Penatalaksanaan Boxer's Fracture
Penatalaksanaan boxer’s fracture ditentukan oleh karakteristik fraktur, seperti fraktur terbuka atau tertutup, derajat angulasi, rotasi, dan apakah ada jejas lainnya. Imobilisasi tanpa pembedahan dilakukan pada boxer’s fracture yang tertutup. Boxer’s fracture dengan sudut angulasi >30 derajat memerlukan reduksi tertutup. Sedangkan pada Boxer’s fracture terbuka, comminuted, berhubungan dengan jejas neurovaskular, dan malrotasi, memerlukan tindakan pembedahan.[1,2,4]
Imobilisasi
Imobilisasi boxer’s fracture dilakukan menggunakan ulnar gutter splint. Imobilisasi saja tanpa pembedahan dilakukan pada boxer’s fracture yang tertutup serta tidak ada angulasi, malrotasi, ataupun displacement.
Posisi imobilisasi tangan pada boxer’s fracture adalah sebagai berikut:
- Ekstensi pergelangan tangan 20 derajat
- Fleksi sendi metacarpophalangeal (MCP) 70–90 derajat
- Sedikit fleksi pada sendi distal interphalangeal (DIP) dan proximal interphalangeal (PIP)[1,2]
Fleksi sendi-sendi tersebut penting dilakukan untuk mencegah pemendekan ligamen kolateral dan kehilangan fungsi serta range of motion tangan.[1,2]
Alternatif ulnar gutter splint adalah buddy taping, yaitu melakukan strapping pada jari keempat dan kelima. Buddy taping dapat dilakukan pada kasus boxer’s fracture tanpa komplikasi.[2]
Teknik pemasangan ulnar gutter splint untuk boxer’s fracture dapat Anda saksikan dalam video Tips Pasang Gips: Boxer's Fracture.
Reduksi Tertutup
Reduksi tertutup dilakukan pada boxer’s fracture dengan angulasi signifikan yang melebihi 30 derajat. Sebelum tindakan, diperlukan analgesia berupa blok hematoma atau blok saraf ulna.[1,2]
Reduksi tertutup boxer’s fracture dilakukan menggunakan metode 90-90. Sendi MCP, DIP, dan PIP difleksikan 90 derajat. Kemudian, dokter menekan bagian dorsal lokasi fraktur sambil memberi tekanan aksial pada sendi PIP yang difleksikan. Setelah reduksi tertutup selesai, dilakukan imobilisasi dengan teknik pembidaian ulnar gutter splint dan rontgen tangan untuk menilai adekuasi reduksi.[1,2]
Pembedahan
Pembedahan diindikasikan pada boxer’s fracture terbuka, comminuted, berhubungan dengan jejas neurovaskular, dan malrotasi. Pembedahan juga dilakukan pada fraktur dengan angulasi signifikan jika tindakan reduksi tertutup tidak adekuat.
Berikut indikasi pembedahan pada boxer’s fracture yang terdapat pada literatur:
- Fraktur terbuka, setelah irigasi dan debridement, diperlukan reduksi terbuka fiksasi internal (open reduction internal fixation/ORIF)
- Fraktur multipel yang melibatkan lebih dari satu metakarpal dan phalanx
- Fraktur intraartikular, khususnya ketika fragmen fraktur mengganggu pergerakan sendi
- Fraktur yang mencapai kepala metakarpal dengan displacement >1 mm
- Angulasi volar dan displacement fragmen distal
Malunion atau non-union, serta pemendekan >5 mm
- Kegagalan reduksi dengan metode konservatif dan deformitas rotasi[1,2]
Pembedahan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni insersi Kirschner wire (K-wire), fiksasi intramedular, dan fiksasi plate and screw.[2,4]
Insersi Kirschner Wire
Kirschner wire bersifat minimal invasif dan mudah digunakan sebagai implan untuk stabilisasi fraktur perkutan dan fraktur terbuka. Namun, ada beberapa kelemahan dalam penggunaan K-wire, seperti kemungkinan cedera neurovaskular, adhesi tendon, infeksi pada pin site, dan pin yang kendor.[2]
K-wire tersedia dalam berbagai diameter. K-wire digerakkan menggunakan bor ke dalam tulang dengan arah ulnoradial, radioulnar, atau melalui bagian tengah tulang. K-wire harus melewati lokasi fraktur secara ideal pada sudut >45 derajat. K-wire diinsersi menggunakan empat teknik, yaitu cross-pinning, crucifix pinning, bouquet pinning, dan single K-wire dengan gaya lazy S.[2]
Fiksasi Intramedular
Fiksasi intramedular dapat dilakukan dengan menggunakan single K-wire. Selain itu, tindakan ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan paku dan baut tanpa kepala (headless screw).[2]
Fiksasi intramedular terbukti menghasilkan range of motion yang lebih baik dan insiden pemendekan yang lebih rendah dibandingkan dengan K-wire cross pinning. Studi retrospektif mengenai penggunaan baut tanpa kepala intramedular untuk fraktur leher dan korpus metakarpal menyimpulkan bahwa hasil fungsional sangat baik, menghasilkan range of motion total >240 derajat.
Baut tanpa kepala dimasukkan melalui sayatan kecil pada sendi MCP sepanjang kawat pemandu yang dibor secara retrograde ke dalam fragmen distal. Baut ditanam ke dalam tulang sehingga tidak perlu dilepas lagi. Baut tanpa kepala yang dipasang intramedular dilaporkan menghasilkan stabilitas biomekanik yang serupa dibandingkan dengan K-wire.[2]
Fiksasi Plate and Screw
FIksasi dengan plate and screw memberikan stabilitas biomekanik yang lebih unggul dibandingkan dengan metode lain. Namun, sebuah studi tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada beban puncak dan profil kekakuan fiksasi dengan plate and screw dibandingkan dengan K-wire.
Manfaat lainnya dari fiksasi plate and screw termasuk kemudahan fiksasi ketika terdapat kominusi yang signifikan atau terdapat beberapa fraktur leher metakarpal. Akan tetapi, metode ini juga dilaporkan menghasilkan kekakuan yang signifikan dan komplikasi mekanisme ekstensor. Selain itu, fiksasi plate and screw memakan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan insersi K-wire.[2]
Follow Up
Evaluasi perlu dilakukan seminggu setelah tindakan dengan rontgen tangan untuk menilai alignment. Setelahnya, rontgen tangan dilakukan setiap dua minggu hingga tampak perbaikan baik secara klinis maupun radiologis. Perbaikan umumnya berlangsung selama 4–6 minggu. Setelah periode imobilisasi, perlu dilakukan latihan pasif dan aktif pada sendi MCP dan PIP.[1]