarterial; terapi injeksi perkutaneus dengan etanol atau asam asetat; dan external beam radiation therapy.[4,5,21]
Kolangiokarsinoma
Terapi bedah merupakan pilihan utama untuk kolangiokarsinoma. Apabila pasien tidak memenuhi syarat untuk menjalani terapi bedah, maka kemoterapi dengan gemcitabine dan cisplatin dapat diberikan.
Terapi non bedah berupa ablasi radiofrekuensi, transarterial chemoembolization (TACE), drug eluting bead-TACE (DEB-TACE), dan selective intra-arterial radiotherapy dapat dilakukan sebagai terapi paliatif dengan tujuan mencegah progresi tumor dan memperpanjang tingkat kelangsungan hidup pasien.[1,9]
Pediatric Hepatoblastoma
Penanganan awal pediatric hepatoblastoma dilakukan berdasarkan adanya ruptur tumor atau tidak. Pada pasien dengan ruptur tumor, dibutuhkan terapi transarterial embolization (TAE) dan TACE terlebih dahulu untuk mengontrol perdarahan intraperitoneal. Kemudian, pada pasien tanpa metastasis dapat dilakukan terapi reseksi yang diikuti dengan kemoterapi post operatif.
Berbeda dengan pasien risiko sedang sampai tinggi, terapi kemoterapi dilakukan sebelum dilakukan reseksi tumor. Apabila sudah terdapat metastasis, maka kemoterapi preoperatif dapat dilakukan, kemudian diikuti dengan hepatektomi atau transplantasi hepar yang diikuti kemoterapi post operatif.[8,22]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja